Jihan dari tadi sudah menguap pertanda ia sudah sangat mengantuk. Akhirnya Jihan pun tertidur di pangkuan Bundanya. Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju kembali ke rumah. 25 menit kemudian barulah mereka sampai.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Mobil yang di kendarai Revan telah sampai di depan halaman rumahnya. Revan langsung turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Hana. Hana yang membawa Jihan dalam gendongannya segera turun dari mobil.
" Makasih pak."
" Sama sama."
" Sini biar aku yang bawa Jihan."
" Nggak usah pak biar saya saja."
Di dalam hati Arlan ingin ia menginterupsi agar Hana jangan memanggilnya dengan sebutan pak, tetapi ia urungkan.
Mereka pun jalan beriringan memasuki rumah. Sesampainya di dalam suasana rumah sangat sepi. Hana langsung membawa Jihan ke kamarnya.
Sesampainya di kamar Hana langsung meletakkan anaknya di kasur dan ia bergegas mengambil handuk untuk segera mandi. Selepas mandi Hana melaksanakan sholat isya.
Setelah selesai sholat isya, Hana melipat alat sholatnya dan meletakkannya di dalam lemari. Hana bergegas memakai kembali hijab nya karena ia ingin ke dapur.
Hana melangkahkan kakinya menuruni tangga. Ia berjalan menuju ke arah dapur ingin mengambil air minum. Sesampainya Hana di dapur ternyata di sana juga ada Revan di meja makan, sedang minum jus jeruk.
Hana yang melihatnya Hana melirik sekilas dan tersenyum. Hana mengambil air putih di dalam kulkas. Hana yang melihat bibi dari arah kamarnya menuju dapur segera Hana berondong dengan pertanyaan.
" Bi, Mama sama Papa kemana? dari tadi Hana liat rumah sepi banget. Mereka udah tidur yah?"
" Nggak mbak, Ibu sama Bapak nggak ada di rumah. Tadi siang mereka ke Bandara
katanya ada keluarga nya dari luar kota yang sakit mbak. Ibu sama Bapak pengen jenguk soalnya waktu keluarganya di RS mereka nggak sempat jengukin. Sekalian juga katanya pulang kampung, karena udah lama nggak kesana."
" Oh, gitu toh. Pantesan dari tadi aku pulang kerja nggak lihat mereka."
" Mama sama Papa pulangnya kapan Bi?" kata Revan
" Kurang tau juga den, soalnya Ibu sama Bapak nggak ngomong."
Revan yang mendengarnya hanya menganggukkan kepalanya. saat Hana selesai minum Hana ingin kembali ke kamarnya tapi di hentikan oleh Revan.
" Besok kita berangkat jam 7. Soalnya saya ada keperluan mendadak. Jadi kamu harus pagi-pagi bangunnya, jangan sampe saya lama menunggu."
" Iya pak siap."
Hana pun berjalan melewati Revan namun baru beberapa langkah ia di hentikan lagi oleh Revan.
" Ada apa lagi pak, saya mau naik udah ngantuk."
" Dengar ya Hana, saya nggak mau lagi dengar kamu manggil saya dengan sebutan Bapak kalau lagi di rumah atau bukan dalam waktu kerja. Ngerti?"
" Ngerti pak... Eh maksud saya iya, Mas Revan."
" Goog girl. Udah sana tidur jangan begadang karena besok kita perginya cepet. Kalau kamu lama nggak bakalan aku tungguin."
Dalam hati ia berkata," iya, bawel. Aku juga tadi udah mau tidur tapi di tahan terus."
Hana tersenyum dan menganggukkan kepalanya lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Tepat pada pukul 07 pagi mereka telah selesai sarapan dan bersiap untuk berangkat ke kantor bersama.
Saat telah sampai di kantor Revan dan Hana langsung menuju ke lantai 25. Revan langsung masuk ke ruangannya sedangkan Hana mengecek jadwal direktur. Setelah selesai Hana masuk menuju ruangan direktur.
Tok tok tok, " Masuk"
Hana membuka pintu dan berjalan masuk ke arah Revan.
" Jadwal saya hari ini apa saja Hana?"
Hana pun membacakan jadwal Revan hari ini dan langsung di jawab oleh Revan.
" Kosongkan jadwal saya sampe jam makan siang. Soalnya saya ada keperluan. Nanti setelah makan siang baru saya kembali ke kantor."
" Siap pak."
Hana membungkukkan badan dan berjalan kembali ke meja nya dan melanjutkan pekerjaannya.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Di perusahaan PT Permana Grup di ruangan direktur
Tok tok tok, " Masuk!"
Masuklah dua orang lelaki yang memakai pakaian serba hitam.
" Selamat pagi Bos. Apa tugas yang harus kami kerjakan?"
" Pagi, jadi saya punya tugas sama kalian berdua. Saya mau kalian mencari tahu mengenai orang yang ada di gambar ini. Cari tahu mereka sekarang tinggal dimana?"
Katanya sambil memberikan selembar foto kepada dua orang itu. Mereka mengambil gambar itu dan terlihat gambar wanita dewasa dan anak balita.
" Saya mau besok kalian sudah harus melaporkannya kepada saya."
" Siap bos."
" Ya sudah, sekarang kalian boleh pergi."
Selepas kepergian mereka berdua, Arlan langsung mengeluarkan sebatang rokok dan menghisapnya sambil memasang wajah kesal.
Arlan berkata dalam hati, " kamu tidak bisa lepas dariku Hana. Tidak ada yang boleh memilikimu selain aku."
Arlan memang tidak bisa lepas dari Indah karena ancaman yang diberikan kepadanya, tetapi ia akan kembali kepada Hana tanpa harus di ketahui oleh Indah.
Biarlah ia menyembunyikan tentang pernikahannya dengan Indah. Ia tak ingin Hana mengetahui tentang kebusukannya, karena ia tak mau Hana mengetahuinya dan meminta cerai darinya. Arlan tak ingin itu terjadi karena ia masih mencintai Hana.
Namun tak lama setelah itu ada seseorang yang langsung masuk keruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ia mengangkat kepalanya dan melihat orang itu. Ternyata dia adalah Indah yang masuk dengan wajah sumringah.
Indah langsung berlari kearah suaminya dan duduk di pangkuannya. Ia mengalungkan tangannya ke leher suaminya.
Arlan langsung mematikan rokokya ke asbak.
" Indah kita lagi dikantor jangan seperti ini. turun sekarang."
Namun bukannya turun ia malah semakin tersenyum lebar.
" Mas aku punya kabar gembira buat kamu."
" Kabar apa itu?"
Indah langsung mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah benda kecil yang di tengahnya terdapat dua garis merah dan memperlihatkannya kepada suaminya.
Arlan seketika syok akan apa yang ia lihat. Ia tak punya niat untuk memiliki anak dengan Indah.
" Aku Hamil!"
Indah langsung memeluk suaminya dengan erat. Tak lama ia pun melepaskannya.
" Senangnya aku Mas. Akhirnya apa yang aku tunggu-tunggu kesampean juga."
Lama Indah menunggu respon dari suaminya namun ia tak memberikan selamat atau wajah antusias mendengar berita ini.
" Kok, kamu kayak nggak senang gitu dengar berita kehamilan aku. Kamu nggak ngerespon sama sekali saat aku tadi ngomong?"
" Siapa yang nggak senang dapat rejeki kayak gini. Aku cuma syok aja denger berita ini sampai sampai aku nggak merespon. Selamat yah."
Setelah berbicara Arlan langsung memeluk istrinya agar menyembunyikan ekspresinya dan untuk menenangkannya.
Arlan berkata dalam hati, " Apa yang harus aku lakukan sekarang. Indah sedang hamil. Jangan sampai Hana mengetahui tentang berita ini"
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Happy reading guys nya😚😚
Jangan lupa di like, komen, rate dan paling penting kasi vote ya, karena dengan begitu, author akan jadi lebih semangat buat nulis.
Salam story from by_me
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Ing
egois, kena batu
2022-11-18
0
Tuti Dwie
egois bngt lu Arlan mau menang sendiri ihh ga jelas deh suami bodoh
2022-11-18
0
bintang h
revan apa arlan???
2022-11-11
0