Ketulusan Cinta Rini 2
"Hiks...hiks ...."
Terdengar suara tangis dari dalam kamar, terlihat seorang gadis remaja sedang menangis sambil duduk seorang diri.
Setia Harini atau Rini, gadis remaja yang baru berusia 19 tahun tengah menangis didalam kamar sambil memandang sebuah foto.
"Kenapa kamu harus bohongi aku Mas?
Aku benci kamu, kamu jahat, hiks ...."
Rini tampak marah dengan seseorang yang ada di dalam foto tersebut sambil terisak,
Rini memasukan foto yang digenggamnya kedalam laci meja rias dan berjalan mendekati ranjang yang terbuat dari kayu,ia merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil menangis.
Dua hari yang lalu.
"Maaf Nona, apa benar kamu yang bernama Rini?" tanya seorang laki-laki paruh baya mendekati Rini yang sedang duduk disebuah warung tenda untuk membeli makanan.
"Iya benar, ada apa ya Pak?" tanya Rini penasaran.
"Bisa ikut dengan Bapak sebentar, ada seseorang ingin bertemu dengan Anda!" jelas si bapak dengan sopan.
Rini tampak ragu karena laki-laki itu tidak dikenali olehnya,tapi akhirnya Rini mengikutinya karena penasaran.
Ia mengajak Rini masuk ke dalam mobilnya.
" Gak usah takut Nona, aku bukan orang jahat, percayalah." ucap laki-laki itu ramah sambil membukakan pintu untuk Rini dan
Rini pun masuk ke dalam mobil.
Laki laki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, setelah melihat gadis remaja yang bersamanya masuk ke dalam mobil.
Tampak ada ketegangan di wajah Rini,
Setelah berjalan cukup lama akhirnya mobil pun berhenti di sebuah bangunan mewah yang ada di kota Pekalongan.
Rini keluar dari mobil Setelah pintu dibukakan oleh laki-laki paruh baya yang mengajaknya tadi.
"Silahkan Nona, kamu sudah ditunggu di dalam," ucap laki-laki itu. Rini melihat takjub bangunan yang ada di depannya.
"Ini rumah siapa?" tanya Rini dengan hati dag dig dug.
"Ini rumah Tuan Burhan," jelas laki-laki yang membawanya.
"Hah ...." Rini membelalakkan matanya, kaget.
Rini menelan ludahnya sendiri, wajahnya berubah menjadi tegang.
Pingin lari tapi sudah terlambat.
"Ini rumah atau istana?" gumamnya dalam hati.
"Mari Nona, aku antar masuk ke dalam," ajak laki-laki itu ramah.
"I...iya!" jawab Rini, gugup.
Rini berjalan mengikuti langkah kaki laki-laki paruh baya itu dengan perasaan yang tidak menentu.
Tampak laki-laki paruh baya itu memencet bel yang terpasang di samping pintu.
Tidak lama pintu di buka dan keluar seorang wanita muda memakai hijab berwarna kuning.
"Tuan ada di dalam 'kan Mbak?" tanya laki-laki paruh baya itu dengan sopan.
"Iya Pak , Tuan sudah menunggu Bapak di ruang tengah.
Silahkan masuk Pak, langsung aja ke ruang tengah!" perintah wanita itu ramah
"Mari Nona," ajaknya lagi. Rini mengikutinya dari belakang.
"Seandainya orang tua Mas Rendi seramah ini," gumam Rini dalam hati melirik ke arah laki-laki paruh baya yang sedang berjalan di depannya.
Mereka berjalan cukup lama mengelilingi dalam rumah yang super besar dan mewah itu, akhirnya mereka pun sampai di ruang tengah, tampak sepasang suami-istri sedang duduk di sana bersama dengan seorang wanita muda yang sangat cantik. Mereka adalah kedua orang tua Rendi dan Siska.
"Selamat siang Tuan," sapa kaki-laki paruh baya itu dengan sopan.
"Akhirnya kamu datang juga, Rudi!" balas Pak Burhan, suaranya terdengar keras memenuhi ruangan.
"Aku sudah membawakan wanita yang Tuan sama Nyonya katakan, sekarang aku permisi dulu Nyonya," pamit laki-laki itu yang ternyata bernama Rudi.
Pak Rudi adalah salah satu orang kepercayaan Pak Burhan untuk membantu mengurus usahanya yang ada di Pekalongan.
"Iya, terimakasih Rudi, sekarang kamu boleh keluar," balas Pak Burhan tegas.
"Baik Tuan, permisi," ucapnya sopan sambil membungkukkan badan.
"Kamu silahkan duduk!" perintah Pak Burhan dengan suara beratnya menatap Rini dengan tatapan tajam Setelah kepergian Rudi.
Rini duduk dengan kepala menunduk tanpa berani melihat wajah kedua orang tua Rendi, hatinya berdebar tak menentu. "Tenang Rini, tenang....!" gumam Rini dalam hati mencoba menenangkan dirinya sendiri.
"Kamu tau, kenapa aku panggil kamu kesini?" tanya Pak Burhan dengan sikap dinginnya.
Rini menggelengkan kepalanya pelan, memberanikan diri menatap wajah orang tua kekasihnya ketika perasaannya sudah tenang.
"Kamu sudah kenal 'kan dengan wanita di sebelah saya ini? Dia adalah calon istri Rendi, mereka akan menikah 3 hari lagi.
Aku harap kamu mau mengerti, dan segera meninggalkan anak kami. Karena kamu tidak pantas untuknya," lanjut Pak Burhan dengan angkuhnya.
"Sekarang lo sudah tidak bisa mengalahkan gue," kata Siska dalam hati sambil tersenyum sinis ke arah Rini.
"Tapi aku sangat menyayangi Mas Rendi,kami sudah berjanji akan selalu bersama!" balas Rini lirih.
"Lupakan janji, kalau kamu memang benar menyayangi Rendi, kamu harus melepaskannya karena dia harus menikah dengan Siska.
Kamu tau kenapa?" tanya Bu Citra kepada Rini.
Rini hanya diam saja sambil menatap wajah Bu Citra dengan tatapan bingung.
"Karena dia sedang hamil anak Rendi," jelas Bu Citra tegas yang membuat Rini membulatkan kedua matanya dengan sempurna karena kaget.
"Ha ... hamil ...!" jawab Rini gugup.
"Tidak mungkin," lanjutnya lirih tidak percaya.
"Terserah kamu mau percaya atau tidak yang jelas seperti itulah kenyataannya.
Kami sudah sepakat untuk melangsungkan pernikahan mereka 3 hari lagi, jadi kamu harap mau mengerti jangan pernah ganggu anak kami lagi.
Karena jika tidak kami pastikan hidupmu tidak akan tenang," kata Pak Burhan dengan tegas.
Bagai tersambar petir di siang hari, tubuh Rini mendadak lemas.
Rini berusaha sekuat tenaga agar tidak jatuh.
"Terimalah ini dan pergi tinggalkan anak kami untuk selamanya!" perintah Pak Burhan dengan angkuhnya sambil menyodorkan sebuah amplop putih ke depan Rini.
"Apa ini?" tanya Rini bingung.
"Ini adalah sejumlah uang yang cukup banyak untuk kehidupanmu, bukankah itu yang kamu inginkan?" jelas Pak Burhan menghina Rini.
"Hem ... maaf Om, aku bukan perempuan seperti yang om pikirkan, aku benar-benar tulus mencintai Mas Rendi.
Cintaku tidak bisa ditukar dengan harta, kalau memang ini yang terbaik untuk Mas Rendi, Bapak tidak usah khawatir karena aku akan pergi meninggalkan Mas Rendi," ucap Rini dengan tersenyum walau sabenarnya hatinya terasa sakit bagai ditusuk seribu jarum.
"Maaf Om, Tante,bkalau sudah selesai aku pamit pulang." Rini berusaha tenang dengan air mata yang ditahannya.
Rini ingin segera meninggalkan rumah itu dan menangis sepuasnya. Rini langsung pergi meninggalkan kedua orang tua Rendi dan Siska, sesampai di depan rumah Pak Burhan tampak Pak Rudi berada di teras rumah sambil duduk seorang diri.
Pak Rudi menatap Rini yang terlihat pucat.
"Apa Nona baik-baik saja?" tanya pak Rudi dengan suara lembut.
"Tidak apa-apa Pak, tolong antarkan aku kembali Pak!" perintah Rini sopan.
"Iya, mari Nona," kata Pak Rudi ramah.
sesekali Pak Rudi melirik kearah Rini.
"Apa yang sabenarnya terjadi? Kenapa wanita ini terlihat murung? Ah...sudahlah itu bukan urusanku!" gumam Pak Rudi dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
Alwani Yunita
Aku mampir ya kak
Jika berkenan mari saling mendukung
"Ku kira kau selingkuh" chat story kak
2021-12-05
1