Pernikahan Tanpa Cinta

Satu Minggu Kemudian

Pernikahan Gendis dan Arjuna berlangsung sangat sederhana, hanya dihadiri oleh Pengacara Yoga, Nyonya Carla, Tuan Dewa, bi Imah , petugas KUA serta Ibu dan adik tirinya Gendis

Tidak ada gaun yang mewah, apalagi pesta yang meriah, pengacara Yoga memberikan uang yang merupakan amanah dari tuan Pratama pada bi Imah untuk membeli baju dan menyewa perias untuk Gendis, tuan Pratama yakin tidak ada yang akan peduli dengan pernikahan ini

" Kamu cantik nak, seperti almarhum ibu mu, " ucap Bi Imah dengan mengusap air mata

"Kenapa bibi menangis?, " tanya Gendis

" Tuan Pratama pasti punya maksud dan tujuan yang baik untuk kamu nak, semoga kamu bisa meluluhkan hati tuan Arjuna, " bi Imah mengusap air matanya

"Aku tidak apa-apa bi Imah, aku ikhlas dengan menerima pernikahan ini, aku akan berusaha menjadi isteri yang baik untuk Tuan Arjuna, " jawab Gendis dengan senyum, menyembunyikan kekhawatirannya, dia sudah siap dengan apapun yang terjadi setelah pernikahan ini

Setelah selesai dirias, Gendis keluar dari kamar dengan menggunakan kebaya berwarna putih dan rambut yang disanggul dengan sederhana, Arjuna tak melirik sedikitpun pada Gendis, bahkan tidak ada yang peduli dengan tampilan Gendis, Ibu dan Adik tirinya tak sabar menghabiskan uang yang diberikan Arjuna

Arjuna memberikan mas kawin sebuah cincin berlian seberat 5 gram dengan batu permata, dia meminta asistennya membelikannya

Selesai mengucapkan akad, Gendis mencium tangan Arjuna, dia bisa merasakan Arjuna setengah hati menerimanya sebagai isteri

Setelah itu Gendis mencium tangan ibu tiri dan orang tua Arjuna, mereka pun tak jauh beda sikapnya

Gendis harus menerima kondisi sekelilingnya yang tak peduli dengan pernikahan ini, bahkan suaminya tak menganggap pernikahan ini ada, hanya bi Imah yang peduli dengan perasaanya, tapi Gendis sudah bertekad akan menjadi isteri yang baik bagi Arjuna

Malam telah larut, desa yang terletak di lembah tersebut membuat hawa yang dingin menusuk kulit, di rumah itu hanya ada Gendis, Arjuna dan bi Imah

Gendis menggunakan baju tidur transparan yang telah disiapkan oleh bi Imah, bahkan bi Imah menunjukan lemari yang penuh dengan baju dengan ukuran yang pas dengan Gendis, semuanya telah disiapkan oleh tuan Pratama, dia yakin pernikahan itu akan terlaksana

"Aku akan tidur di kamar sebelah, jangan menggunakan baju itu lagi, aku tidak suka! jangan berharap lebih dengan pernikahan ini, aku sudah memberikan banyak pada ibu mu, aku rasa kalian sudah cukup puas, " Arjuna keluar dari kamar

Gendis menghela nafas, dia seperti dijual oleh ibunya yang meminta uang yang sangat banyak entah buat apa, malam pertama akan dilaluinya sendiri

***

Sudah Tiga minggu mereka menikah, Gendis selalu menyiapkan makan, dia ingin memasaknya sendiri untuk Arjuna

Mereka tidak pernah terlibat pembicaraan, meskipun mereka serumah, Arjuna selalu sibuk di ruang kerjanya, dan Gendis memilih menata taman seperti biasanya

Sejak menikah dan tinggal di rumah itu, Gendis memakai baju yang belikan oleh Tuan Pratama, hari ini dia memakai dress selutut dengan rambutnya dibiarkan tergerai

Gendis sedang menyirami bunga-bunga yang sedang bermekaran, Arjuna melihat dari teras lantai dua, dalam hatinya dia mengakui Gendis gadis yang cantik dengan senyuman yang menawan, tapi dia tidak tertarik terikat dengan sebuah pernikahan

Gendis keluar dari kamar mandi setelah membersihkan badannya, dia terkejut ketika Arjuna duduk di sofa bersila tangan, Gendis hanya menggunakan handuk yang dililitkan di badannya

"Kenapa kamu terkejut? " tanya Arjuna

"Ti... ti... tidak apa-apa tuan," jawab Gendis dengan terbata-bata

" Tuan tidak keluar?, tanya Gendis ragu

"ooh sudah berani mengusir suami mu?! " Arjuna tampak kesal

" Sejak kapan kau menganggap ku sebagai isteri?! " ucap Gendis dalam hatinya

"Baiklah silahkan tuan di sini," Gendis mengambil bajunya yang ada di kasur , saat Gendis membuka pintu kamar mandi, Arjuna menarik tangannya

"Aku suami mu, berhak melihat tubuh mu! " ucap Arjuna dengan mencengkram tangannya, Gendis meringis kesakitan, apa yang dikatakan oleh Arjuna memang benar, dia berhak meminta haknya, dan Gendis harus siap melakukannya

"Aku tau tuan," jawab Gendis dengan menatap Arjuna, mereka saling menatap, selama ini Arjuna memang tidak menganggap pernikahan ini, tapi dia tetap pria normal

Arjuna menarik handuk yang melilit ditubuh Gendis dan membawanya ke tempat tidur, tubuh Gendis bergetar setiap sentuhan yang dilakukan oleh Arjuna, karena ini adalah pengalaman pertama baginya

Gendis tak bisa menolak, ini juga yang dia harapkan, sebagai seorang isteri, meskipun Arjuna melakukannya karena *****

Malam ini menjadi penyempurna hubungan mereka, nafas mereka saling memburu, malam ini mereka saling menikmati sentuhan demi sentuhan penyatuan mereka dilakukan beberapa kali

Pagi yang cerah, Gendis membuka matanya, mendapati Arjuna yang terlelap didepannya dengan dada telanjang, meski badannya terasa remuk efek penyatuan semalam, tapi dia bahagia telah melaksanakan tugasnya sebagai seorang isteri

Gendis memandangi Arjuna yang masih terlelap, sejujurnya dia mulai merasakan jatuh hati pada suaminya saat Arjuna mau memakan masakannya, diam-diam dia mencuri pandang pada suaminya sendiri, meskipun dia tau perasaanya hanya sepihak, Gendis menyimpan sendiri perasaanya

Gendis mengetahui kisah kelam Arjuna dari bi Imah, sejak kecil Arjuna lebih dekat dengan Tuan Pratama karena orang tuanya saling berselingkuh, dan selalu bertikai di depan Arjuna karena hal itu dia tidak berminat dengan hubungan pernikahan

Satu Minggu Kemudian

"Aku akan menyiapkan berkas perceraian kita, kamu akan bebas, aku telah menunaikan janji ku menemani mu selama satu bulan, aku akan memberikan bagian mu, " Ucapan Arjuna seperti pisau yang menyayat hatinya

"Tuan... aku tak menginginkan apapun, rumah ini bukan milik ku, jadi aku yang akan keluar dari rumah ini, anggap saja kita telah bercerai, " Gendis meletakan sendok dan berlalu pergi dari meja makan, Arjuna tak bergeming karena dia berfikir ini adalah yang terbaik bagi mereka

Pagi hari sekitar pukul 05.00 pagi, Arjuna masuk, ke kamar Gendis, meletakkan beberapa berkas di meja, Gendis berpura-pura tidur, padahal dia belum memejamkan mata dari semalam

Tak lama kemudian suara mobil terdengar, Gendis bergegas turun ke bawah, mobil Arjuna sudah berlalu pergi keluar dari gerbang

Gendis menangis sejadi-jadinya suami yang dicintainya pergi meninggalkannya, bahkan mungkin tidak pernah kembali

Gendis kembali ke kamarnya dan melihat sebuah cek dengan nilai ratusan juta rupiah serta berkas perceraian

Dia menatap berkas dan cek itu lama, meremas bajunya, setelah dibuang oleh ibu tirinya, kini dia ditinggalkan oleh suaminya, hidup yang sulit baginya

Setelah kepergian Arjuna, Gendis mengemasi barangnya, tak banyak yang dia bawa, hanya koper kecil dan berkas pribadi miliknya

" Nak.. kamu mau ke mana?, " tanya Bi Imah dengan suara yang parau

"Aku pergi ya bi, ini bukan rumah ku, " jawab Gendis

"tapi kamu mau ke mana nak?, " Bi Imah menangis

"Aku akan baik baik saja bi, aku tidak ingin berada di sini lagi, aku akan membangun kembali hidup ku jauh dari desa ini, aku akan mengabari bibi, " kata Gendis sambil memeluk bi Imah, dengan berat hati bi Imah melepaskan Gadis yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri

Gendis berjalan tak tentu arah, sudah sangat jauh dia berjalan kaki dari pagi hingga sore, tiba-tiba pandangannya kabur, tubuhnya lemas, Gendis merasa tak punya lagi tenaga, tubuhnya ambruk di tepi jalan

Bersambung...

Teman-teman jangan lupa like, vote dan komen yaaa, kritik dan saran sangat aku nantikan ❤🥰

Terpopuler

Comments

irma sari

irma sari

miss

2021-09-10

1

🥱🥱🥱

🥱🥱🥱

Oke, sukak

2021-09-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!