Rhibie keluar dari kamar mandinya. Dan mendapati pria itu masih di posisi tadi. Nampaknya, dia sedang asyik dengan smartphonenya.
Ponsel??
Rhibie baru sadar dengan barang miliknya. Bukankah melalui ponsel itu, dia bisa mengabari teman-temannya. Aah...! Tapi dimana sekarang, benda itu berada? Karena dia masih ingat betul, ponsel itu terlempar dari tangannya saat dia berontak malam kemarin.
Apa aku tanyakan saja pada pria itu?
Fikir Rhibie.
Baru saja Rhibie hendak melangkahkan kakinya, untuk menghampiri Eldan. Tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan suara ketukan di pintu.
Eldanno pun berjalan, mengambil kuncinya, lalu membuka pintu.
"Dann, sibuk gak? Barusan Bokap lo telpon gue, ada yang mau diomongin. Tapi katanya, ponsel lo mati" Kata Baghal di ambang pintu.
"Oh, iya. HP gue barusan di charge. Kita bicara di bawah! Gue pake baju dulu" Sahut Eldanno dan menutup kembali pintunya. Lalu kembali ia berjalan menuju lemarinya.
"Kau mau kemana?" Sapa Rhibie, melihat pria itu berpakaian.
"Aku ke bawah, sebentar. Nanti aku kembali" Sahut Eldanno seraya memakai t-shirt-nya.
"Aku mau bicara sebentar!" Pinta Rhibie.
"Nanti saja! Aku janji, gak akan lama" Eldanno pun berlalu.
"Hei, tunggu sebentar!" Teriak Rhibie.
Namun Eldanno tak meresponnya. Dia tetap acuh dan berlalu.
"Hei!!..." Ulang Rhibie.
Eldanno masih tak peduli dan keluar dari kamarnya.
"Woy, Bangs*t! Aku memanggilmu!" Teriak Rhibie seraya memukul daun pintu yang sudah terkunci.
Eldanno yang belum terlalu jauh melangkah, seketika menghentikan langkahnya. Lalu membuka pintunya kembali.
Rhibie pun segera mundur, ketika mendengar seseorang sedang membuka kunci.
"Apa kamu bilang, barusan?" Tanya Eldanno dengan raut tak ramah.
"Ya... Aku 'kan gak tau, nama kamu siapa?" Elak Rhibie seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"JANGAN!!!" Teriak Rhibie seketika, saat Eldanno menghampirinya dan menghimpit tubuhnya di pojok sofa.
"Di ulangin gak, ngomong kasarnya?" Tekan Eldanno.
"Iya. Gak lagi!" Rhibie mengacungkan dua jarinya.
"Janji?!"
"Mmmh... Enggak..." Rhibie menggeleng manja.
"Rasain hukumannya!" Seru Eldanno dan hampir menyerang bibir Rhibie.
"Iya, iya!... Tapi..." Dengan cepat Rhibie menyahut seraya menahan mulut Eldanno yang nampak seperti sedang kehausan.
"Tapi apa??"
"Nama kamu siapa?" Ucap Rhibie pelan dan mendorong dada Eldanno dengan hati-hati menggunakan jari telunjuknya.
Eldanno menatap wajah Rhibie datar.
"Biar aku gampang manggil kamu!" Rhibie memberi alasan. Seakan mengerti arti tatapan pria dihadapannya.
Eldanno membangkitkan tubuhnya, duduk bersandar di sofa. Lalu merengkuh tubuh Rhibie untuk mendekat.
"Tebak saja! Clue-nya udah ada" Ucap Eldanno tersenyum memandang Rhibie.
Hah! Benarkah, dia punya senyuman semanis ini??
Rhibie berdehem. Mengalihkan tatapannya dari Eldanno.
"Mana clue-nya?" Tanya Rhibie pura-pura acuh.
"Tadi kamu denger 'kan, temen aku memanggilku apa?" Eldanno tetap memamerkan senyumannya yang bikin diabetes.
"Dann...??" Gumam Rhibie seraya berfikir.
"Iya. Ayo tebak!"
"Kalau ketebak, imbalannya aku diizinin pulang, ya!" Seru Rhibie antusias. Dan menyatukan kedua telapak tangannya di depan.
"Enggak! Enak aja!"
"Masa gak ada imbalannya??" Rhibie memasang wajah yang cemberut. Namun dimata Eldanno, itu sangat menggemaskan.
"Kamu boleh minta apa aja, kecuali pulang!"
Rhibie tetap cemberut seraya menggeleng, merajuk.
"Mmm... Kalau benar, kamu boleh keluar kamar saja titik, gak ada tawaran lagi! Atau tidak sama sekali" Tawar Eldanno memberi sebuah kelonggaran untuk gadis itu.
Rhibie nampak berfikir sejenak.
What?? Cuma boleh keliling rumah aja?? Keterlaluan!!
Tapi...??
Gak apa-apalah, daripada di kamar terus. Semoga aja, suatu saat ada kesempatan buat kabur!!
"Oke, aku setuju!" Rhibie menjulurkan tangannya untuk bersalaman. Disambut tangan Eldanno dengan cepat.
"So, siapa namaku?"
"Dann... Danang??"
Eldanno menggeleng.
"Daniel?"
Pria itu masih menggeleng.
"Dandi?"
Kembali, dia menggeleng.
"Mmm... Dan-dut... Mungkin?!?"
Seketika Eldanno tergelak mendengarnya. Dan kembali menggeleng, namun belum bisa menahan tawanya.
"Tambahin lagi dong, clue-nya!"
"Enggak!" Bantah Eldanno.
"Ya, udah! Kalau begitu, aku akan tetap memanggilmu Bangs*t!" Rhibie memalingkan wajahnya seraya cemberut merajuk.
"Ya udah, aku tambahin lagi clue-nya. Huruf depanku E!" Akhirnya Eldanno mengalah, karena tak tahan dengan mimik Rhibie yang menggemaskan.
"E...?? Dann...? Ya, aku tahu! Nama kamu Edan. Iya 'kan??" Seru Rhibie seraya menjentikkan jari telunjuknya, antusias.
Seketika Eldanno meliriknya sinis.
"Aku bener 'kan?? Nama kamu Edan? Sesuai kelakuan orangnya!" Ucap Rhibie dengan notasi bergumam di ujung kalimatnya. Dan melemparkan tatapannya ke samping, menahan senyum gelinya.
Namun gumaman itu, masih dapat di dengar jelas oleh Eldanno.
"Itu otak, ngasal banget! Bukan, masih salah!" Tolak Eldanno, ketus. Lalu melipat kedua tangannya di depan.
"Clue-nya lagi dong!" Rhibie mulai merengek.
Sejak kapan sih, gadis ini berani manja padanya? Gak liat apa? Eldanno lagi memajang wajah tak menyenangkan.
Eldanno meliriknya sekilas. Rhibie pun semakin menjadi, memasang wajah imut ala puppy eyes-nya. Karena gemas, Eldanno pun kalah. Dan mengabulkannya.
"Huruf terakhirnya O!" Sahut Eldanno dan mencubit gemas dagu Rhibie.
"Edan Lo!!" Seru Rhibie tanpa sungkan. Membuat Eldanno menatapnya garang, seketika.
"Itu nama kamu 'kan?!" Rhibie mencoba membela diri.
"Bukan! Salah semua. Itu artinya kamu kalah. Terima hukumanmu nanti malam!" Ucap Eldanno.
"Apa?? Hukuman apa??" Rhibie begitu tersentak mendengarnya.
Eldanno mengarahkan tatapannya pada bagian bawah tubuh Rhibie dengan senyuman menakutkan bagi Rhibie.
Seketika Rhibie menutup bagian bawahnya dengan kedua tangan.
"Aku ke bawah dulu, nanti aku kembali!" Pamit Eldanno dan merubah notasi suara seraya bangkit. Dan berlalu meninggalkan Rhibie yang masih syok.
"Siapkan tubuhmu, Sayang!" Pesan Eldanno di ambang pintu seraya mengedipkan sebelah matanya, nakal. Sebelum akhirnya benar-benar keluar.
"KAU!!" Teriak Rhibie frustrasi. Dan melempari daun pintu menggunakan bantal sofa.
Eldanno hanya tergelak tertawa seraya menuruni anak tangga.
"Ada apa, kayaknya seneng banget?" Sapa Baghal yang sudah menunggunya di sofa sejak tadi.
"Biasa..." Sahut Eldanno seraya menunjuk kamar dengan dagunya.
Baghal hanya tersenyum tipis seraya menggeleng, meledek.
"Tadi, Bokap ngomong apa?" Tanya Eldanno yang sudah menghentikan tawanya.
"Oom Dimas nyuruh lo balik sebentar. Katanya ada sesuatu yang harus didiskusikan bareng lo tentang perusahaan!"
"Males gue harus balik!"
"Kenapa??" Tanya Baghal dan menatap Eldan.
"Takut diperkosa nenek sihir, Ghal!" Seru Axelle yang baru gabung seraya tertawa.
"Ibu tiri lo??"
Eldan hanya mengangguk.
"Kayaknya lo harus buru-buru kawin, Dann! Kali aja kalau lo udah ada yang punya, itu nenek sihir berhenti godain lo!" Saran Axelle.
"Apa?? Kawin? Kawin sama kambing?" Bantah Eldanno.
"Ya, sama cewek lah! Kecuali, lo emang mau kawin sama kambing?!" Sahut Axelle.
"Terus, mana ceweknya?" Tanya Eldanno seraya mengangkat dagunya.
"Itu! Yang di kamar lo, cewek 'kan?" Kali ini, Baghal yang menyahut.
Eldanno terdiam seketika. Lalu menatap kamarnya, dengan angan yang bertaut pada Rhibie.
"Anggap aja, lo bertanggung jawab atas apa yang lo perbuat ke dia!" Ceramah Axelle.
Baghal menatap Axelle dengan makna pertanyaan. Lalu tatapannya beralih pada Eldanno.
Eldanno menundukkan wajahnya, enggan untuk merespon. Membuat keadaan menjadi hening.
"Dia bukan cewek bookingan. Gadis itu masih virgin, Eldan yang perkosa dia. Lalu menyekapnya" Tutur Axelle kemudian.
"Lo gak ada akhlak ya, Dann?!" Maki Baghal, lalu bangkit dan berlalu.
"pikirin lagi, Bro!" Saran Axelle menepuk pundak Eldanno dan ikut berlalu. Meninggalkan sahabatnya merenung seorang diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
udh kyk kuis j
2021-12-16
1
Clara Akahsya
emang pantes dibilang edan loe...
2021-11-09
3
Nna Rina 💖
ngakak aku... bukannya trauma sm yg merkosa malah tebak2an nama... mana ga jelas lg nama nya 😆
2021-10-11
4