Putra Nagara adalah seorang TNI berpangkat kapten, dia tumbuh di sebuah panti asuhan sejak kedua orang tua nya meninggal dunia.
Hidupnya tanpa pernah merasakan kasih sayang kedua orang tua nya, hingga dia dewasa hanya merasakan kasih sayang dari Sang pemilik panti dan penghuni panti lainnya.
Sejak kecil Putra terkenal dengan kepintaran nya, dia adalah juara kelas hingga mendapatkan beasiswa di sekolah nya. Setelah lulus dia memutuskan untuk menjadi seorang Abdi Negara, hingga dia berpangkat seorang Kapten.
" Ayah, ibu anakmu kinih telah menjadi seorang perwira TNI. Lihatlah Ayah Ibu, kalian pasti bangga, anakmu telah berhasil." Ucap Putra yang sedang berjongkok di kedua makam orang tua nya.
" Andai kalian masih hidup, pasti kalian akan bangga, dengan perjuangan anak kalian."
Putra meraba kedua batu nisan orang tuanya, sekilas Flashback masih teringat pada sosok seorang anak berusia 5 tahun.
Flashback On
" Ayah, ibu kita hari ini jadi pergi ke kebun binatang kan? " Tanya Putra.
" Jadi sayang." Jawab Ibu Putra.
" Anak Ayah sudah siap naik gajah, naik kuda?" Tanya Ayah Putra.
" Siap Ayah, Putra nggak takut untuk naik hewan itu." Jawab Putra dengan penuh semangat.
Keluarga bahagia itu pergi dengan mengendarai sebuah mobil menuju kebun binatang, dan sepanjang perjalanan Putra selalu bernyanyi dengan tepukan kedua tangan nya.
Naik - naik, ke puncak gunung
tinggi - tinggi sekali
Naik - naik, ke puncak gunung
tinggi - tinggi sekali
Kiri - kanan kulihat saja
banyak pohon cemara
Kiri - kanan kulihat saja
banyak pohon cemara
Putra sangat bersemangat bernyanyi, hingga kedua orang tua nya pun ikut bernyanyi. Lenggak lenggok badan dengan semangat membuat suasana di dalam mobil begitu ceria.
Tanpa sengaja dari arah berlawanan muncul sebuah mobil truck dengan kecepatan tinggi, melaju dengan kencang hingga Ayah Putra membanting stir.
" Ayah.... awas.....!!!! " Teriak Ibu Putra
Aaaaarrrrggggggghhhh...
Braaaakkkkk....
Mobil pun menabrak sebuah pohon besar, hingga bagian depan mobil hancur. Putra yang duduk di bagian belakang hanya menangis melihat darah keluar dari tubuh kedua orang tua nya.
" Hik... hik... hik.... Ayah... Ibu.... hik... hik.... "
Tangis Putra begitu sangat keras, lalu warga berbondong-bondong membantu mengeluarkan kedua orang tua Putra, dan Putra pun dengan segera di selamatkan oleh warga.
*********
" Siapa nama kamu? " Tanya seorang polisi.
" Nama saya Putra Nagara." Jawab Putra.
" Umur kamu berapa?" Tanya Polisi tersebut.
" 5 tahun Pak." Jawab Putra.
" Kamu punya keluarga? Selain kedua orang tua kamu." Tanya kembali polisi tersebut.
Putra menggelengkan kepalanya, dan dia tertunduk sambil menangis.
" Hik... hik... hik.. apakah Ayah dan Ibu saya meninggal dunia?" Tanya Putra.
Polisi tersebut pun membelai rambut Putra yang model Jabrik, dan di peganggnya kedua bahu Putra.
" Nak kedua orang tua kamu meninggal dunia." Ucap Polisi tersebut.
" Hik... hik... Ayah Ibu hik... hik... jangan tinggalin Putra.. hik... hik..... "
Tangis Putra pecah, hingga membuat orang yang berada di dalam ruangan pun merasa sangat kasihan melihat seorang anak kecil yang sudah menjadi Yatim piatu.
********
Putra pun menyaksikan pemakaman kedua orang tua nya, tangisan pilu seorang anak kecil membuat semua pelayat yang menyaksikan sangat menyanyat hati.
" Nak Putra?" Sapa seorang wanita paruh baya.
Putra dengan mata sembab memandang ke arah wanita yang menghampiri nya.
" Kenalkan nama Ibu Mutia, dari Dinas sosial." Ucap nya sambil membelai rambut Putra.
" Kamu punya keluarga? "
Putra hanya menggelengkan kepalanya, dan kembali menundukkan kepalanya.
" Kedua orang tua saya yatim piatu, mereka hidup dalam satu panti sebelum Ayah dan Ibu menikah." Ucap Putra.
Polisi yang menangani kecelakaan yang menimpa nya pun mendekati Putra dan Ibu Mutia.
" Nak Putra, ini Ibu Mutia dari Dinas Sosial, beliau akan membawa kamu ke sebuah panti asuhan, karena kamu hidup sebatang kara." Kata Polisi tersebut.
" Saya masih punya rumah." Kata Putra sambil memandang kedua orang yang tidak dia kenal.
" Anak kecil seperti kamu, tidak baik hidup sendiri. Di luar sangat keras, kamu akan berlindung di sebuah panti asuhan. Mereka akan merawat kamu, untuk rumah kamu bisa peggang kuncinya. " Ucap Mutia.
********
" Ayok masuk, ini Panti Asuhan Ibu. Selain bekerja di Dinas Sosial Ibu memiliki Panti Asuhan." Kata Ibu Mutia sambil merangkul Putra.
Putra memandang ke arah sekeliling Panti Asuhan tersebut, dan melihat seorang anak kecil perempuan yang sedang menangis sambil memeluk boneka.
" Dia kenapa? " Tunjuk Putra ke arah seorang anak perempuan tersebut.
" Namanya Mentari Senja Timur, di panggil senja." Ucap Ibu Mutia.
" Kenapa dia menangis? " Tanya Putra.
" Kedua orang tua Senja telah meninggal dunia, asli Senja bukan orang sini tapi dari ujung Timur. Dia asli Jawa tapi karena kedua orang tua Senja pengusaha disana, dia sudah menjadi warga sana. " Jawab Ibu Mutia.
" Kenapa Senja disini? " Tanya Putra.
" Keluarganya menitipkan disini." Jawab Ibu Mutia.
Putra pun mendekati Senja yang sedang menangis, lalu Putra pun duduk di samping Senja.
" Kamu jangan menangis terus, saya juga sama seperti kamu seorang anak Yatim Piatu." Ucap Putra.
Senja kemudian, melirik ke arah Putra.
" Mamah Papah kamu meninggal dunia?" Tanya senja.
" Panggil saya Abang, Bang Putra Nagara senja!!! " Ucap Putra kesal.
" Karena saya lebih tua dari kamu."
" Abang tahu nama saya? " Tanya Senja.
" Dari Ibu Mutia." Jawab Putra.
*********
Hari - hari Putra dia lalui di Panti Asuhan bersama Senja, mereka sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Hingga membuat Ibu Mutia sangat bahagia.
" Abang kalau sudah besar cita - cita nya mau jadi apa? " Tanya Senja.
" Abang mau jadi Tentara." Jawab Putra.
" Kalau Senja mau jadi seorang guru." Ucap Senja bersemangat.
" Kenapa ingin menjadi seorang guru?" Tanya Putra.
" Karena Senja ingin membuat semua orang pintar tidak buta huruf dan membaca." Jawab Senja polos.
" Abang kenapa ingin menjadi Tentara?"
" Karena Tentara itu keren, Abang ingin mengabdi pada negara." Jawab Putra dengan semangat.
********
" Ayah.... Ibu...... awas.....!!!!
Braaaggghhhhh.....
" Ayah Ibu hik... hik... Ayah Ibu... Putra kangen."
Putra menginggau saat tidur, dan terus berteriak memanggil kedua orang tuanya. Hingga membuat Ibu Mutia dan Suami nya yang sedang berkeliling kamar, mendengar nya langsung memasuki kamar yang di tempati Putra yang berisi 4 anak laki - laki.
" Ya Allah Ayah, Putra demam?" Ucap Ibu Mutia sembari memegang dahi Putra.
Pak Wahyu suami Ibu Mutia pun memegang dahi Putra, begitu terkejut demam nya sangat tinggi.
" Kita harus panggil Toni ke rumah Bund, untuk memeriksa Putra. " Kata Pak Wahyu khawatir.
" Baik Ayah, nanti Bunda hubungi Toni." Ucap Ibu Mutia lalu beranjak keluar kamar untuk menghubungi Toni.
Selang 1 jam, Toni yang di maksud adalah seorang Dokter, dia adalah anak dari Ibu Mutia dan Pak Wahyu.
" Ayah, Bunda seperti nya Putra demam karena ingat sama kedua orang tuanya." Ucap Toni setelah selesai memeriksa Putra.
" Kasihan anak kecil seperti dia sudah menjadi yatim piatu." Ucap Pak Wahyu.
Senja memegang dadanya, terasa sesak asma nya pun kambuh. Ibu Mutia segera memberikan inhaler pada Senja.
" Bagaimana Nak, sudah agak mendingan?" Tanya Ibu Mutia sambil mengusap punggung senja.
" Bang Putra mana Bund? " Tanya Senja.
" Abang mu sedang demam tinggi." Jawab Ibu Mutia.
" Bolehkah Senja menjenguknya Bund?" Tanya Senja kembali.
" Boleh, tapi kamu masih lemas karena Asma kamu kambuh."'Ucap Ibu Mutia.
Senja yang di antar Ibu Mutia untuk melihat ke adaan Putra, yang masih agak sedikit demam.
" Abang.. hik... hik... "
" Abang kenapa sakit?" Tanya Senja.
" Abang juga nggak mau sakit." Jawab Putra.
Putra melihat Senja pun sedikit pucat, dan tangan Putra mengusap wajah Senja.
" Kamu Sakit?" Tanya Putra.
" Asma Senja kambuh." Jawab Senja.
" Kamu punya Asma? " Tanya Putra.
Senja pun menganggukkan kepala nya, dan lalu tangan kecilnya memeluk Putra yang tengah berbaring.
Ibu Mutia tersenyum bahagia, melihat kedekatan Putra dan Senja yang sangat begitu akrab.
********
" Ibu dan Bapak ada apa lagi kemari?" Tanya Ibu Mutia.
" Kami ingin membawa kembali Senja." Jawab Siska seorang wanita berhigh class dengan anggun nya.
" Setelah 1 tahun kalian taro di Panti asuhan, dengan alasan tidak mau mengurusnya dan membuang jauh ke pulau Jawa. " Ibu Mutia dengan nada sedikit kesal.
" Kami kan Om dan Tante nya, kami kasihan sama Senja hidup sendiri disini. Jadi kami ingin membawa Senja kembali, kami akan merawat senja seperti anak kami sendiri." Kata seorang pria bernama Hans suami dari Siska.
" Baiklah Saya akan panggilkan Senja, kalian tinggu sebentar." Ucap Ibu Mutia lalu keluar mencari senja.
Senja yang saat itu sedang bermain dengan Putra, tampak begitu sangat bahagia. Hati Ibu Mutia sunggu tidak rela memisahkan mereka berdua.
" Senja!! " Sapa Ibu Mutia.
" Ada apa Bund?" Tanya Senja.
" Ada yang ingin bertemu sama kamu, mereka Tante sama Om kamu datang jauh - jauh dari ujung Timur." Jawab Ibu Mutia.
Senja lalu mencerna ucapan Ibu Mutia, karena saat dia di titipkan di Panti Asuhan usia Senja masih berumur 2 tahun, jadi ingatannya masih belum mengingat sempurna apalagi tidak pernah bertemu selama satu tahun terakhir.
Senja pun di bawa ke ruangan Ibu Mutia, dia melihat sepasang suami istri muda. Tatapan kedua nya menunjukkan, bahwa mereka sangat merindukan Senja.
" Senja sayang... ini tante sama om!!! "'Ucap Tante Siska.
Senja lalu melirik ke arah Ibu Mutia, dan melihat ke arah Tante Siska dan Om Hans yang duduk di sofa panjang.
Senja kecil pun melangkah mendekati Tante dan Om nya, di peluknya Senja oleh kedua pasangan suami istri tersebut.
" Senja ikut kami pulang yuk?" Ajak Om Hans.
" Pulang kembali ke rumah?" Tanya Senja yang mengingat daerah asal nya.
" Iya, kita pulang." Jawab Tante Siska.
" Ibu Bapak, Senja sejak satu tahun ini mengindap Asma. Jadi saya mohon untuk memperhatikan kondisi kesehatan nya, jangan telat di beri obat." Ucap Ibu Mutia.
" Asma Bu, bagaimana anak seusia dia terkena Asma." Ucap Pak Hans dengan sedikit kecewa.
" Maafkan saya, tapi kami disini sudah memberikan yang terbaik untuk kesehatan Senja." Ucap Ibu Mutia.
Putra yang mengintip dari balik jendela, meneteskan air matanya. Dia merasa sangat kehilangan teman dekatnya, setelah kedua orang tua nya meninggal hanya Senja yang menjadi teman dekatnya. Hanya senja yang bisa membuat dia tersenyum.
********
Senja dengan tas di punggung nya berpamitan dengan Ibu Mutia dan Pak Wahyu, tangis Ibu Mutia membuat Senja kecil ikut menangis.
Satu tahun merawat Senja, banyak sekali kenangan indah bersama gadis kecil secantik Senja yang di telantarkan begitu saja oleh keluarga nya.
" Baik - baik kamu disana Senja, jangan nakal." Kata Ibu Mutia sembari mengusap air mata Senja.
" Bunda, Senja nggak mau ikut sama Tante Om hik... hik... hik... " Kata Senja sambil memeluk Ibu Mutia.
" Senja sayang, kamu masih punya keluarga. Mereka berhak merawat kamu nak, bila kamu sudah dewasa nanti mainlah ke Panti ini. Pintu Panti akan selalu terbuka lebar untuk kamu nak."
" Bunda.. hik... hik... hik.... "
Putra melihat dari balik pintu pun ikut menangis, tangisan nya hingga terdengar kedalam ruangan Ibu Mutia.
" Putra!! " Kata Pak Wahyu sambil mendekati Putra yang sedang menangis.
" Hik... hik... Senja mau di bawa kemana Pak? Hik... hik... hik... " Tanya Putra.
" Senja di jemput sama keluarganya, kembali ke daerah asalnya." Jawab Pak Wahyu.
Senja yang melihat Putra pun datang menghampiri Putra, dengan wajah yang penuh dengan air mata.
" Hik... hik... hik... Abang.. Senja mau pergi dulu hik.. hik... "
" Jangan tinggalin Abang Senja, kalau kamu pergi Abang sama siapa hik... hik... hik.. "
Senja melepaskan cincinya, dan memasangnya di jari kelingking Putra.
" Abang ingat Senja sama ini saja, suatu saat kalau Abang bertemu lagi dengan Senja balikin cincin ini. " Ucap Senja setelah memasangkan cincin di jemari Putra.
" Hik... hik... Abang janji, kalau suatu saat Abang jadi Tentara. Katanya nanti pindah - pindah tugas, kalau Abang dapat tugas disana Abang akan cari kamu hik... hik... "
" Senja tunggu di Ujung Timur."
Senja pun lalu bersama Om dan Tante menaiki sebuah mobil, Senja yang di dalam mobil terus menangis melihat keluar dari dalam balik kaca mobil.
" Hik... hik... hik... Senja.... jangan tinggalin Abang... hik... hik... "
Putra terus berlari mengejar mobil yang membawa Senja, hingga dia terjatuh.
Pak Wahyu mengangkat Putra dengan lutut yang berdarah.
" Hik.. hik... hik.. Bapak Saya ingin ikut Senja hik... hik... hik... "
Tangis Putra pecah hingga Ibu Mutia tak bisa menahan tangis nya, dia pun sungguh sangat kehilangan Senja yang sudah di anggap menjadi Anaknya.
********
" Hik... hik... hik... hik... "
Senja terus menangis di dalam mobil yang melaju membawanya, hingga membuat Tante Siska dan Om Hans sangat risih.
" Bisa diam nggak sih kamu hah... " Bentak Om Hans.
Senja yang tadi menangis, otomatis berhenti karena bentakan Om Hans.
" Kamu kalau masih nangis terus, Om akan lempar kamu keluar dari mobil."'Bentak Om Hans.
Senja ketakutan karena amarah Om nya, dia tidak menyangka perlakuan Om nya yang sangat buruk. Hingga dia bersedih, dan ingin kembali ke Panti.
********
" Hik... hik... Senja, Abang kangen sama Senja hik.. hik... "
" Abang nggak punya teman selain kamu Senja, kamu teman yang bisa membuat saya tersenyum kembali hik.. hik.. hik.. setelah Mamah Papah meninggal dunia hik... hik... "
Tangis Putra tak hentinya dia menangisi Senja, di balik pintu Ibu Mutia dan Pak Wahyu sangat bersedih dengan kesedihan Putra kehilangan teman dekatnya.
" Semoga suatu saat kalian akan di pertemukan kembali. " Ucap Ibu Mutia sambil mengusap air matanya.
Flashback Off
Putra meninggalkan pemakaman dan kembali ke Panti, sebelum kembali ke Panti, Putra membelikan bahan makanan, dan aneka snack untuk anak - anak penghuni panti lain nya.
"Bang.. Putra..." Sapa anak - anak Panti berlari mendekati Putra yang turun dari mobil.
Lalu Putra membuka bagasi mobilnya, dan menurunkan semua belanjaan nya.
" Bantu Abang bawa ini ke dalam ya. " Suruh Putra pada anak laki - laki penghuni Panti.
" Siap Pak Kapten." Ucap Guntur.
Putra pun sambil membawa kardus mie masuk ke dalam dapur, dan Ibu Mutia pun membantu menaruh belanjaan di atas meja.
" Banyak sekali belanjanya." Tanya Ibu Mutia.
" Buat stok 1 bulan Bund, mulai sekarang keuangan Panti akan Putra bantu." Jawab Putra.
" Alhamdulillah, terima kasih nak."
" Bund, selama Putra pendidikan atau satgas pernah tidak Senja datang ke Panti ini?"
" Sejak terakhir di bawa sama Tante dan Om nya, Senja belum pernah mengunjungi Panti. Dia kan ada di Papua, buat ongkos kemari kan mahal."
" Putra berjanji akan mencari dia, kalau Putra dapat tugas kesana. Dia cinta pertama Putra Bund."
" Bunda juga selalu berdoa, semoga kalian di pertemukan kembali." Ucap Ibu Mutia sambil mengusap punggung tangan Putra.
*******
Dengan menggunakan angkutan umum yang berdesakan, seorang wanita menggunakan seragam PDH nya dan tas punggung di belakang nya, berdiri berdesakan selama 1 jam perjalanan.
Tak henti dari situ, dia pun harus menyebrangi sungai dengan perahu selama 15 menit. Setiap hari dia lakukan demi mengabdi untuk negeri tercinta demi kemajuan putra putri bangsa.
" Selamat pagi Ibu Senja." Sapa anak - anak menyapa guru cantik yang baru tiba.
" Selamat pagi anak - anak." Balas Senja sambil tersenyum.
" Pekerjaan rumah kalian di kumpulkan sekarang."
" Ibu, mohon maaf Pablo lupa mengerjakannya." Ucap salah satu murid bernama Pablo.
" Kenapa lupa?" Tanya Senja.
" Maaf Ibu, kemarin beta ikut menebang sagu." Jawab Pablo.
" Jangan kamu pakai alasan ikut Ayah kamu ke hutan untuk menebang Sagu, pakai alasan yang tidak masuk akal lagi." Sindir Senja.
" Maaf Ibu, beta lupa." Ucap Pablo tertunduk.
" Hahahahhahaha.... "
Suara teriakan tertawa dari teman - teman nya membuat Pablo kesal dan menggebrag mejanya.
Braaagggggghhhh
" Kalian.....!!! " Ucap Pablo sambil menggemgam tangan nya.
" Sudah - sudah, kalian diam. Dan kamu Pablo jangan di ulangi lagi."
*********
Senja pun telah sampai di rumah, pulang pergi yang memakan waktu 3 jam perjalanan untuk ke tempat mengajarnya, hingga pulang pun setiap hari sampai matahari terbenam dia baru sampai.
Senja yang lelah, pun segera memasuki kamarnya. Dengan membaringkan tubuh nya di kasur.
" Senja bagi uang." Ucap Tania memasuki kamarnya.
" Kemarin kan sudah saya kasih, masa mau minta lagi." Kata Senja bangun dari berbaring nya.
" Kamu pelit ya sekarang, kamu itu disini numpang jadi jangan enak - enakan makan tidur gratis." Bentak Tania.
Senja pun yang tak mau berdebat dengan sepupunya pun memberikan 5 uang lembaran merah.
" Nah gitu dong, ini kan bisa buat shopping dan dugem."
" Jadi kamu ngabisin uang saya terus Tania, kuliah kamu sampai di DO karena ulah kamu nggak berubah." Ucap Senja kesal.
" Ssstttt.. nggak usah berisik, urus hidup kamu sendiri cari uang yang banyak untuk kami. Karena perusahaan keluarga kamu sudah di jual sama Mamah Papah." Ucap Tania sambil beranjak keluar dari kamar Senja.
Senja, sejak kecil memang di perlakukan tidak adil oleh Om dan Tantenya. Mereka menjemput Senja, hanya untuk memanfaatkan senja tentang warisan dari kedua orang tua nya.
Namun karena keserakahan Om dan Tante nya semua Aset yang di jual habis begitu saja, sehingga Senja membanting tulang untuk menghidupi keluarga Tante nya
*********
akh.. hik... akh... hik.. akh.. hik...
Tiba - tiba Asma Senja kambuh, dia pun mencari inhaler miliknya tapi tidak ada. Dan mencoba mencari di kotak obat inhaler cadangan nya pun tidak ada.
Senja pun berjalan sambil memegang dadanya yang sesak, dan menghampiri Tante, Om dan Tania yang sedang menonton TV.
" Tante, Senja mau tanya inhaler Senja dimana?" Tanya Senja sambil memegang dadanya yang sesak.
" Mana Tante tahu, kamu yang suka pake malah tanya sama Tante." Jawab Tante Siska ketus.
Akh... hik... akh.. hik...
" Tolong Tante, Om, Tania dada saya sesak. Asma senja kambuh tolong inhaler nya." Pinta Senja yang sudah kesulitan bernafas.
" Tuh ambil." Om Tio melempar inhaler miliknya.
Senja pun mengambil inhaler yang di lempar oleh Om nya, dan setelah menggunakan inhaler tersebut Senja bisa bernafas lega namun masih sedikit lemas.
" Kalian mau uang berapa?" Tanya Senja.
" Nah gitu dong, jadi anak jangan pelit." Jawab Om Hans.
" Transfer sekarang 10 juta." Ucap Tante Siska dengan nada ketus.
Senja pun meraih ponsel di sakunya, dan mentransfer sejumlah uang yang mereka minta.
" Senja tidak punya tabungan lagi, Senja mohon jangan minta uang lagi." ucap Senja sambil memegang dadanya.
" Tergantung." Ucap Om Hans sambil mengecek notifikasi SMS Banking yang masuk.
*********
" Bang, kapan saya dapat tugas ke daerah Timur? Saya pengen di tugaskan kesana." Pinta Putra
" Ada apa dengan wilayah Timur? " Tanya Danyon nya.
Putra tersenyum sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal.
" Ada hati yang menunggu disana." Jawab Putra.
" Wadidaw... weleh.. Aligator kita ternyata sudah punya kekasih toh."
" Kita berpisah sejak saya umur 5 tahun, dia 3 tahun."
" Hah... apa..!!! "
********
Senja menatap matahari yang mulai terbit, dia berangkat mengajar setelah Shubuh. Dan pulang mengajar sore hari.
" Indahnya matahari terbit dari ufuk Timur." Ucap Senja saat sedang duduk di angkutan umum.
Seketika Senja mengingat kisah 20 tahun yang lalu, saat pertemuan pertama nya dengan teman masa kecilnya.
" Bang Putra apa kabar? "
" Senja sudah tercapai cita - cita menjadi seorang guru, apakah Abang terwujud menjadi seorang TNI? "
" Senja masih berharap, Abang temui Senja di Timur Indonesia."
*********"
" Apa kabar kamu Senja? "
" Abang janji kalau Abang dapat tugas kesana, akan mencari tahu dengan pentunjuk yang Abang punya."
" Semoga kamu masih mengingat Abang, dan sesuai permintaan kamu, cincin ini akan Abang kembalikan saat kita bertemu nanti." Ucap Putra sambil memegang cincin yang menjadi bandul kalung nya.
" Kamu adalah cinta pertama Abang, semoga kelak kita di pertemukan lagi. "
" Tunggu Abang di ujung Timur."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!