Kabar Gembira

Setelah berbincang dengan beberapa orang yang biasa memetik teh di sekitar lokasi kecelakaan, Dokter Rahma mulai mencurigai kecelakaan yang dialami Raka dan Cahaya adalah sebuah kesengajaan, apalagi tempat itu sepi dan hampir tidak pernah terjadi kecelakaan

Dugaan itu bertambah kuat dengan rentetan peristiwa teror yang mereka dapatkan selama beberapa hari

Tak lama setelah pulang dari kota, Dokter Rahma segera menghubungi petugas puskesmas untuk merahasiakan lokasi rumah sakit rujukan Raka dan Cahaya

***

Gendis dan Arjuna yang tengah menikmati makan malam di Cafe Rumah Sakit dengan tergesa-gesa menekan tombol lift, perawat menghubungi Arjuna bahwa Raka sudah siuman

Mereka begitu sangat bahagia dan antusias mendengar kabar itu, dan berharap Cahaya bisa segera sadar juga

" Mamah..." ucap Raka dengan nada lemas

" Iya nak mamah di sini, alhamdulillah nak kamu sudah sadar, terimakasih nak... " Gendis menangis bahagia

" Jangan menangis mah...Raka sayang mamah" ucap Raka dengan lirih

" Mamah juga sayang Raka dan Cahaya, ayo nak sembuh, mamah akan menepati janji mamah bertemu dengan papah, " ujar Gendis

" Pak, bu Silahkan ke meja dokter, " pinta perawat

" Sebentar ya sayang, mamah tinggal sebentar, " Gendis membelai rambut Raka

" Pak Arjuna, Ibu Gendis jika sampai nanti sore keadaan Raka stabil, akan dipindahkan ke ruang perawatan, " terang Dokter, gurat kebahagiaan tergambar di wajah mereka

" Baik terimakasih dokter, " jawab Aditya dan Gendis

" Lebih baik jangan beritahu Raka sekarang mengenai aku, tunggu sampai dia benar-benar stabil dan pulih, aku tidak ingin memberi tahu dia saat ini hanya akan membuatnya shock, " Saran Arjuna

" Baik tuan aku juga setuju, kita akan mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya, " jawab Gendis

" Aku akan menghubungi Ibu untuk memberitahu Raka susah sadar, " Gendis mengangguk, akhirnya mereka saling bekerja sama

Arjuna menghubungi dokter Rahma melalui video call,

" Nak ada kabar apa? " tanya dokter Rahma

"Raka sudah siuman bu, jika sampai dengan sore ini dia stabil, akan dipindahkan ke ruang perawatan, " jawab Arjuna

" Alhamdulillah syukur kalo begitu, lega, tapi bagaimana dengan Cahaya?"

" Cahaya masih di ruang ICU, semoga saja segera menyusul seperti Raka , "

" Terus berdoa nak, ibu yakin Cahaya akan segera sadar juga, jangan putus semangat yah, salam buat Gendis

"Baik bu, terimakasih, Do'akan selalu Raka dan Cahaya, kaga kesehatan ibu" ucap Arjuna dengan penuh harap

"Ibu akan selalu mendoakan kalian, " Arjuna menutup sambungan telepon

***

Reyhan ndan Ningsih bertemu di sebuah Cafe, sebelum ke rumah sakit,

" Ada apa, tumben kamu ingin ketemu aku berdua, " tanya Ningsih

" Kalau Raka dan Cahaya sudah sadar, aku ingin melamar Gendis, aku ingin langsung melamarnya, " mendengar ucapan Reyhan membuat Ningsih tersedak

" Kamu serius?, " Ningsih seakan tak percaya dengan apa yang sudah didengarnya

" Kenapa? apa karena Tuan Arjuna sekarang telah kembali ke sisi mereka? " senyum tipis menghiasi raut muka Reyhan

" Siapapun berhak mendapatkan cinta Gendis, dan aku harap orang itu tulus mencintai Gendis dan anak-anaknya, aku tau perasaan yang kamu miliki tulus untuk mereka, aku akan mendukung mu semoga dia luluh dengan apa yang kamu lakukan, tapi kamu juga harus siap dengan jawaban dari Gendis, apapun jawabannya, kamu tidak boleh berubah ya, tetap lah jadi Reyhan yang baik yang sekarang, " Ucapan Ningsih membuat Reyhan semakin yakin dengan keinginannya

" Tapi sepertinya aku terlalu berani bersaing dengan tian Arjuna, " ucap Reyhan tak percaya diri

" Kita tidak pernah tahu bagaimana hati Gendis, kita sangat mengenalnya, siapapun pilihan nya, aku yakin dia memilihnya dengan hati, " ucap Ningsih menengahi

" Apa menurut kamu aku punya kesempatan?" pertanyaan Reyhan membuatnya bingung Ningsih, dia sendiri tak tau siapa yang ada di hati Gendis

" Aku tidak berhak menjawabnya, biar Gendis yang menjawab , aku yakin kamu punya kesempatan dan persiapkan hati mu apapun jawabannya, " ujar Ningsih

Tak berselang lama, Handphone mereka berbunyi, tanda pesan singkat masuk

"Raka sudah siuman, " seru Reyhan, raut mukanya ceria

" Iya, ini aku juga baru dikasih tau, ayo kita ke rumah sakit sekarang, " ajak Ningsih, mereka berdua pergi ke rumah sakit bersama

***

Pada sore hari Raka dipindahkan dari ICU ke ruang perawatan, alat bantu pernafasan sudah dilepas, tapi masih terpasang kateter urine

" Maafin Raka mah, engga,k bisa jaga Cahaya, " Raka ngajak Cahaya ke toko untuk mengambil alat lukis, Raka kangen melukis mah, " ucap Raka dengan isak tangis,

" Tidak apa-apa sayang, adik Cahaya nanti bangun, mamah enggak marah kok, " Gendis mencium pipi Raka, Arjuna hanya bisa melihat tanpa bisa ikut memeluk anaknya

" Om baik kok ada di sini mah?" tanya Raka merasa keheranan

" Om kan jenguk... " ucap Arjuna

" Om Reyhan enggak ke sini mah?" pertanyaan Itu membuat Gendis merasa tak enak hati pada Arjuna, dan raut mukanya berubah seperti tidak suka

Belum juga Gendis menjawab pertanyaan Raka, terdengar suara ketukan pintu dan tak lama kemudian pintu terbuka

Gendis melihat Ningsih dan Reyhan datang " itu om Reyhan... " ucap Gendis

" Om Reyhan, tante Ningsih... " Raka terlihat senang dengan kedatangan mereka

" Kesayangan tante... alhamdulillah... tante kangen sayang... cepat sembuh yah, kan tante janji ajak Raka jalan-jalan ke museum lukisan, " ucap Ningsih

"Om senang Raka sudah bangun, " Reyhan mengusap kepala Raka

Situasi ini begitu tak nyaman untuk Arjuna, dia merasa tak punya tempat, tapi dia tak bisa memberitahu siapa dirinya saat ini, kesehatan Raka jauh lebih utama

Arjuna keluar dari kamar, dia tak bisa menahan cemburu pada Reyhan, Arjuna menganggap Reyhan berpeluang besar mendapatkan hati Gendis dan anak-anaknya

Menyadari situasi yang sedang terjadi, Gendis menyusul Arjuna

" Tuan mau ke mana? " Arjuna menoleh ke arah Gendis, dia bahagia wanita di depannya itu sadar akan kepergiannya

"Aku hanya sedang mencari udara segar, " jawab Arjuna sekenanya, Gendis tentu paham yang dirasakan Arjuna

" Jika tuan ingin memberitahu Raka sekarang, aku tidak akan melarangnya, " ucap Gendis

" Berhentilah memanggil ku dengan sebutan Tuan," Arjuna mengucapkan kata itu dengan sedikit rasa kesal

" lalu aku harus memanggil apa?" tanya Gendis tak paham

" Apakah kamu lupa, kita belum bercerai? " seru Arjuna, Gendis tak paham dengan apa yang dikatakan oleh Momo l)

Pembicaraan mereka terhenti ketika seorang perawat datang menghampiri mereka

" Permisi pak, bu saya dapat informasi dari ICU, Cahaya sudah siuman, mereka menghubungi handphone bapak dan ibu tidak ada jawaban, " ucap perawat itu

" Oh iya handphone ku lowbat, "ucap Arjuna

" Punya ku sepertinya di tas, kami akan segera ke sana" jawab Gendis

Arjuna dan Gendis langsung menuju ruang ICU, mereka masuk ke dalam ruangan dengan hati yang berdebar, ketika melihat selang oksigen yang sudah di lepas membuat mereka merasa lega

Bersambung...

Teman-teman jangan lupa like, vote dan komen yaaa, kritik dan saran sangat aku nantikan ❤🥰

Terpopuler

Comments

irma sari

irma sari

semangat ka😘

2021-09-12

1

Umi Ningsih Mujung

Umi Ningsih Mujung

❤️❤️❤️

2021-09-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!