Pengakuan

Seorang laki-laki berlari sekencang mungkin, peluh nya membasahi baju, keranjang untuk untuk menampung teh masih menempel di punggungnya

" Adi kamu mau ke mana lari-lari?" tanya seorang pengendara yang melintas

" Saya mau ke rumah dokter Rahma, itu cucunya tertabrak, " jawabnya dengan nafas yang tersengal

" Ayo aku antar biar cepat sampai, " pengendara motor itu menawarkan bantuan,

" Bu dokter... bu... " Adi berteriak di depan klinik, Gendis dan Bu Rahma yang sedang menyiapkan makan siang terkejut dan segera menuju halaman depan klinik

" Ada apa kang kok teriak-teriak seperti itu? " tanya dokter Rahma

" Iya ada apa kang, sampai kaget, " Gendis menimpali

" Raka dan Cahaya kecelakaan bu, mereka sekarang langsung di bawa ke puskesmas, " jawab Adi

" Ya Allah....ibu... aku harus ke sana sekarang, kang minta tolong antar saya ke puskesmas, " pinta Gendis pada laki-laki itu

" Iya nak nanti menyusul, hubungi ibu ya, terimakasih kang Adi" Gendis langsung ke puskesmas sedangkan dokter Rahma menutup klinik dan mengunci rumah

Sampai di Puskesmas Gendis segera ke ruang UGD, dan melihat ke dua anaknya yang sedang ditangani, banyak kapas bekas usapan darah di tempat sampah samping bed UGD Puskesmas

" Maaf saya Ibu dari pasien anak yang tadi dibawa ke sini karena kecelakaan" ucap Gendis dengan tangisan

" Oh iya lagi ditangani bu sama dokter, tunggu sebentar, silahkan duduk dulu, " jawab petugas Puskesmas

Tidak berselang lama, seorang dokter jaga keluar dari ruangan UGD Puskesmas

" Bu, anaknya sementara sudah saya tangani tapi perlu penangan di Rumah sakit yang alatnya lebih lengkap, luka anak anak, ibu cukup parah, kita akan beri rujukan, nanti diantar oleh ambulan rumah sakit, " ucap dokter itu

" iya...Baik..dokter, terimakasih banyak, bagaimana baiknya saja, " Gendis tak bisa menutupi rasa khawatir yang dia rasakan, siapa yang dengan tega meninggalkan anaknya di jalanan setelah menabrak

Dokter Rahma dan Reyhan datang dengan mimik muka yang serius dan tampak sangat khawatir

" Bagaimana nak dengan Raka dan Cahaya?" tanya dokter Rahma

" Sudah ditangani oleh dokter bu untuk sementara, mereka sedang menyiapkan rujukan dan ambulan, luka mereka parah, perlu penanganan yang serius dengan alat- alat yang memadai, " jawab Gendis

" Kita mau rujuk ke rumah sakit mana? " tanya Reyhan

" Bagaimana bu? apa ibu punya pilihan rumah sakit?" Gendis tidak bisa berfikir jernih saat ini

" Kita langsung saja ke Rumah Sakit di kota, biar ibu berbicara dengan dokternya," Gendis terlihat pasrah, dia rela melakukan apapun untuk keselamatan anak-anaknya

Dokter Rahma meminta ijin masuk ke dalam ruang UGD Puskesmas untuk berkomunikasi dengan dokter jaga

Tak menunggu lama, mereka telah bersiap berangkat dengan ambulan menuju rumah sakit rujukan di kota, sebelumnya dokter Rahma sudah menghubungi temannya yang berada di rumah sakit itu. Cahaya dan Raka dibawa dengan mobil ambulan yang sama,

" Setelah menyelesaikan pekerjaan aku akan menyusul ke kota, " ucap Reyhan, Gendis yang B dari tadi menangis hanya mengangguk

Sepanjang perjalanan Gendis tak henti-hentinya menangis, tangannya gemetar, hatinya diselimuti rada ketakutan, dokter Rahma melihat Gendis berusaha menenangkan

" Mereka akan baik-baik saja, percaya pada ibu, " ucap dokter Rahma dengan menggenggam erat tangan Gendis, Raka dan Cahaya masih tak sadar kan diri karena pengaruh obat bius

Perjalanan ke Rumah sakit rujukan menempuh waktu 2jam dengan kecepatan ambulan, begitu sampai UGD Raka dan Cahaya langsung ditangani, Gendis dan dokter Rahma menunggu di ruang tunggu

Setelah satu jam lebih menunggu, dokter UGD keluar dan menghampiri mereka

" Perlu tindakan operasi pada mereka, jika setuju silahkan perawat akan mengantar ibu untuk menandatangani lembar persetujuan, " ucap dokter itu

" Baik dok, " Gendis dan dokter Rahma mengikuti perawat itu

Gendis menandatangani lembar Persetujuan dan terkejut ketika harus memberi deposit sejumlah uang yang tidak sedikit, sedangkan dia hanya membawa handphone saja karena terburu-buru

Dokter Rahma yang melihat Gendis kebingungan langsung menelepon dokter kenalannya dan memberikan telepon itu pada petugas administrasi

" Teman ibu merekomendasikan pada petugas administrasi jadi kita tidak perlu memberikan deposit, " mendengar penjelasan dokter Rahma membuat Gendis lega

Setelah menyelesaikan berkas persetujuan, mereka menunggu di luar ruang operasi, Gendis terus menangis di lantai dengan memeluk kakinya, khawatir dengan keadaan anak-anaknya

" Maaf Bu aku terlambat, " mendengar suara yang tak asing itu Gendis berdiri dan menghapus air matanya, dia menghampiri Arjuna dan berlutut

Arjuna terkejut dan langsung meminta Gendis berdiri tapi tak dihiraukan oleh Gendis

" Aku tidak pernah meminta apapun dari tuan selama ini, aku juga tak menuntut apapun tapi kali ini aku mohon tuan bantu anak-anak ku, berikan yang terbaik untuk mereka, " Gendis mengiba, Arjuna melihat Gendis begitu putus asa merasa kasihan

" Aku mohon tuan, bertindaklah sebagai ayah mereka, karena mereka berhak mendapatkannya, " ucapan Gendis seperti sebuah pukulan yang menghantam ulu hatinya

" Apa maksud ucapan kamu!, " seru Arjuna, Gendis terdiam

" Jawab apa maksud ucapan kami tadi! " Arjuna komisi berteriak

" Dia anak mu tuan, anak kandung mu, saat tuan meninggalkan ku, aku sedang mengandung, aku pun tak menyadarinya," jawab Gendis

" Kenapa kau tak pernah memberitahu aku?! aku berhak mengetahuinya Gendis!! " Arjuna begitu murka karena merasa dibohongi

" Karena aku takut tuan akan marah, aku takut tuan meminta ku menggugurkannya, aku takut tuan tidak akan mau menerima mereka, " jawab Gendis dengan terisak

" Ya Tuhan Gendis...." Arjuna menghentikan ucapannya, dia kini menyadari dirinya yang dulu seperti monster di mata Gendis

Dia telah menghancurkan hidup wanita yang kini ada di depannya, tak hanya itu, dia juga telah menyakiti hatinya

" Ayo nak ikut ibu, berikan Gendis ruang untuk menenangkan diri, " ucap dokter Rahma, dia membawa Arjuna menjauh beberapa meter dari Gendis yang sedang kalut

" Jadi ibu sudah mengetahui bahwa aku ayah mereka? " tanya Arjuna

" ibu mengetahui belum lama, saat kalian pertama kali ke pemandian air panas, Gendis baru cerita bahwa dia menikah dengan mu, ibu juga terkejut, tapi dia melarang ibu memberitahu kamu saat di bali, " ungkap dokter Rahma

"Tapi kenapa bu?" Arjuna masih marah dengan. kebohongan Gendis

" Kamu ada luka baginya nak... tujuh tahun yang lalu ibu menemukannya pingsan di pinggir jalan dengan muka pucat, dia berjalan kaki tanpa arah hanya dengan membawa tas berisi beberapa baju, dia berjuang sangat keras untuk Raka dan Cahaya, dia takut dengan mu, dengan keluarga Pratama" penjelasan ibunya membuat Arjuna shock dan terdiam

Arjuna menghampiri Gendis yang tengah duduk di kursi, lalu berlutut di hadapan Gendis

" Maafkan aku, maafkan atas sikap ku,maaf telah membuat mu menderita, maaf telah menyakiti hatimu dan menghancurkan hidup mu... terimakasih telah berjuang untuk anak-anak ku... " Arjuna menangis dengan berlutut di depan Gendis

.

.

Bersambung...

Teman-teman jangan lupa like, vote dan komen yaaa, kritik dan saran sangat aku nantikan ❤🥰

Terpopuler

Comments

irma sari

irma sari

❤❤❤❤❤

2021-09-10

1

Umi Ningsih Mujung

Umi Ningsih Mujung

❤️❤️

2021-09-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!