5 tahun kemudian.
Entah apa yang ada dipikiran si bos, aku malah dipulangkan ke sini hanya untuk mengurus sebuah proyek besar, belum lagi aku harus tinggal selama beberapa bulan. Menyebalkan.
Sania mendongakkan kepala menatap negara kelahirannya, di sebuah lapangan setelah ia turun dari pesawat, ia masih tak bergeming berdiri di tempat, hingga anak lima tahun di sisinya menatap sang ibu kebingungan. "Mami, sedang pikirkan apa?" Wajah tampan sang anak membuat hati Sania kembali luruh.
"Tidak, Sayang. Mami tidak memikirkan apa pun, tapi ... ada satu hal yang Mami harus beritahukan padamu, negara ini, sebenarnya adalah negara kelahiran Mami, makanya Mami masih tak percaya, selama lima tahun meninggalkannya, ternyata Mami akhirnya kembali ke sini lagi." Sania berjongkok di hadapan anaknya yang imut itu.
"Benarkah? Negaramu sangat cantik, Mami. Sepertinya aku akan betah di sini, Mami tenang saja, aku tidak akan membiarkan ada orang yang akan menyakiti Mami, sekarang Mami tidak sendiri lagi, ada aku yang akan melindungi Mami, bahkan sampai titik napas penghabisan." Anak itu memperlihatkan kepalan tangan kecilnya pada sang ibu.
Sania tersenyum senang. "Iya, Mami percaya padamu, kau si kecil yang pemberani, tentunya juga kebanggaan Mami." Sembari menoel hidung anaknya.
"Ayo, Mami. Di sini panas, aku sedikit gerah." Sembari mengipas wajahnya menggunakan tangan.
"Oh, iya. Mami lupa pangeran kecil Mami tidak suka panas." Sania bangkit dan kembali menggandeng tangan anaknya.
Entah bagaimana kabarmu sekarang, Nak. Pasti kamu sudah sebesar Star sekarang, Mami berharap kamu tetap sehat seperti adikmu. Batin Sania. Ya, Star adalah nama anak keduanya yang ia sembunyikan dari Zan Munarga.
"Tuan muda, maafkan saya, saya teledor, Tuan muda kecil menghilang saat saya membeli minuman untuknya." Sekretaris Wen berlari dengan panik melapor pada majikannya, ia telah mencari ke mana-mana, tetapi malah tidak menemukan anak majikannya itu.
"Kau bekerja untuk apa, hm? Anak sekecil itu bahkan masih bisa menghilang dari pandanganmu, tidak mau tahu bagaimana caranya, jika sampai terjadi apa pun pada anak itu, kau yang akan kuhakimi. Temukan dia, jangan kembali jika tidak bersamanya." Zan adalah Zan, dia akan tetap menjadi Zan Munarga yang dikenal orang, memiliki emosional buruk dan tak sabaran. Namun, sekeras apa pun watak pria ini, entah kenapa Sekretaris Wen masih begitu setia padanya. Bahkan tak jarang ia terus dimarah-marahi meski hanya perkara sepele sekali pun.
"Ada apa, Zan?" Kayra, anak dari Dokter Sam baru tiba di hari itu, kehadiran Zan di bandara juga karena ia diminta oleh orang tuanya untuk menjemput Kayra.
"Month, dia menghilang, anak itu selalu berusaha ingin kabur setiap kali diawasi, dia tidak suka ada yang mengawasinya," jawab Zan dingin.
"Kalau begitu tunggu apa lagi? Kita harus cari dia, bagaimana jika ada orang jahat yang ingin memanfaatkan Month demi menghancurkanmu? Ayo, di sini ada begitu banyak orang, tidak baik jika anak itu terlalu lama berkeliaran tanpa pengawasan." Kayra juga tampak cemas, meski ia kecewa bahwa Zan memiliki anak dari wanita lain, tapi itu tak bisa membuatnya membenci anak kecil.
"Halo, Din. Aku sudah di bandara, kamu jadi jemput, kan?" ujar Sania melalui sambungan telepon terhadap teman baiknya.
"Tentu, aku masih dijalan, sabar sedikit ya, princes. Kita pasti bertemu, sudah dulu, ya. Aku harus fokus agar bisa tiba dengan selamat, bye sampai jumpa cintaku, muach." Terdengar suara Dinda dari seberang telepon.
"Baiklah, bye."
"Kayra, kamu pergi dulu saja, aku akan mencari ke sana," ujar Zan.
"Oh, baiklah. Kabari aku jika kamu menemukannya." Kayra pun pergi.
Zan menghampiri Sania, karena ia melihat anak yang mirip dengan anaknya.
"Permisi, dia anak saya, bisa kembalikan sekarang? Tanpa izin saya, tidak ada yang boleh menyentuhnya, bahkan kau sekali pun." Suaranya terdengar semakin dingin, terlebih tatapannya pada Sania.
Seketika Sania seperti merasa bahwa jantungnya berhenti sejenak, bagaimana mungkin ia bisa bertemu lelaki yang paling tidak ingin ia temui ini?
*Tunggu, ada yang aneh dari kata-katanya*. Sania mengerutkan alis menatap Zan Munarga.
"Maksud Anda apa?"
"Ck, kau sungguh berpikir saya tidak mengenalimu, hm? Jangan berani-beraninya menyentuh anak itu, kau tidak berhak atasnya. Month, kemari sama Papa, sudah berapa kali Papa katakan? Kau tidak boleh sembarangan dekat dengan orang asing, kau tidak pernah mencerna ucapan Papa, apa kau ingin Papa menghukummu lagi?" Sorot mata Zan terlihat begitu kesal, lantas menarik tangan Star dari genggaman Sania.
*Papa*? *Sejak kapan aku menjadi anaknya*? Batin Star sambil menatap Zan tak suka.
"Ini kali terakhir saya mengingatkanmu, jangan pernah temui dia, atau kau akan menanggung risikonya." Mendengar kalimat Zan, Sania hampir tak tahan dengan emosinya sendiri, tapi ia masih diam saja, jika dia mengaku bahwa Star adalah anaknya, itu berarti secara langsung dia juga memberitahukan pada Zan Munarga bahwa mereka memiliki anak kembar, itu tak mungkin terjadi, bisa-bisa Star juga akan direbut oleh Zan Munarga.
Melihat Sania diam saja, Star juga tak berani bertindak sembarangan, ia kenal betul dengan maminya, jadi lebih baik ia juga diam agar maminya juga tenang.
Zan Munarga segera menggendong Star pergi meninggalkan Sania yang masih berdiri mematung di tempat, pikirannya saat ini benar-benar kacau balau, tidak tahu ia harus bagaimana, tapi di satu sisi, ia juga percaya bahwa Star bisa menjaga dirinya sendiri.
"Untuk yang kedua kalinya, aku bahkan masih tak berdaya saat anakku dibawa pergi begitu saja, tapi dulu dan sekarang itu berbeda, anakku tidak akan pernah memilihmu," gumam Sania sambil mengepalkan tangan begitu geram.
~~
"Wen, Month sudah dimobil, kembali sekarang." Lalu Zan kembali menutup teleponnya.
*Month? Apa itu nama anaknya*? *Apa wajah kami mirip? Atau, pria ini sedang sakit hingga tak bisa mengenali anaknya sendiri*? Batin Star.
"Papi, apa kau baik-baik saja?" tanya Star memberanikan diri, juga ikut berpura-pura berperan sebagai seorang anak.
"Papi? Aku tidak pernah mengajarkanmu memanggilku papi, juga sejak kapan kau peduli pada kesehatanku?" Berbicara tanpa menoleh pada Star sedikit pun.
*Kasar sekali, apa bahasa sehari-harinya seperti ini pada anaknya itu? Tunggu, biar ketebak, apa anaknya kabur darinya? Jika iya, maka aku sangat memaklumi aksinya, siapa juga yang akan betah memiliki orang tua seperti dia, sama sekali tak bisa lembut pada anak kecil*. Star terus berkata-kata dengan menyunggingkan bibir menatap Zan.
Di sisi lain, Sania masih dilanda kecemasan, sebab pesan teksnya masih belum dibalas oleh Star.
"Sania, sini!" Dinda yang baru tiba di bandara, segera melambaikan tangan pada Sania dengan bibir yang tersenyum lebar.
Melihat Sania yang berjalan lemah, Dinda pun ikut tak sedap. "Kau kenapa?"
"Star, dia dibawa oleh lelaki itu," jawab Sania tak semangat.
"Maksudmu Zan munarga?' tanya Dinda. Dan ia mengangguk lemah.
"Sial tu orang, tidak bisa dibiarkan, Sania. Kita harus merebut apa yang seharusnya kamu miliki, kita cari dia sekarang." Dinda tak terima, lantas menarik Sania untuk mencari Star.
"No, jangan sekarang. Nanti aku akan ceritakan padamu di perjalanan, untuk sekarang biarkan saja dulu, aku memang tidak percaya pada lelaki itu, tapi aku percaya pada Star, dia anak yang pintar, dia bisa melindungi dirinya."
Dinda pun akhirnya hanya bisa pasrah dan menurut. Dan saat mereka ingin pulang, Dinda tanpa sengaja melihat anak yang sangat mirip dengan Star.
"Sania, kau lihat di sana, bukankah itu Star?" Sembari menunjuk ke seorang anak yang duduk memeluk lututnya bernaung di bawah pohon.
*Dia* ... *Dia bukan Star, lalu apakah dia*? Sania seketika tersenyum begitu senang, sudah lima tahun terlewatkan, ia tak pernah bertemu dengan anak pertamanya, akhirnya sebentar lagi ia bisa memeluk anak itu. Menahan rasa rindu selama bertahun-tahun, tentu saja membuat Sania seketika memecahkan tangisnya setelah rindu itu akan terobati.
*Sayang*, *Mami datang*.
Sania mengambil langkah lebar dan cepat untuk menghampiri anak itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Alya Yuni
Paling gk suka dng si Sania trllu lembek kya bubur
2022-12-29
0
Alya Yuni
Dsar prmpuan bodoh bngat
2022-12-29
0
Nur Aini Tarigan
tukaran
2021-09-15
1