Si Ibu pemilik warung memperhatikan kedua gadis itu dari kejauhan dengan kening yang berkerut.
"Katanya mau ngelamar kerja, kenapa jalannya ngendap-ngendap kayak gitu?" Gumam si Ibu.
Jessie dan Joanna memperhatikan suasana rumah itu, di balik pagar. Mereka melongokan kepalanya ke dalam dengan hati-hati. Perlahan, Jessie mendorong pintu pagar sambil sesekali celingukan. Namun tiba-tiba,
"Hei!! Kalian sedang apa disini?" Hardik seseorang yang berpenampilan seperti bodyguard. Tubuhnya, tinggi dan besar. Kulitnya gelap dengan otot-otot keras di sekujur tubuhnya, seakan menyempurnakan wajahnya yang terlihat sangar.
Seketika Jessie dan Joanna terperanjat. Dan menoleh serempak ke arah sumber suara di belakangnya.
"Mm... Kita..." Jessie menyahut gugup.
"Kalian mau mencuri, ya?" Tanya pria yang kisaran usianya sekitar 40 tahunan dengan tatapan mata melotot, garang.
"Enggak kok, Pak! Kita gak mau nyuri! Masa cewek cantik kayak gini pencuri?" Bantah Joanna membela diri.
"Kalau bukan mau nyuri, kenapa kalian berjalan ngendap-ngendap disini?" Tanya pria itu lagi.
"Siapa mereka?" Tiba-tiba suara pria muda nan tampan, muncul dari dalam rumah dengan menghunuskan tatapan tajamnya ke arah Jessie dan Joanna. Membuat Joanna terperangah, menikmati sejenak keindahan dari ciptaan Tuhan di hadapannya.
"Gak tau, Bos! Tapi saya menemukan mereka sedang mengendap-endap disini!"
Baghal menggedikkan kepala dan ekor matanya pelan, mengisyaratkan agar pria itu membawa mereka ke dalam.
Tanpa bicara lagi, pria itu langsung mengangguk hormat.
"Ayo, kalian masuk ke dalam! Bos kami ingin bicara!" Perintahnya dan menyeret paksa kedua gadis itu.
"Tapi, Pak? Kami gak mau ngapa-ngapain, kok. Beneran, sumpah!" Tolak Joanna seraya mengacungkan dua jarinya. Dan hendak kabur.
Namun dengan cepat, pria itu menahan dua gadis bertubuh kecil itu dengan enteng.
"Pokoknya, kalian masuk! Cepat!" Perintahnya lagi, menyeramkan.
Dengan langkah kaki yang sedikit di seret-seret, keduanya pun masuk. Jessie sempat melirik ke arah motor yang terparkir disana, beberapa kali. Semakin diperhatikan, dirinya semakin yakin jika motor itu milik Rhibie.
"Duduk!" Perintah Baghal dingin dan serius.
Dengan ragu-ragu, kedua gadis itu pun duduk patuh. Jessie menautkan kedua tangannya, gemetar. Sedang Joanna, menyempatkan diri untuk mencuri-curi pandang ke arah Baghal.
Namun aksinya itu tak berlanjut lama. Karena Baghal menatap balik ke arah Joanna dengan tatapan bikin hipotermia.
"Jess, kira-kira kita mau di apain?" Bisik Joanna.
Jessie hanya menggeleng.
"Kalian sedang apa di rumah kami?" Tanya Baghal dengan bariton yang membuat bulu kuduk kedua gadis itu meremang.
"Gue takut, nih! Jangan-jangan kita mau di jadiin santapannya buaya?" Bisik Joanna lagi yang sama sekali tak merespon pertanyaan dari Baghal.
"Ssstt! Jangan ngomong terus! Dia lagi nanya, tuh!" Balas Jessie yang tak berani menatap wajah pria dingin di hadapannya.
"Apa kalian tuli? Kenapa kalian gak jawab?" Sarkas Baghal yang murka karena di abaikan.
Kedua gadis itu hanya diam menunduk, takut.
"Atau Pak Penjaga ini bener, kalian mau nyuri?" Tambah Baghal.
"Enggak, Pak! Sumpah, kita gak niat nyuri!" Sahut Joanna, cepat.
Belum hilang rasa panik Jessie dan Joanna, tiba-tiba pria tampan lainnya datang dengan dua kantong belanjaan berlogo mini market di tangannya.
Pria itu menatap Jessie dan Joanna dengan tatapan menyelidik. Namun tatapannya berubah liar seketika, kala melihat wajah mereka yang sedap dipandang mata. Tatapannya mulai menyusuri setiap lekuk tubuh Joanna dan Jessie bergantian.
Dengan cepat, pria itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Seakan sadar akan sesuatu.
"Siapa mereka?" Tanyanya kemudian.
Baghal hanya menggeleng datar.
"Sepertinya mereka mau mencuri, Bos. Soalnya, tatapan mereka hanya tertuju pada motor yang ada di garasi" Sahut penjaga keamanan itu.
"Enggak! Sumpah, kita gak ada niat mau nyuri!" Sela Joanna. Lagi-lagi, gadis itu mengulang kata yang sama.
"Lalu kalian mau ngapain?" Tanya pria yang baru datang itu, yang tak lain adalah Eldanno.
"Kita kesini mau ngelamar kerja!" Sahut Jessie yang hilang arah.
"Kerja?? Emang di tempat kita buka lowongan kerja buat cewek?" Tanya Eldanno pada Baghal.
"Enggak"
"Wow, kedatangan tamu cantik nih!" Tiba-tiba suara pria tampan lain nimbrung di ruang tamu yang terasa sesak bagi Jessie dan Joanna. Siapa lagi, kalau bukan Axelle.
Baghal memutar bola matanya, malas.
"Dia mau cari kerjaan, Xell!" Jawab Eldanno tak peduli. Dan berlalu ke kamarnya bersama barang belanjaannya.
"Sorry, sebelumnya! Tapi untuk saat ini, kita sedang tidak membutuhkan tenaga kerja wanita!" Ucap Baghal dengan style gunung saljunya.
"Owh, gitu ya?!" Sahut Jessie dengan nafas lega. Itu artinya, mereka bisa lolos dari ruang interogasi dadakan itu.
"Tapi bentar, Ghal! Semenjak kita datang kemari, ini rumah gak ada yang ngurusin. Kayaknya kita butuh seorang ART buat ngurus rumah ini!" Ujar Axelle yang mengamati rumah mereka mulai kotor dan berantakan.
Baghal mengedarkan pandangannya pada isi rumah mereka. Dan benar saja, rumah itu sudah kotor tak terurus.
"Baiklah, salah satu dari kalian boleh kerja disini" Ucap Baghal.
"Hah?? Salah satu??" Tanya Joanna dan Jessie kompak.
"Iya, kami hanya butuh satu orang saja. Jadi silahkan putuskan! Siapa yang akan bekerja?" Ujar Baghal seraya menyilangkan kakinya, bersantai.
"Gimana, Jess?" Bisik Joanna.
"Maaf, Pak! Apa kami boleh diskusi sebentar?" Pinta Jessie.
Baghal menggerakkan tangannya untuk mempersilahkan mereka.
Jessie dan Joanna berjalan ke arah pintu, menjauh dari mereka.
"Gimana, Jess?
"Menurut lo, gimana?"
"Kok, nanya balik?"
"Bingung, gue! Masa gue harus kerja sendiri di rumah, yang isinya badot semua?" Jessie berkacak pinggang, bingung.
"Lagian, salah sendiri! Kenapa harus jawab nyari kerjaan? Kenapa gak jawab yang lain aja?"
"Ya, gimana gue bisa mikir? Orang mereka melototin kita rame-rame" Ucap Jessie.
"Iya, gue juga faham. Tapi gue juga gak tega, harus ngebiarin lo disini sendirian. Kita gak tau 'kan, mereka baik apa enggak? Meskipun wajahnya bikin ngiler"
Jessie masih berfikir
"Woy, jangan lama-lama diskusinya! Bos lagi nungguin, nih!" Hardik penjaga keamanan itu. Dan langsung menyeret mereka untuk kembali ke sofa, dimana Baghal dan Axelle tengah menunggu. Padahal mereka belum mengambil keputusannya.
"Jadi gimana? Siapa yang akan bekerja?" Kali ini Axelle yang bertanya.
"Maaf! Sepertinya, kami gak bisa bekerja di tempat yang terpisah!" Jawab Joanna.
"Kenapa? Kalian bukan kembar Siam 'kan?" Tanya Baghal sinis. Membuat Jessie dan Joanna menelan ludah, sebal.
"Kalian tidak bisa menolak! Karena kalian sudah datang kemari dan meminta pekerjaan. Jadi, salah satu dari kalian harus ada yang bekerja! Kalau tidak, kalian harus membayar denda. Karena sudah menyita waktu kami!" Ujar Axelle menyebalkan.
Jangankan Jessie dan Joanna, Baghal pun dibuat terkejut dengan ucapannya. Baghal menatap Axelle dengan rona pertanyaan. Begitu pula dengan Jessie dan Joanna.
Namun pria itu bersikap acuh tak acuh. Seolah tak peduli dengan reaksi spontan dari orang-orang yang sedang menatapnya kompak.
"Masa kita harus bayar denda? Anda fikir, kami punya banyak uang?" Pekik Joanna.
"Kalau gak bisa bayar denda, siapkan pengacara untuk membela kalian di persidangan nanti!" Tekan Axelle lagi.
"Ni, cowok gila? Atau gimana?" Umpat Jessie, kesal.
"Pilihan ada di tangan kalian!" Katanya lagi, tak merespon kekesalan yang ditunjukkan oleh Jessie.
Baghal hanya memalingkan wajahnya. Dia benar-benar tak faham dengan laju pikiran Axelle kali ini.
Sebenarnya, apa yang diinginkan Axelle dari mereka? Gak mungkin 'kan, Axelle kekurangan uang?
"Oke! Gini ya, Pak! Saya sama sahabat saya, akan bekerja disini..."
"Kalian gak denger? Kita cuma butuh satu orang!" Tegas Baghal, menekankan.
"Saya belum kelar ngomong, Pak!" Sinis Joanna.
Baghal mendengus kasar dan memalingkan wajahnya ke samping.
"Kami berdua akan bekerja disini. Dan silahkan, anda gaji kami hanya satu orang saja!" Ujar Joanna yang mulai berani menaikkan andrenalinnya. Membuat semua orang yang ada disana, kompak menatapnya.
"Lo ngomong apa sih, Jo?" Jessie menyikut sahabatnya.
"Emang lo mau, kerja disini sendirian? Enggak 'kan? Gue juga gak rela, ngeliat lo banting tulang sendiri. Berdua 'kan lebih baik!" Sahut Joanna, berbisik.
"Terserah kalian saja!" Ucap Baghal seraya berdiri. Kemudian berlalu keluar, meninggalkan orang-orang yang membuat otaknya runyam.
"Baiklah! Kalian mulai bekerja besok! Datang pagi-pagi, jam enam harus sudah ada disini!" Perintah Axelle.
Tanpa panjang lebar, Jessie dan Joanna menyanggupinya. Dan mereka segera keluar dari rumah itu dengan ekspresi mirip ikan sekarat yang baru diceburkan ke dalam kolam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
axel licik
2021-12-20
1
Lp.Ww
waoh pokoknya heboh dah ni novel aku suka bingit ......campur sari isinya.
2021-11-12
2
Ida Ismail
🤣🤣🤣🤣🤣🤣☺
2021-10-01
1