Teror!

Nyonya Carla murka ketika mendengar laporan dari orang suruhannya, bahwa Arjuna telah bertemu dengan anak-anaknya Gendis, bahkan mereka bermain bersama di pemandian air panas, Nyonya Carla merasa ini masalah sebuah ancaman

"Berani sekali wanita itu mengabaikan peringatan ku, dia cukup tangguh untuk melawan ku" Ucap Nyonya Carla dengan geram

" Aku harus memberinya pelajaran agar dia paham sedang berhadapan dengan siapa! aku pastikan dia menderita! " batin nyonya Carla, dia segera memerintahkan orang itu untuk memberikan pelajaran pada Gendis dan dokter Rahma

" Lakukan dengan kekerasan jika perlu, saya tidak mau tau, kali ini kalian harus berhasil! ini bayaran kalian saya kasih full diawal, dan ingat jangan pernah libatkan saya! kerjakan dengan sangat rapih" nyonya Carla memberikan amplop berisi uang dan pergi meninggalkan mereka

" Baik nyonya, " jawab mereka dan segera meraih amplop tebal itu

***

Dokter Rahma dan Gendis melakukan aktivitas seperti biasanya, Arjuna berkomunikasi dengan dokter Rahma melalui pesan singkat ataupun video call, sudah dua minggu dia merahasiakan ini dari orang tuanya, dia tidak ingin ada pertengkaran karena saat ini Arjuna ingin menikmati kebersamaan dengan ibu kandungnya

Arjuna berjanji akan mengunjungi rumah ibunya saat akhir pekan atau saat pekerjaannya tak begitu padat, ada perubahan dalam dirinya sejak bertemu dengan dokter Rahma, keinginan memiliki pendamping semakin kuat, dia mulai merasa lelah ditemani kesepian

Arjuna ingin mencoba dekat dengan Gendis beberapa kali mencoba berbincang melalui pesan singkat tapi dia tak tau harus mulai dari mana, padahal akhirnya Arjuna hanya sekedar menanyakan kabar Raka dan Cahaya

Pagi hari yang cerah, sepeti biasanya Cahaya bangun tidur langsung menuju teras depan melihat pemandangan kebun teh yang sejuk, Cahaya selalu menyanyi di depan teras setiap pagi

" mamah... " teriak Cahaya, dia langsung masuk ke dalam rumah dan menangis, Gendis dan dokter Rahma yang sedang di dapur terkejut dengan teriakan itu

Gendis segera melepaskan pisau yang sedang dipegangnya dan mencari Cahaya

" Ada apa nak? " tanya Gendis dengan nada panik, khawatir terjadi sesuatu dengan anaknya

" liat mah di depan, Cahaya takut, " melihat anaknya yang menangis sesenggukan membuat Gendis penasaran

" Raka jaga adik mu sebentar, mamah dan eyang mau liat ke depan dulu, " pinta Gendis

" Baik mah, " jawab Raka, dia baru saja selesai mandi dan bingung adiknya menangis

Dokter Rahma dan Gendis berjalan ke menuju teras depan rumah untuk memeriksa apa yang sedang terjadi sehingga membuat Cahaya ketakutan

Alangkah terkejutnya Gendis dan dokter Rahma ketika melihat seekor burung tanpa kepala yang telah kaku, sepertinya dari semalam burung itu berada di teras depan rumah mereka, pantas saja Cahaya begitu ketakutan

" Apa maksud ini bu? siapa yang melakukan ini?" tanya Gendis, dia juga merasakan ketakutan

" Selama ibu tinggal di sini tidak pernah terjadi hal ini nak, " ungkap dokter Rahma

" Aku akan menguburnya di halaman, " Gendis segera memungut bangkai burung itu untuk menguburnya

Gendis bertanya-tanya siapa yang tega melakukan hal ini, selain kasihan pada burung yang mati dalam keadaan tidak baik tapi ini juga membuat Cahaya trauma

" Sudah sayang jangan menangis, sepertinya burung itu kepalanya di makan tikus, karena kelaparan jadi tikus tega makan kepala burung, " dokter Rahma berbohong untuk menenangkan Cahaya

Raka diam saja, dia tak tau apa yang sedang terjadi, dia hanya bisa membelai rambut saudara kembarnya

" Ayo sebentar lagi kalian sekolah, jangan sampai terlambat nanti kalian tidak boleh masuk kelas, " Dokter Rahma membujuk Cahaya dan Raka untuk segera bersiap-siap berangkat sekolah dan melupakan kejadian itu

Raka dan Cahaya telah bersiap pergi ke sekolah, Gendis menyiapkan sarapan pagi untuk mereka,

" Mamah antar kalian ke sekolah, kita sarapan dulu ya, " ucap Gendis

***

Satu minggu kemudian...

Setelah kejadian bangkai burung tanpa kepala, setiap hari ada saja kejadian yang membuat mereka ketakutan

Mulai dari Ular hidup di depan klinik, bangkai ayam di halaman rumah, kaca klinik yang pecah karena lemparan baru di malam hari, telepon yang berdering setiap hari tanpa ada yang berbicara.

Semua kejadian itu tidak hanya membuat mereka resah tapi juga warga sekitar yang merasa kenyamanannya terganggu, mereka berbisik dan menjadikan bahan gosip di belakang Dokter Rahma dan Gendis

" Ini seperti teror, apalagi hanya rumah ini yang menjadi sasaran, " ucap Reyhan

" Siapa yah yang tidak suka dengan ibu, " Dokter Rahma kebingungan

Gendis yang mendengar ucapan Reyhan jadi teringat dengan ancaman nyonya Carla. Tapi dia enggan membicarakan itu dengan Reyhan dan dokter Rahma, Gendis tidak ingin mereka ikut campur dengan masalah Gendis dan menjadi sasaran nyonya Carla

" Untuk sementara bagaimana kalau anak-anak aku antar ke sekolah, dan sementara tidak perlu buka toko dulu, " saran Reyhan

" Merepotkan nak Reyhan, tapi ibu setuju tidak perlu membuka toko dulu sementara waktu" ucap dokter Rahma

" Iya merepotkan kamu Reyhan, jarak dari rumah kami ke sini lumayan, " ucap Gendis tak enak hati

" Tidak apa-apa, kebetulan pabrik dan sekolah mereka satu arah jadi bisa sekalian, " jawab Reyhan, ini menjadi kesempatan baginya untuk lebih dekat dengan Gendis dan anak-anaknya, tapi rasa khawatir Reyhan juga tulus dia rasakan

" Terimakasih ya Reyhan atas bantuan kamu," Ucap Gendis, dia terpaksa menerima bantuan Reyhan untuk mengantar anak-anaknya sekolah krena dia harus membantu dokter Rahma di klinik, pasien biasanya banyak saat pagi

***

" Kerja kalian bagus, kalau dia sampai meminta anak-anaknya diantar oleh orang lain, berarti dia mulai merasa takut, lanjutkan aksi kalian, jika perlu sentuh anak-anaknya itu, terserah kalian apakan mereka, aku tidak peduli, tapi ingat buang handphone kalian setelah menelepon ku, jangan ada jejak kalian menghubungi ku!!" nyonya Carla menutup sambungan telepon dengan orang suruhannya, dia merasa puas telah membuat mereka ketakutan

" Kali ini kamu akan merasakan pedihnya kehilangan sesuatu yang sangat kamu cintai, setelah ini kamu akan menyesal telah menantang ku" nyonya Carla membatin dalam hatinya

***

" Adik, kita ambil alat - alat kakak yuk ke toko, sudah lama kakak enggak melukis, " ajak Raka

" Tapi kita belum ijin sama mamah, " ucap Cahaya

" Sebentar saja, kita ambil alat kakak aja terus kita pulang, kakak kangen melukis, " Raka membujuk Cahaya

" Oke ayo kak! " seru Cahaya

Mereka berjalan kaki dari sekolah menuju toko, seperti biasa mereka melewati hamparan kebun teh, saat menyebrangi jalan, sebuah mobil melintas dengan sangat cepat sehingga Raka dan Cahaya tidak bisa menghindar, dan mobil tersebut menabrak Cahaya dan Raka sehingga tubuh mereka terpelanting

Suara decitan mobil yang keras membuat orang yang tak jauh dari lokasi kejadian mendatangi sumber bunyi itu terdengar, mereka melihat mobil yang melaju dengan kencang dan tubuh Raka dan Cahaya yang tergeletak di pinggir jalan

Bersambung...

Teman-teman jangan lupa like, vote dan komen yaaa, kritik dan saran sangat aku nantikan ❤🥰

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!