Anak Genius

Satu Bulan Kemudian...

"Pekerjaan mudah seperti itu saja kalian tidak bisa! " Nyonya Carla menutup panggilan telepon sepihak, dia meremas tangannya menahan kesal

"Kalo begitu aku akan turun tangan, dia pasti tidak akan menolak dengan tawaran ku, " nyonya Carla begitu yakin dengan idenya

Bulan ini pelanggan yang meminta bimbingan les Gendis berkurang, orderan menata taman juga tidak ada, untung saja setiap hari ada saja wisatawan yang membeli lukisan Raka

Reyhan kerap membawa makanan dan buah-buahan untuk Raka dan Cahaya. Dia memang sudah lama menyukai Gendis, bahkan sejak masih di bangku SMA, tapi karena Gendis yang selalu juara kelas, dia merasa tak percaya diri dan malu mengutarakannya

Reyhan pernah menyatakan cinta pada Gendis, tapi Gendis menolak karena tidak mempunyai perasaan pada Reyhan, terlebih lagi dia masih sebagai isteri Arjuna, Gendis merasa tak pantas untuk Reyhan

Saat Gendis sedang menemani Raka dan Cahaya di toko, mereka melihat sebuah mobil mewah berhenti terparkir di depan toko mereka, lama pemiliki mobil itu tak keluar dari mobilnya, membuat Gendis bertanya-tanya

" Kalian di dalam yah, mamah mau lihat, Raka jaga adik Cahaya yah, " pinta Gendis

"iya mah, " jawab Raka

Gendis melangkahkan kakinya sampai di depan toko, akhirnya pemilik mobil itu keluar, seorang wanita tua yang masih terlihat cantik dan modis, Gendis terkejut melihatnya, nyonya Carla mertua yang tak pernah menganggap dirinya menantu

Dengan hati yang berdebar, Gendis melangkahkan kaki mendekati nyonya Carla

" Apa kabar bu? " Gendis mengulurkan tangannya dan membungkukkan badannya untuk bersalaman, tapi nyonya Carla tak peduli bahkan menunjukan ekspresi tidak suka

" Saya tidak mau basa basi, kamu tentu tau aku tidak menyukai kamu, dari dulu hingga saat ini, " ucap nyonya Carla

" Ada apa ibu menemui ku?" Gendis memberanikan diri bertanya

"Tinggalkan desa ini dan pergi jauh, " nyonya Carla mengucapkan kata-kata itu dengan sangat ketus, dan menyodorkan selembar cek diujung jarinya dengan melipat tangannya

" Tapi kenapa bu? aku dan anak-anak tidak pernah menganggu keluarga Pratama, aku juga tidak pernah mengatakan pada siapapun siapa ayah dari anak-anak ku!!" untuk pertama kalinya Gendis berani bersuara lantang di depan nyonya Carla

Sebuah tamparan keras melayang ke muka Gendis, menyisakan kemerahan, " berani kamu berteriak di depan saya, " ucap nyonya Carla dengan geram

"Maaf Bu aku tidak bermaksud tidak sopan, " ucap Gendis menahan air mata dan sakit di pipinya, tapi jauh lebih sakit di dalam dadanya

" Tidak ada yang bisa menjamin kamu tidak akan mengganggu keluarga kami, " tebas nyonya Carla

" Tidak bu, aku pastikan kami tidak akan mengganggu keluarga Pratama, " jawab Gendis

" Aku tidak peduli, kamu dan anak-anak mu mau ke mana, yang pasti aku ingin kalian pergi jauh dari desa ini" nyonya Carla tak peduli dengan perasaan Gendis

" Aku tidak memerlukan uang itu bu, kehidupan kami baik-baik saja, " Gendis menyerahkan cek yang terjatuh dari tangan nyonya Carla

"Dengan uang yang aku berikan, cukup untuk masa depan kalian, anak mu tidak perlu menjual lukisan dan mengamen, " Kata-kata nyonya Carla seperti sebuah tamparan yang berkali-kali.

Gendis memang belum bisa memberikan kehidupan yang layak untuk anak-anaknya tapi dia berusaha memberikan yang terbaik bagi mereka.

" Arjuna akan segera menikah dengan wanita yang sepadan dengannya, jadi jangan pernah menjadikan anak-anak mu sebagai alat untuk mempermainkan perasaannya!" setelah menuturkan kata-kata menyakitkan Nyonya Carla masuk ke dalam mobil, meninggalkan Gendis yang masih shock dengan perkataan nyonya Carla mengenai rencana pernikahan Arjuna, meskipun siap dengan kenyataan mengenai Arjuna, tetapi tetap saja Gendis merasa sakit

Mobil nyonya Carla sudah pergi dan tak terlihat lagi, sedangkan Gendis masih terdiam mematung, dia harus mengatur hatinya agar tidak terlihat sedih di depan anak-anaknya. Terlebih lagi Raka sangat perasaan dan sensitif

"Kamu baik-baik saja?" Ningsih segera berlari menghampiri Gendis

" itu mertua kamu yah? " tebak Ningsih, Gendis hanya mengangguk, setelah pertemuan singkatnya dengan nyonya Carla, dia merasa lemas

Ningsih adalah sahabat Gendis dari sejak SMA, sama seperti Reyhan, mereka satu sekolah. Dia kerap mengunjungi Gendis dan anak-anaknya saat pulang kampung menjenguk orang tuanya, dia sendiri bekerja di kota, beruntung Ningsih bisa melanjutkan kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan besar di kota

Gendis tidak pernah memberitahu perihal hubungannya dengan keluarga Pratama pada siapapun termasuk Dokter Rahma, Ningsih dan Reyhan

Ningsih menggenggam tangan Gendis, dia ingin menunjukan pada Gendis bahwa dia akan selalu ada untukmu sebagai sahabat, siap membantunya, meskipun hingga saat ini Gendis tidak pernah meminta bantuannya

" Tadi siapa mah?, " tanya Cahaya

" Tadi ada yang tanya alamat nak, " jawab Gendis berbohong, untung saja Raka sedang fokus melukis

" Yeay ada tante Ningsih, " Cahaya langsung memeluk Ningsih, dia senang bertemu degan Ningsih karena selalu membawa banyak makanan

Ningsih juga senang bertemu dengan Raka dan Cahaya, sudah tiga tahun dia menikah tapi belum dikaruniai momongan.

Ningsih memberikan 3 kantong kresek besar yang berisi makanan dan minuman untuk mereka

" Kamu selalu berlebihan Ning kalo beli buat mereka, " ucap Gendis

"namanya juga ngasih ponakan, udah gak apa- apa jarang-jarang ini aku datang, " jawab Ningsih sambil tersenyum melihat Cahaya begitu antusias dengan makanan yang dia bawa

" Terimakasih tante, " ucap Raka yang sedari tadi diam, segera dia meletakan kuasnya dan memilih makanan dalam kantong kresek itu

" Mah Cahaya boleh ikut lomba menyanyi? tapi jauh mah, " Cahaya menunjukan ekspresi tidak yakin ibunya akan mengijinkan

" Jauh di mana sayang?" tanya Gendis

" Di Kota mah, Cahaya mau ikutan mah, kata bu guru harus ijin sama mamah" jawab Gendis

" Wah bisa nih nanti nginap di rumah tante Ningsih, udah bolehin aja kantin aku ambil libur untuk antar kalian, " seru Ningsih, dia sangat bersemangat

" Ya sudah nanti mamah bilang ke ibu Yeni, " jawaban Gendis membuat Cahaya melompat kegirangan

"Hore... Terimakasih mamah ku sayang, " Cahaya memeluk Gendis

" Nak ayo makan dulu, "Gendis memanggil Raka yang masih melukis

" Sebentar mah tanggung, " jawab Raka

" Tinggalkan saja nak, nanti kamu sakit kalo telat makan, lukisan Raka juga masih banyak kan, "

" Semua lukisan ini sudah dipesan mah, besok mau diambil, " mendengar jawaban anaknya membuat Gendis terkejut

" Wah hebat ponakan tante!!, Ayo nanti makan tante traktir yah Raka dan Cahaya!" seru Ningsih

Gendis menyeka air mata yang hampir saja jatuh, setelah hatinya hancur bertemu dengan nyonya Carla, kini telah terobati dengan semua tingkah gemas anak-anaknya, merekalah obat dari luka yang dirasakan olehnya, dia sabar dan kuat

Bersambung...

Teman-teman jangan lupa like, vote dan komen yaaa, kritik dan saran sangat aku nantikan ❤🥰

Terpopuler

Comments

irma sari

irma sari

sweet

2021-09-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!