Sania baru saja tiba di kamar kontrakannya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu membuat alisnya mengerut. "Sebentar!" teriaknya sembari berjalan ke arah pintu, ketika pintu terbuka, dua orang lelaki yang paling menyebalkan bagi Sania berdiri di hadapannya. Ia semakin tak percaya bahkan mereka sampai mengikutinya ke kontrakan.
Zan seketika berdiri tegap seolah tak terjadi apa-apa padanya, dibalik itu, jantungnya seakan sedang ditusuk-tusuk akibat detakan yang tak beraturan.
Sania kembali membanting pintu dengan keras tak ingin menemui mereka, apalagi ada Star, dia tidak mungkin membiarkan Zan mengetahui anaknya yang ia sembunyikan itu.
"Nona Sania, buka pintunya, Tuan muda ingin bicara pada Anda, tolong jangan bersikap seperti ini!" teriak Sekretaris Wen sambil terus mengetuk pintu.
"Jangan bersikap seperti ini? Lalu aku harus bersikap seperti apa? Apa aku harus menuruti keinginannya seperti waktu itu? Ck, tidak akan, berteriaklah terus sampai tenggorokanmu sakit atau kalau perlu biar suaramu hilang sekalian, aku tidak akan membukanya untuk kalian," gumam Sania dengan suara yang meledek.
"Nona Sania, jika Anda tidak ingin membukanya, saya akan melaporkan ke atasan Anda mengatakan bahwa Anda tidak becus dalam bekerja dan menyinggung tuan muda kami, apakah menurut Anda dia akan memecat Anda detik ini juga?" ancam Sekretaris Wen.
"Oh, mau mengancam aku rupanya, ancam saja, keluarkan semua ancamanmu sekarang, memangnya aku peduli? pecat, ya pecat saja, memangnya aku takut? Hm." Sania menyunggingkan bibir lagi-lagi tersenyum tak peduli.
"Dobrak saja, wanita itu tidak takut dengan ancaman," sahut Zan tiba-tiba.
"T-tapi, Tuan muda. Bukankah ini sama saja dengan pelanggaran? Dia bisa saja menuntut kita karena mencoba masuk tanpa izinnya sebagai penghuni kontrakan." Sekretaris Wen tampak ragu.
"Lalu akankah aku peduli? Dia mau lapor polisi juga aku tidak takut, dobrak sekarang atau gajimu kupotong," ancam Zan tak main-main.
"B-baik, Tuan muda. Akan saya lakukan." Sekretaris Wen tak berani membantah, sebelum ia mendobrak pintu, ia berkata pada Sania, "Nona Sania, saya peringatkan sekali lagi, buka pintunya sekarang atau saya akan membukanya secara paksa."
Beberapa detik tak mendengar jawaban dari Sania, Sekretaris Wen kembali bersuara. "Nona Sania, lebih baik Anda menjauh dari pintu, saya akan mendobrak pintunya!"
Brak!
Tendangan pertama berhasil membuat Sania terkejut setengah mati, ia memegangi dadanya ketika mendapat benturan saat Sekretaris Wen menedang pintu. "Akh, sakit. Pria sialan, berani-beraninya berbuat kasar, ngaku sebagai pekerja kantoran tapi sifat seperti preman. Baiklah, lihat bagaimana aku memberi kalian pelajaran." Sania menggulung lengan bajunya dan membuka pintu tiba-tiba, seketika saja Sekretaris Wen kelepasan hingga ia pun menerobos masuk ke dalam dan tersungkur di lantai.
"Rasakan, itu hukuman untukmu berani membuatku marah," gerutu Sania merasa puas.
Sekretaris Wen bergegas bangkit menahan rasa malu, baru kali ini ia seakan menjadi pria dungu yang tak memiliki kharisma sedikit pun.
Akibat keributan itu, semua penghuni kontrakan tiba-tiba saja keluar demi melihat apa yang terjadi dengan tetangga mereka. Tampak mereka semua mengerutkan alis menatap Zan dan Sekretaris Wen.
"Kalian ini siapa? Untuk apa datang ke sini? Pake buat keributan segala, berisik!"
Siapa pun pasti tak percaya jika melihat pemandangan seperti ini, seorang CEO yang terhormat dan seorang pria yang terkenal angkuh, sedang dibentak oleh ibu-ibu berdaster.
"Wen, katakan padaku, apakah di kota ini masih ada yang tidak mengenalku?" tanya Zan tak percaya, seumur hidup baru kali ini ia mendapat bentakan dari orang luar, bahkan kedua orang tuanya saja tidak pernah melantangkan suara di hadapannya.
"Ck, dasar pria dungu, dia kira semua orang mengerti tentang bisnis? Tebal sekali ternyata mukanya, apakah selama ini dia mengira semua orang di kota mengenal dirinya? Haha, rasanya ingin sekali aku mencubit ususnya biar dia mengendap di toilet seharian." Sania tertawa begitu puas dalam benaknya, melihat wajah pucat seorang CEO sombong ini, mendatangkan sebuah kebahagiaan tersendiri untuknya. Kapan lagi dia bisa menyaksikan musuh bebuyutannya ini mati kutu.
Melihat Sania yang dari tadi selalu tersenyum puas dan meledeknya, Zan seketika meraih tubuh Sania dan merangkulnya, sembari memaksakan diri tersenyum pada ibu-ibu berdaster di hadapannya. "Maaf sudah mengganggu waktu Anda-Anda sekalian, istri saya kabur dari rumah dan tinggal di sini, saya sedang memaksanya pulang, tapi dia keras kepala, tetap mau tinggal di sini, jadi ada sedikit keributan yang tidak bisa terkendali, saya minta maaf."
Sania melotot tajam pada pria yang merangkulnya ini, sambil berusaha untuk memberontak, tapi kekuatan Zan jauh melebihinya, ia benar-benar terkunci dalam rangkulan itu.
Sementara Sekretaris Wen, ia sendiri tidak tahu harus bereaksi seperti apa, melihat majikannya yang selalu menjaga image dan harga diri, kini malah meminta maaf dan menurunkan derajatnya di hadapan orang-orang biasa yang tinggal di perumahan kumuh itu, kenapa juga tuan mudanya mau melakukan hal seperti itu? Mau dibilang ia melakukannya untuk Sania, tapi bukankah tuan mudanya membenci wanita? Lantas karena apa?
"Oh, Mbak Sania sedang marah-marahan sama suaminya? Pantas saja mau tinggal di kontrakan seperti ini. Eh, Pak. Kalau punya istri itu disayang, bukan disia-siakan, kalau dia bilang tidak mau pulang, itu artinya dia ingin Anda membujuknya secara baik-baik, bukan malah memaksa, jangan sampai Anda menyesal saat kehilangan dia nanti. Ingat, rata-rata semua wanita tidak akan pernah ingin mengemis cinta pada lelaki yang sudah menyia-nyiakannya, camkan itu!" ucap sang ibu menegaskan, setelah mengucapkan kalimatnya, ia pun kembali masuk ke kamar dan yang lain ikut bubar.
Sania seketika mendorong tubuh Zan dengan keras hingga pria ini mundur dua langkah, ia masih tertegun mencerna ucapan ibu itu, kenapa kalimat tersebut terdengar seperti sebuah sindiran untuknya? Benarkah ia sudah menyia-nyiakan Sania? Namun, bukankah pernikahan mereka hanya karena berdasarkan perjanjian? Itu tidak bisa disebut sebagai menyia-nyiakan, kan?
"Tuan muda, apa Anda baik-baik saja?" tanya Sekretaris Wen sembari mendekati Zan.
Zan tersadar dari lamunan, ia memijit alisnya beberapa kali, lantai yang ia pijak seakan bergelombang seperti berada di atas air.
"Aku baik-baik saja." Zan mengerjap beberapa kali mencoba menetralkan kembali pandangannya.
"Hei, Wanita. Saya dengar kamu tinggal di sini bersama seorang anak, benar begitu?" Zan ganti menatap Sania.
Sania terdiam, panik seketika, tak menyangka Zan bisa tahu bahwa ia tinggal bersama seorang anak. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bagaimana jika Star ketahuan?
"Diam berarti kamu membenarkan apa yang saya katakan. Saya jadi penasaran, seperti apa anak yang kamu lahirkan bersama pria lain." Zan masuk ke kamar Sania tanpa mendapat izin, Sekretaris Wen mengikuti ke mana majikannya pergi, tapi setelah beberapa menit mencari keberadaan seorang anak, tapi tetap saja tidak ada siapa-siapa di sana.
"Di mana kamu sembunyikan anak itu?" Zan lagi-lagi mendekati Sania, dekat dan semakin dekat.
Sania menelan salivanya yang terasa begitu berat, Star tidak ada di kamar, lalu kemana perginya anak itu? Dia sudah berpesan pada Star untuk tidak pergi ke mana-mana, tapi kenapa malah tidak ada? Apakah ada yang menculiknya? Pikiran Sania seketika buyar dan pecah tak karuan ke mana arahnya ia berpikir, ke mana ia harus mencari Star? Ia hanya memiliki Star sekarang, ia tidak bisa kehilangan anak lagi.
Sania tanpa sadar mendorong tubuh Zan begitu keras, pria angkuh ini entah kenapa tiba-tiba malah ambruk mendapat dorongan dari Sania. Bahkan ia sampai tak sadarkan diri.
"Tuan muda!" Sekretaris Wen berteriak, segera berjongkok melihat keadaan majikannya.
"Nona Sania, apa yang sudah Anda lakukan?"
Sania semakin dibuat panik. "A-apa yang kulakukan? A-aku tak melakukan apa pun," ucapnya terbata.
"Lalu kenapa tuan muda sampai pingsan begini?" Sekretaris Wen tampak begitu marah sampai wajahnya pun ikut memerah.
"A-aku tidak melakukan apa pun." Sania meremas rambutnya ketakutan, kenapa bisa jadi seperti ini? Ia benar-benar tak memiliki maksud apa pun, ia sendiri tak mengerti kenapa Zan tiba-tiba tak sadarkan diri saat didorong olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Aidul Putra
IDIH TAKUT.... KOQ BODOH KARAKTER ANDA THOR....!!???
2024-12-19
0
Alya Yuni
Sania trllu bodoh ktanya kuat e taunya lmbek bngat dsar wanita goblok
2022-12-30
0
Any Eka
jangan" modus si zan itu 😂
2021-09-17
0