Eldanno duduk bersantai di sofa yang ada di kamar hanya dengan mengenakan celana boxer saja. Ditemani sebatang rokok ditangan, melepas lelahnya setelah beraktivitas nikmat bersama Rhibie.
Sementara gadis itu sedang di toilet untuk membersihkan diri dari sisa-sisa cairan milik Eldanno.
Tak berapa lama, terdengar suara ketukan di pintu kamarnya. Eldanno berjalan gontai, mengambil kunci diatas lemari. Lalu membuka pintu kamarnya.
"Masuk, Xell!"
Axelle pun masuk, sesuai perintah si empunya kamar. Ekor matanya berkelana kesana-kemari dengan lancang. Pria itu menarik satu sudut bibirnya, saat melihat seprei yang berantakan dengan noda bercak merah. Mungkin sisa semalam belum diganti.
"Jadi itu, alasan lo marah saat gue minta berbagai cewek bookingan lo?" Tanya Axelle dan ikut duduk di sofa.
Eldanno hanya melirik datar ke arah Axelle, tanpa menjawab pertanyaan sahabatnya.
"Berapa cewek itu jual keperawanannya? Bilangin, kalau dia punya temen yang sama kayak dia. Tawarin ke gue!" Goda Axelle tapi serius.
"Lo ngomongin gue?" Tiba-tiba suara Rhibie memecah dari pintu toilet.
Serempak kedua pria itu menoleh.
Lihatlah cara Axelle menatapnya! pria itu seakan malas berkedip saat melihat sosok Rhibie.
Udah cantik, virgin lagi! Beruntung banget lo Dann, dapet cewek kayak gini...
Batin Axelle.
Lupa ya, Bro! Tuh cewek udah dimakan sama temen lo! So, dia bukan virgin lagi sekarang!
"Hai, aku Axelle!" Pria itu memperkenalkan diri dengan senyuman manis menghiasi wajahnya.
Rhibie mendengus kasar menatapnya. Melipat kedua tangannya di depan. Memamerkan aura kemarahannya.
"Asal lo tau! Gue bukan cewek bayaran seperti yang lo omongin barusan..."
"...Dia! Temen lo, yang udah merkosa gue dan nyekap gue disini!" Tekan Rhibie dan menunjuk Eldan.
"Lo jangan coba-coba berfikir aneh-aneh tentang gue!" Sambung Rhibie kesal dan hampir menangis. Dia benar-benar tak terima dengan tudingan itu.
Gadis itu menatap Eldanno lekat, mengedipkan matanya beberapa kali. Bersusah payah untuk meredam kembali air mata yang hendak keluar dari sarangnya.
"Lo ngomong apa, tentang gue?" Pertanyaannya kini beralih pada Eldanno.
"Bie... Dengerin dulu! Aku gak ngomong apa-apa, sumpah!" Eldanno membela diri. Dan meraih tangan Rhibie untuk duduk di sampingnya.
Rhibie menepis tangan pria itu, cepat.
"Lo sama aja!" Bantah Rhibie dan berjalan menuju pintu. Ini kesempatan baginya untuk pergi dari tempat itu.
"Bie, kamu mau kemana??" Teriak Eldanno dan berjalan cepat untuk menghadang Rhibie dengan menempelkan tubuhnya pada daun pintu.
"Minggir, gue mau pulang!" Sahut Rhibie, jutek. Lalu menggeser tubuh Eldanno kasar.
Namun sayang, tubuh Eldanno hanya bergeming sedikit dari tempatnya. Dan kembali menghadang Rhibie.
"Please jangan pergi, Bie!"
"Gue bilang, gue mau pulang!!!"
"Sorry, tentang Axelle! Dia sama sekali gak tau kalau kamu cewek baik-baik. Please! Jangan pergi, ya!" Pinta Eldanno menenangkan.
"Gue mau pulang, sial*n! Gue gak peduli kalian mau ngomong apa tentang gue!" Teriak Rhibie seraya berontak.
"DIAM!! JANGAN SAMPAI, AKU BERBUAT KASAR SAMA KAMU!!" Bentak Eldanno keras dengan tangan yang terangkat di udara, hampir memukul Rhibie. Matanya membulat dan menyala karena amarah.
Satu kelemahan Rhibie, dia tak bisa dibentak dan diperlakukan kasar. Meskipun dirinya diasuh di bawah naungan para berandalan. Tapi dalam seumur hidupnya, Rhibie tak pernah menerima bentakan sekasar itu.
Rhibie menatap Eldanno dengan buliran air mata yang meleleh di pipinya. Lututnya bergetar hebat. Jantungnya berdetak tak karuan. Gadis itu meremas dadanya yang terasa sesak. Lalu berlari menuju balkon.
Gadis itu menangis sesenggukan di pojokan pagar sambil memeluk erat kedua lututnya, ketakutan.
Eldanno menarik nafasnya. Berusaha menetralkan kembali emosinya. Pria itu membuka pintu kamar, mengusir Axelle dengan gerakan ekor matanya.
Axelle hanya menganggukkan kepalanya. Dan keluar dari kamar itu. Eldanno mengunci pintu kamarnya kembali. Dan menaruh kunci itu diatas lemari yang dirasanya takkan terjangkau oleh Rhibie.
Kembali, Eldanno menarik nafasnya. Sebelum akhirnya dia melangkah untuk menemui Rhibie.
"Bie..." Eldanno meraih salah satu tangan Rhibie yang masih melingkar kuat di lututnya.
Rhibie menepisnya.
"Sayang, aku minta maaf! Aku gak bermaksud kasar sama kamu"
Eldanno memang memiliki sifat yang buruk. Sering mabuk-mabukan dan bergonta-ganti pasangan tanpa status yang jelas. Tapi satu hal yang dia benci, berbuat kasar pada wanita. Siapapun itu.
Rhibie sama sekali tak bergeming. Hanya isakkan pilu yang mewakili perasaannya.
Eldanno kembali meraih tangan Rhibie.
Lagi-lagi, Rhibie menepisnya.
Akhirnya, Eldanno meraih tubuh Rhibie dan memeluknya. Meskipun Rhibie berontak. Namun tenaga gadis itu sangatlah tak seberapa, jika dibandingkan dengan tenaganya yang tereksplor nyata dari kerasnya otot-otot di tubuhnya.
"Tetaplah disini, Rhibie! Tetaplah bersamaku! Aku akan memberikan semua yang kau inginkan. Asal kamu jangan pernah meminta untuk pergi!" Bisik Eldanno lirih.
Dengan susah payah, Eldanno menggendong tubuh Rhibie yang terus berontak. Membawa gadis itu untuk duduk di sofa, tanpa menurunkan si gadis dari pangkuannya.
Eldanno menyibak helaian rambut Rhibie yang basah karena bercampur air mata. Helaian rambut yang berantakan menutupi wajah gadis itu.
Rhibie menggerakkan kepalanya. Membenamkan wajah di dada pria yang dia benci dan dianggapnya menakutkan. Tapi entah kenapa, dia malah mencari kedamaian disana.
"Kenapa aku gak boleh pulang?" Akhirnya Rhibie mengeluarkan suara lirihnya ditengah isakkan.
"Karena aku menginginkanmu"
"Lebih tepatnya, menginginkan tubuhku, bukan?"
Eldanno diam tak menjawab.
"Dengarkan aku!" Rhibie mengangkat wajahnya, memberanikan diri menatap wajah Eldanno.
"Aku harus pulang! Banyak orang yang menungguku diluar sana!"
Eldanno menggeleng.
"Kasihanilah mereka! Mereka pasti mencariku"
Eldanno tetap menggeleng, egois.
Rhibie masih menatap wajah Eldanno. Namun tatapannya berubah marah dan frustrasi.
"Lo gak bisa selamanya terus-terusan memperlakukan gue kayak gini!" Rhibie meregangkan tubuhnya dari dekapan Eldanno.
"Katakan saja apa maumu, selain pulang?" Eldanno mendorong tubuh Rhibie agar gadis itu pindah dari pangkuannya. Lalu mengurut pelipisnya.
Rhibie hanya menggeleng.
Eldanno meliriknya sekilas.
"Apa kau takut, orang tuamu akan mengkhawatirkanmu? Jangan khawatir! Aku akan mengirimkan orang-orangku untuk mengabari mereka bahwa kau bekerja padaku" Eldanno mencoba mencari kesepakatan.
"Bekerja dengan memberikan tubuhku padamu?!" Sindir Rhibie.
"Ya gak usah ngomong gitu juga, kali!" Sahut Eldanno.
"Emang itu kenyataannya 'kan?" Rhibie melirik Eldanno sinis.
"Bie, dengarkan aku! Aku akan tetap mencari alasan pada orang tuamu, agar kamu tetap disini. Kebetulan, aku sama sahabat-sahabatku membuka ternak buaya dan ular disini. Jadi aku akan mengatakan, kalau kamu bekerja untuk mengurus buaya-buaya itu"
"Jadi, lo peternak Buaya itu?" Tanya Rhibie antusias seketika.
Eldanno mengangguk.
Selama ini Rhine hanya mendengar saja, bahwa dikawasan ini ada yang membuka penangkaran buaya secara besar-besaran. Namun dia sama sekali tidak tahu, jika pemiliknya Eldanno. Orang yang telah merenggut kehormatannya.
Rhibie menatap Eldanno dengan sedikit kekaguman yang mengusik kebenciannya terhadap pria itu. Bagaimana dia tidak kagum terhadap Eldanno? Sebab kabar tentang penangkaran itu sempat jadi perbincangan hangat di lingkungannya. Karena hasil dari penangkaran itu akan di ekspor ke luar negeri. Dan menghasilkan perekonomian yang menjanjikan. Itulah kabar yang diterima Rhibie.
"Terus, buaya itu ada yang ngejagain gak?" Tanya Rhibie serius.
"Tentu saja. Kamu tahu 'kan, disamping rumah ini ada mes besar? Itu adalah tempat tinggal mereka yang bekerja mengurus buaya-buaya itu" Papar Eldanno.
"Tapi kenapa? Satu buaya kok, di biarin berkeliaran disini?"
"Dimana??" Eldanno mengedarkan pandangannya berkeliling. Menengok kesamping kanan dan kiri. Bahkan mencarinya hingga kolong meja. Khawatir buaya itu ada di kamarnya. Dan akan membahayakan nyawa mereka. Terlebih nyawa Rhibie yang seharian di kurung dikamarnya.
Rhibie hanya menatap Eldanno santai, seraya menahan senyum gelinya.
Sadar dengan maksud ucapan Rhibie, Eldanno berhenti mencari buaya itu. Dan menatap gerah ke arah Rhibie.
"Berani, kamu ngatain aku? Hem!!" Gertak Eldanno. Dan langsung menyerang Rhibie dengan klitikan mautnya di perut dan pinggang gadis itu.
Seketika, Rhibie tertawa dengan lepasnya seraya menahan geli yang dihadiahkan Eldanno.
Aktivitas Eldanno terhenti, kala matanya menatap Rhibie yang sedang tertawa riang. Memandang gadis itu dengan kekaguman.
Kamu memang cantik dan manis. Salahkah aku menginginkanmu?...
Perlahan wajah Eldanno mendekat. Mengarah pada bibir sensual milik Rhibie.
Rhibie pun menghentikan tawanya. Menatap Eldanno yang semakin dekat.
"Aku mau pipis!" Ucap Rhibie menghindar. Dan berlalu ke kamar mandi. Meninggalkan Eldanno bersama konaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Duuhh Rhibi mulai deh goyah..🤦🏻♀️
2023-09-13
0
heaven
ga salah siee TAPI CARA LU NGEDAPETIN DIA SALAH BANGS*T EUNGGHTTTYEBSGSJSVSKEHSLSHSNXJDHDKSHDIS😑🙂
2022-03-26
0
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
dsr egois u
2021-12-16
1