Ujung Timur (Penantian Sang Prajurit)
Putra Nagara adalah seorang TNI berpangkat kapten, dia tumbuh di sebuah panti asuhan sejak kedua orang tua nya meninggal dunia.
Hidupnya tanpa pernah merasakan kasih sayang kedua orang tua nya, hingga dia dewasa hanya merasakan kasih sayang dari Sang pemilik panti dan penghuni panti lainnya.
Sejak kecil Putra terkenal dengan kepintaran nya, dia adalah juara kelas hingga mendapatkan beasiswa di sekolah nya. Setelah lulus dia memutuskan untuk menjadi seorang Abdi Negara, hingga dia berpangkat seorang Kapten.
" Ayah, ibu anakmu kinih telah menjadi seorang perwira TNI. Lihatlah Ayah Ibu, kalian pasti bangga, anakmu telah berhasil." Ucap Putra yang sedang berjongkok di kedua makam orang tua nya.
" Andai kalian masih hidup, pasti kalian akan bangga, dengan perjuangan anak kalian."
Putra meraba kedua batu nisan orang tuanya, sekilas Flashback masih teringat pada sosok seorang anak berusia 5 tahun.
Flashback On
" Ayah, ibu kita hari ini jadi pergi ke kebun binatang kan? " Tanya Putra.
" Jadi sayang." Jawab Ibu Putra.
" Anak Ayah sudah siap naik gajah, naik kuda?" Tanya Ayah Putra.
" Siap Ayah, Putra nggak takut untuk naik hewan itu." Jawab Putra dengan penuh semangat.
Keluarga bahagia itu pergi dengan mengendarai sebuah mobil menuju kebun binatang, dan sepanjang perjalanan Putra selalu bernyanyi dengan tepukan kedua tangan nya.
Naik - naik, ke puncak gunung
tinggi - tinggi sekali
Naik - naik, ke puncak gunung
tinggi - tinggi sekali
Kiri - kanan kulihat saja
banyak pohon cemara
Kiri - kanan kulihat saja
banyak pohon cemara
Putra sangat bersemangat bernyanyi, hingga kedua orang tua nya pun ikut bernyanyi. Lenggak lenggok badan dengan semangat membuat suasana di dalam mobil begitu ceria.
Tanpa sengaja dari arah berlawanan muncul sebuah mobil truck dengan kecepatan tinggi, melaju dengan kencang hingga Ayah Putra membanting stir.
" Ayah.... awas.....!!!! " Teriak Ibu Putra
Aaaaarrrrggggggghhhh...
Braaaakkkkk....
Mobil pun menabrak sebuah pohon besar, hingga bagian depan mobil hancur. Putra yang duduk di bagian belakang hanya menangis melihat darah keluar dari tubuh kedua orang tua nya.
" Hik... hik... hik.... Ayah... Ibu.... hik... hik.... "
Tangis Putra begitu sangat keras, lalu warga berbondong-bondong membantu mengeluarkan kedua orang tua Putra, dan Putra pun dengan segera di selamatkan oleh warga.
*********
" Siapa nama kamu? " Tanya seorang polisi.
" Nama saya Putra Nagara." Jawab Putra.
" Umur kamu berapa?" Tanya Polisi tersebut.
" 5 tahun Pak." Jawab Putra.
" Kamu punya keluarga? Selain kedua orang tua kamu." Tanya kembali polisi tersebut.
Putra menggelengkan kepalanya, dan dia tertunduk sambil menangis.
" Hik... hik... hik.. apakah Ayah dan Ibu saya meninggal dunia?" Tanya Putra.
Polisi tersebut pun membelai rambut Putra yang model Jabrik, dan di peganggnya kedua bahu Putra.
" Nak kedua orang tua kamu meninggal dunia." Ucap Polisi tersebut.
" Hik... hik... Ayah Ibu hik... hik... jangan tinggalin Putra.. hik... hik..... "
Tangis Putra pecah, hingga membuat orang yang berada di dalam ruangan pun merasa sangat kasihan melihat seorang anak kecil yang sudah menjadi Yatim piatu.
********
Putra pun menyaksikan pemakaman kedua orang tua nya, tangisan pilu seorang anak kecil membuat semua pelayat yang menyaksikan sangat menyanyat hati.
" Nak Putra?" Sapa seorang wanita paruh baya.
Putra dengan mata sembab memandang ke arah wanita yang menghampiri nya.
" Kenalkan nama Ibu Mutia, dari Dinas sosial." Ucap nya sambil membelai rambut Putra.
" Kamu punya keluarga? "
Putra hanya menggelengkan kepalanya, dan kembali menundukkan kepalanya.
" Kedua orang tua saya yatim piatu, mereka hidup dalam satu panti sebelum Ayah dan Ibu menikah." Ucap Putra.
Polisi yang menangani kecelakaan yang menimpa nya pun mendekati Putra dan Ibu Mutia.
" Nak Putra, ini Ibu Mutia dari Dinas Sosial, beliau akan membawa kamu ke sebuah panti asuhan, karena kamu hidup sebatang kara." Kata Polisi tersebut.
" Saya masih punya rumah." Kata Putra sambil memandang kedua orang yang tidak dia kenal.
" Anak kecil seperti kamu, tidak baik hidup sendiri. Di luar sangat keras, kamu akan berlindung di sebuah panti asuhan. Mereka akan merawat kamu, untuk rumah kamu bisa peggang kuncinya. " Ucap Mutia.
********
" Ayok masuk, ini Panti Asuhan Ibu. Selain bekerja di Dinas Sosial Ibu memiliki Panti Asuhan." Kata Ibu Mutia sambil merangkul Putra.
Putra memandang ke arah sekeliling Panti Asuhan tersebut, dan melihat seorang anak kecil perempuan yang sedang menangis sambil memeluk boneka.
" Dia kenapa? " Tunjuk Putra ke arah seorang anak perempuan tersebut.
" Namanya Mentari Senja Timur, di panggil senja." Ucap Ibu Mutia.
" Kenapa dia menangis? " Tanya Putra.
" Kedua orang tua Senja telah meninggal dunia, asli Senja bukan orang sini tapi dari ujung Timur. Dia asli Jawa tapi karena kedua orang tua Senja pengusaha disana, dia sudah menjadi warga sana. " Jawab Ibu Mutia.
" Kenapa Senja disini? " Tanya Putra.
" Keluarganya menitipkan disini." Jawab Ibu Mutia.
Putra pun mendekati Senja yang sedang menangis, lalu Putra pun duduk di samping Senja.
" Kamu jangan menangis terus, saya juga sama seperti kamu seorang anak Yatim Piatu." Ucap Putra.
Senja kemudian, melirik ke arah Putra.
" Mamah Papah kamu meninggal dunia?" Tanya senja.
" Panggil saya Abang, Bang Putra Nagara senja!!! " Ucap Putra kesal.
" Karena saya lebih tua dari kamu."
" Abang tahu nama saya? " Tanya Senja.
" Dari Ibu Mutia." Jawab Putra.
*********
Hari - hari Putra dia lalui di Panti Asuhan bersama Senja, mereka sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Hingga membuat Ibu Mutia sangat bahagia.
" Abang kalau sudah besar cita - cita nya mau jadi apa? " Tanya Senja.
" Abang mau jadi Tentara." Jawab Putra.
" Kalau Senja mau jadi seorang guru." Ucap Senja bersemangat.
" Kenapa ingin menjadi seorang guru?" Tanya Putra.
" Karena Senja ingin membuat semua orang pintar tidak buta huruf dan membaca." Jawab Senja polos.
" Abang kenapa ingin menjadi Tentara?"
" Karena Tentara itu keren, Abang ingin mengabdi pada negara." Jawab Putra dengan semangat.
********
" Ayah.... Ibu...... awas.....!!!!
Braaaggghhhhh.....
" Ayah Ibu hik... hik... Ayah Ibu... Putra kangen."
Putra menginggau saat tidur, dan terus berteriak memanggil kedua orang tuanya. Hingga membuat Ibu Mutia dan Suami nya yang sedang berkeliling kamar, mendengar nya langsung memasuki kamar yang di tempati Putra yang berisi 4 anak laki - laki.
" Ya Allah Ayah, Putra demam?" Ucap Ibu Mutia sembari memegang dahi Putra.
Pak Wahyu suami Ibu Mutia pun memegang dahi Putra, begitu terkejut demam nya sangat tinggi.
" Kita harus panggil Toni ke rumah Bund, untuk memeriksa Putra. " Kata Pak Wahyu khawatir.
" Baik Ayah, nanti Bunda hubungi Toni." Ucap Ibu Mutia lalu beranjak keluar kamar untuk menghubungi Toni.
Selang 1 jam, Toni yang di maksud adalah seorang Dokter, dia adalah anak dari Ibu Mutia dan Pak Wahyu.
" Ayah, Bunda seperti nya Putra demam karena ingat sama kedua orang tuanya." Ucap Toni setelah selesai memeriksa Putra.
" Kasihan anak kecil seperti dia sudah menjadi yatim piatu." Ucap Pak Wahyu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
AnsadB
mampir lagi di cerita favorit aku
2023-08-14
1
AnsadB
Aku mampir lagi thor
2023-08-14
1
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Next
2023-07-05
1