"Astaga, di mana anak itu? Bisa-bisanya dia keluar rumah tanpa izin, bahkan tidak mengangkat teleponku." Sania semakin khawatir.
"Halo, Dinda. Aku ingin bertanya, apakah Star ada bersamamu?" tanya Sania yang kini menghubungi sahabatnya.
"Star? Tidak, aku sekarang masih di tempat kerja, apa dia tidak di rumah?" Dinda balik bertanya.
"Tidak, dia tidak di rumah. Aku harus bagaimana, Dinda? Aku takut dia menjadi incaran orang jahat." Wajah Sania nampak pucat.
"Begini, kamu tenang dulu, jangan panik, aku akan membantumu mencarinya, apa kamu sudah menghubunginya?" Dinda mencoba untuk tetap tenang agar Sania tidak semakin cemas.
"Sudah, aku sudah menghubunginya, tapi tidak diangkat sama sekali, Star tidak pernah seperti ini, dia selalu mengangkat teleponku dalam keadaan apa pun selama dia bisa, aku jadi takut terjadi sesuatu padanya."
"Baiklah, kamu tenang, kita cari sama-sama, sekarang kamu pulang dulu, siapa tahu Star ada di rumah, pastikan sekali lagi, jika memang tidak ada, baru kamu cari keluar, oke?" tukas Dinda menenangkan.
"Baiklah, terimakasih, Dinda."
"Iya, sama-sama. Kamu tenang ya, aku tutup dulu, bye." Sambungan pun terputus. Sania segera menyetop taksi untuk pulang ke kontrakannya.
Di lain sisi, kini Zan juga mendapat telepon dari Kepala pelayan di rumah. "Tuan muda, Tuan kecil tidak ada di kamarnya, kami semua sudah mencarinya ke mana-mana, tapi tetap tidak menemukan keberadaan tuan kecil, Maafkan saya, Tuan muda, saya lalai dalam bekerja." Terdengar suara panik Pak Gun dari seberang telepon.
"Hm, baiklah. Aku mengerti." Zan menutup teleponnya.
"Wen, lacak keberadaan Month sekarang." Zan berpindah menatap sekretarisnya.
"Baik, Tuan," jawab Sekretaris Wen segera menjalankan perintah.
Tak lama kemudian, Sekretaris Wen kembali mendekati Zan. "Tuan muda, tuan kecil sekarang sepertinya sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, arah sebelumnya berasal dari rumah sakit ini, mungkinkah ia datang ingin melihat Anda?"
Zan menggeleng. "Tidak mungkin, anak itu sejatinya tidak pernah peduli dengan siapa pun termasuk aku, dia tidak mungkin keluar dari rumah hanya ingin melihatku di sini, pasti ada yang lain."
Zan mencoba untuk menghubungi Month, tapi sebelum itu terjadi, matanya menangkap sebuah pesan transaksi yang keluar dari tabungan anaknya, alisnya seketika mengerut. "Uang sebanyak ini, buat apa?" gumamnya pelan.
Ia melihat tempat di mana Month melakukan transaksi, rumah sakit Family Happy. Itu adalah rumah sakit di mana ia dirawat sekarang. Zan semakin tak mengerti, untuk apa anaknya mengeluarkan uang di rumah sakit ini?
"Wen, segera periksa transaksi yang masuk di rumah sakit ini atas nama Month, aku ingin tahu untuk apa ia mengeluarkan uangnya tanpa ingin meminta padaku?
"Baik, Tuan muda." Sekretaris Wen segera keluar dari ruangan itu.
Setelah beberapa menit kemudian, Sekretaris Wen menghubungi Zan via telepon.
"Hallo, Tuan muda. Saya sudah
mendapatkan catatan tranksaksinya, memang benar pembayarannya menggunakan kartu milik tuan kecil, tapi ada orang lain yang mengatasnamakan pembayaran tersebut, saya menduga mungkin saja kartu milik tuan kecil dicuri dan tuan kecil dipaksa untuk melakukan apa pun termasuk memberitahukan pin miliknya."
"Tidak, kau sendiri tahu bagaimana keras kepalanya anak itu, tidak ada yang bisa membuatnya tunduk, bahkan jika ia harus terluka, dia juga akan tetap pada pendiriannya." Zan menolak asumsi Sekretaris Wen.
"Tapi, Tuan muda."
"Periksa kembali, transaksi dilakukan untuk pembayaran apa?"
"Oh, baiklah, Tuan muda."
Setelah memutus sambungan telepon, Zan mencabut selang infus yang masih terpasang di tangannya, lalu mengganti pakaian dan keluar dari ruangan.
~~
"Bagaimana?" tanya Zan ketika ia menghampiri Sekretaris Wen.
"Mereka menolak untuk memberikan informasinya, Tuan."
"Ck." Zan berdecak lidah kesal, lalu pergi menghampiri petugasnya.
"Panggil pemimpin kalian Dokter Albert, katakan padanya untuk datang menemuiku," ucap Zan begitu dingin.
"Maaf, Tuan. Dokter Albert sedang sibuk, atau mungkin ada pesan untuknya biar saya yang menyampaikan."
Zan memukul meja begitu geram. "Panggil sekarang atau kau akan menanggung resikonya, cepat!"
"B-baik, Tuan. Mohon tunggu sebentar." Melihat wajah Zan yang terlihat seram, petugas itu tampak takut dan menuruti kemauannya.
Tak berapa lama, terlihat seorang dokter berjalan cepat menghampiri Zan. "Tuan Zan, ada yang bisa saya bantu?"
"Begini, Dokter Albert, tuan muda Zan ingin mengetahui catatan tranksaksi seseorang beberapa menit yang lalu, tapi pekerja Anda ini tidak ingin memberitahu, jadi terpaksa harus merepotkan Anda untuk mengurusnya." Sekretaris Wen menjelaskan.
"Oh, begitu rupanya. Maafkan saya, Tuan Zan. Saya akan segera memberikan catatannya pada Anda. Mohon tunggu sebentar.
Dokter Albert berbalik badan dan berkata pada pegawainya. "Cepat, berikan itu untuk Tuan Zan, kalian ini bagaimana, dia itu donatur rumah sakit ini, beraninya kalian tidak menghormati dia, jika dia marah, kalian yang akan kupecat, cepat bawa ke mari." Dokter Albert menegur mereka dengan suara yang pelan agar Zan tidak mendengarnya.
"M-maafkan kami, kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan ini lagi." Mereka bergegas memberikan apa yang diinginkan oleh pemimpin rumah sakit.
"Ini, Tuan. Silahkan dilihat." Ia memberikannya pada sekretaris Wen.
Di sana tertera bahwa transaksi itu dilakukan untuk pembayaran biaya tes DNA 4 orang, alis Zan seketika mengerut, ia pun semakin tak mengerti.
"Wen, urus kepulanganku dari rumah sakit ini, aku tidak butuh perawatan apa pun, kembali ke mobil setelah kau menyelesaikannya, bawa aku pulang ke rumah," ujar Zan sembari mengantongi lembaran kertas tersebut dan berlalu pergi.
"Month."
"Hm?"
"Kamu di mana? Untuk apa datang ke rumah sakit?" tanya Zan pada anaknya via telepon.
"Aku akan mengirim alamatnya, jika Papa tertarik dengan alasanku, datanglah ke alamat itu." Lalu Month menutup teleponnya begitu saja tanpa ingin berdebat panjang lebar.
Tak lama setelah telepon terputus, satu pesan masuk di ponsel Zan, sebuah alamat yang dikirim oleh Month, masih begitu melekat di kepalanya, kenapa Month mengirimkan alamat Sania?
"Apa dia sudah tahu bahwa wanita itu adalah ibunya?" gumam Zan.
Saat Sekretaris Wen kembali ke mobil, Zan segera memeritahkannya untuk pergi ke alamat Sania. Meski tampak bingung, Sekretaris Wen tetap menjalankan apa yang dipinta oleh Zan.
Lagi-lagi ia harus berhadapan dengan suatu tempat yang kotor dan berdebu, saat ia tiba di depan kamar Sania, ternyata Month sudah menunggunya di sana, membuat wajah Sekretaris Wen seketika memucat. "Tuan kecil, untuk apa Anda datang ke sini? Tempat ini tidak baik untuk Anda, ada banyak debu yang bisa mengganggu kesehatan Anda, tolong ikutlah bersama saya, saya akan membawa Anda pulang ke rumah."
"Paman, tetaplah di tempatmu, yang butuh pengawasan darimu hanya dia, aku tidak butuh." Sembari menatap tajam pada ayahnya.
"Tuan kecil, Anda tolonglah jangan salah paham pada Tuan muda, beliau itu sangat menyayangi Anda, jangan bersikap tidak sopan, boleh kah?" Suara Sekretaris Wen melemah. Ia tahu betul bagaimana Zan menyayangi anaknya, melihat Month yang sama sekali tak menghormati Zan, ia sendiri yang merasakan perasaan tak sedap itu.
"Orang tua yang baik tidak pernah mau mengacuhkan anaknya dan pergi setiap hari tanpa menanyakan bagaimana pengalaman anaknya setiap hari, dia hanya sibuk mengatur bisnisnya sampai lupa bahwa di rumah masih ada orang yang ingin dia pulang dan makan dengan tenang tanpa terburu-buru," sindir Month tanpa mengalihkan pandangannya dari Zan.
"Tidak apa, mencibirlah sesukamu, lebih baik kau membenciku agar saat aku pergi kau tidak akan merasa kehilangan," batin Zan.
"Kamu memintaku datang ke sini, apa karna kamu tahu sesuatu?" sahut Zan.
"Jika aku tidak mencari tahu sendiri, apakah Papa akan tetap menyembunyikan masalah ini selamanya?" balas Month, yang membuat Zan dan Sekretaris Wen hanya bisa terdiam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
auzi
kpn ni thor up ya.
klau up yg byk lh
2021-09-21
0
Ib
woyy author jangan ngajak baku hantam dehhh ini apa maksud ny up cuma 1 😡😂😂😂
2021-09-20
0
Any Eka
nah lo, gmna reaksi zan, klo tau anaknya kembar
2021-09-19
0