"El, es krimnya mana? Terus, mereka itu bawa apa?" Sambut Rhibie dari tempat tidur. Ketika melihat Eldanno kembali ke kamarnya dengan tangan kosong. Namun dia melihat tiga orang pria yang mengekor di belakang Eldanno dengan setumpuk barang.
"Es krim lambeymu! Waktu kamu bangunnya siang, malemnya kamu ngapain, hah? Belanja online segunung??" Tunjuk Eldanno pada paket-paket yang sedang di angkut anak buahnya.
"Hah, belanja? Kapan aku belanja? Orang aku cuma masukin ke keranjang doang"
"Terus itu apa kalau bukan belanja? Pameran??"
"Taruh dimana, Bos?" Tanya salah satu anak buah Eldanno.
"Disitu saja!" Seru Eldanno seraya menunjuk karpet beludru yang di gelar, di lantai.
Ketiga pria itu langsung menaruh barang bawaannya, setelah mendapat instruksi. Mereka pun segera keluar, tanpa menunggu komando.
"Masih gak mau ngaku, Kelinci Binal?"
"Beneran, aku cuma check out doang. Gak sampai transaksi..." Ujar Rhibie membela diri.
Gadis itu nampak berfikir, berusaha mengingat dengan keras apa yang dilakukannya malam itu. Cuma check out doang 'kan? Terus HP itu jatuh gara-gara dirinya terkejut, akibat Eldanno yang meracau dengan tiba-tiba.
Astaga?!?
Rhibie menutup mulutnya, matanya membulat seketika.
Apa jangan-jangan?? Metode pembayarannya kesentuh, waktu HP-nya jatuh...
Rhibie menatap Eldanno dengan memasang wajah imut yang di buat-buat seraya cengengesan.
"Apa??" Tanya Eldanno, garang.
"Hehe... Soal itu, maaf!" Sahut Rhibie nyengir.
"Baru ngaku, sekarang?" Eldanno mencengkeram dagu Rhibie dengan lembut. Kemudian mengecup bibirnya. Lalu melepaskan cengkeramannya, dan berbaring di samping Rhibie.
"Kamu gak marah, El?" Tanya Rhibie seraya menoleh ke arah pria yang sedang melingkarkan tangan di pinggangnya.
"Kenapa aku harus marah?"
"Tapi, tadi kamu terlihat kesal?"
"Tentu aku kesal, karena kamu belanjanya gak bilang-bilang"
"Tuh 'kan, kamu marah?" Rhibie menekuk wajahnya.
"Gimana aku gak marah? Tiba-tiba ada segerombol kurir datang dengan membawa tagihan yang membludak. Sedang aku gak ada persediaan uang cash segitu!" Ujar Eldanno. Dan menarik tubuh Rhibie untuk berbaring bersamanya.
"Terus, kamu bayarnya gimana?"
"Eza yang lari pontang-panting buat narik uang di ATM" Sahut Eldanno. Lalu ******* bibir Rhibie. Tangannya menyusup nakal ke dalam t-shirt gadis itu.
"El..." Tahan Rhibie seraya menarik tangan Eldanno.
"Aku udah bayarin belanjaan kamu sebanyak itu, masa gak ada imbalannya?"
"Imbalan apa?"
"Memangnya kamu punya apa?" Ucap Eldanno seraya menunjuk hal yang diinginkannya dengan ekor matanya.
"Ish!! Nges*k mulu otaknya??" Maki Rhibie seraya bangkit.
"Mau kemana, Sayang?"
"Bongkar paket" Ucap Rhibie seraya memberikan kecupan jarak jauhnya ke arah Eldanno.
Dengan cepat Eldanno menangkap angin, seolah dia sedang menangkap sesuatu yang di berikan Rhibie. Lalu memakannya, dan berpura-pura mengunyahnya, membuat Rhibie tertawa lepas.
Gadis itu langsung menghambur pada lautan paket yang berserakan di atas karpet. Lalu membukanya satu-persatu dengan antusias dan senyuman cerahnya.
******
"Jess, lo gak apa-apa 'kan?" Sapa Joanna, setelah mereka berada di dalam kamarnya.
"Iya, gue gak apa-apa!"
"Ngomong-ngomong, lo kenapa sampai di cium Kak Axelle?"
Jessie menatap Joanna sebentar. Lalu mulai bercerita, apa yang mengganjal di hatinya akan sikap Eldanno. Kemudian, dia membeberkan semua cerita dari Axelle tentang Rhibie.
"Jadi, sekarang kita satu rumah sama Rhibie??" Joanna menutup mulutnya, shock.
Jessie mengangguk dengan wajah yang menunduk.
"Kita harus cari cara untuk mengeluarkan Rhibie dari kamar si brengsek itu!" Geram Joanna.
"Jangan, Jo! Kak Axelle bilang, Rhibie baik-baik aja kok. Menurut Kak Axelle, Pak Eldanno sengaja menyekap Rhibie, karena dia mulai jatuh cinta sama Rhibie. Itulah sebabnya, Pak Eldanno tak mau melepaskan Rhibie karena takut kehilangan dia"
"Sebenernya gue bisa terima, kalau itu cowok sayang sama Rhibie. Tapi jangan kayak gini dong caranya! 'Kan kasian Rhibie!" Ucap Joanna tak terima.
"Kita bisa apa? Gak akan mungkin 'kan, kita yang hanya seekor itik kecil bisa menang melawan raja singa yang berkuasa!"
"Selama Rhibie baik-baik saja, mungkin kita hanya bisa diam dan menunggunya dengan setia disini!" Sambung Jessie.
Joanna terdiam. Benar apa yang dikatakan Jessie, jika benar mereka sayang sama Rhibie, mereka hanya bisa mengawasi gadis itu di rumah ini. Semoga saja, suatu saat Eldanno berfikiran terbuka dan mau melepaskan Rhibie. Sekalipun itu, hanya berkeliaran di rumah saja. Dengan begitu, mereka bisa bertemu.
"Kita harus mengabari ini pada Karmen dan Sandra!" Usul Joanna.
"Gue setuju!"
Dengan semangat, Joanna membuka layar ponselnya. Mencari kontak Karmen dan meneleponnya.
Berulang kali gadis itu menekan kontak Karmen, namun selalu gagal terhubung. Dengan wajah yang sedikit kesal, Joanna terus mencobanya.
"Kenapa, jo?"
"Gak aktif terus" Sahut Joanna.
"Masa sih??"
"Beneran! Kita harus menghubungi siapa coba? Sandra udah gak punya HP" Keluh Joanna.
"Arya! Kita coba telepon Arya!" Seru Jessie.
"Pinter lo!" Puji Joanna seraya tersenyum.
"Tapi Jo, Arya sebaiknya jangan dulu tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Rhibie. Kita meneleponnya, bilang saja khawatir sama Karmen dan Sandra! Apa lagi nomor Karmen gak aktif!" Ucap Jessie dengan nada yang lemah.
"Iya. Gue juga mikir gitu. Gue gak bisa bayangin gimana perasaannya Arya, jika dia tahu gadis yang dicintainya disekap dalam sangkar emas oleh pria lain?" Joanna menunduk lesu.
Jessie hanya mengangguk.
"Ayo, telepon Arya!" Suruh Jessie.
Joanna pun mengangguk. Dan menekan kontak pria itu. Tak berapa lama, panggilan pun terhubung.
"Hallo, Ya! Lo dimana?"
"Di rumah. Kenapa, emang?" Jawab Arya di seberang sana.
"Lo lagi ngapain?"
"Biasa, nungguin Ibu. Sakitnya kambuh lagi"
"Gitu, ya? Salamin sama Ibu kamu, semoga cepat sembuh! Oh iya. Ya, nomor Karmen kok gak aktif? Kira-kira, kenapa ya?"
"Sorry banget ya, Jo! Gue gak bisa tepatin janji gue. Kemaren, mereka butuh uang dan kebetulan dompet gue kosong banget. Soalnya, abis nebus obatnya Ibu. Jadi, Karmen menjual HP-nya" Sesal Arya.
*****
"Sandra, lo kenapa?" Pekik Karmen panik. Ketika mendapati Sandra sedang muntah-muntah dengan keringat dingin membanjiri tubuhnya.
"Gue gak tau, Men. Tiba-tiba aja, perut gue rasanya mual. Padahal, ini udah bukan masa ngidam 'kan? Nafas gue juga, rasanya sesak banget;" Keluh Sandra sambil terbatuk-batuk.
"Ya udah, mending lo istirahat! Sini, biar gue bantu!" Perintah Karmen dan memapah Sandra ke kamar. Membaringkan tubuh Sandra dengan perlahan. Dan menyangga kepalanya dengan beberapa bantal.
"Lo diem, disini! Gue bikin teh anget dulu" Perintah Karmen.
Sandra hanya mengangguk lemah. Dan memejamkan matanya, mencoba melawan sakit yang menderanya.
Karmen yang masih menyeduh teh untuk Sandra, seketika terkejut saat mendengar suara batuk Sandra yang tak biasa. Batuk itu disertai muntah-muntah. Dengan cepat, Karmen menghampiri Sandra sambil membawa teh hangat di tangannya.
"San, coba lo minum dulu!" Karmen mengarahkan cangkir teh hangat ke arah mulut Sandra.
Sambil menahan rasa sakitnya, Sandra meneguk sedikit demi sedikit teh itu dengan lemah. Dan kembali berbaring.
"Men..." Sandra berucap lirih, seraya menggenggam tangan Karmen.
"Ya, San??"
"Maaf, gue udah ngerepotin lo! Lo jual HP gara-gara gue"
"Lo ngomong apa sih, San? Gak asyik, ah!"
"Men, gue ngomong tulus dari hati gue. Semoga lo, Rhibie, Jessie sama Joan, bisa menemukan pria yang baik dan bisa ngebahagiain kalian! Uhuk! Uhuk!..."
"San!!... Kayaknya sakit lo parah deh! Tubuh lo juga, demam tinggi kayak gini! Lo mau 'kan, gue tinggal sebentar? Gue mau ke rumah Arya, minta bantuan! Gue janji gak akan lama!" Ucap Karmen.
"Gak usah, Men! Ini udah malem banget. Mana lo lagi hamil juga!"
"Kita gak bisa diem kayak gini terus, San! Sakit lo tambah parah! Gue mau ke rumah Arya dan pinjem HP-nya buat nelpon Jessie sama Joanna. Lo nurut ya, jangan ngebantah!"
"Baiklah, lo hati-hati di jalan! Jalan kakinya pelan-pelan aja! Takutnya lo kesandung, tar jatoh!" Pesan Sandra.
Karmen pun mengangguk dan langsung berlalu dari hadapan Sandra.
Sandra tersenyum, melepas kepergian Karmen. Tiba-tiba dia kembali batuk-batuk hebat, dari mulutnya mengeluarkan darah seiring tubuhnya yang kejang-kejang. Sandra meremas dadanya yang semakin sesak. Bibirnya membiru, menahan sakit. Dia pun terkulai di pembaringan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
kshn bgt km sandra
2021-12-31
0
𝐙⃝🦜 (*❛‿❛)→🌼
salut sama kesetiakawanan mereka berlima.. 👍👍👍
2021-12-05
0
Aryani Dinda
kenapa aku ngerasa diantara axelle sama temen eldan yang satunya. salah satu dari mereka yang bikin Karmen hamil. bener nggak Thor. sok tau ya Thor hehe
2021-10-14
2