Andrea sudah beberapa kali menghubungi ponsel Aryo namun dia tak mendapatkan balasan dari si empunya telpon. Dia tak tahu jika Aryo mengunjungi ibunya di Bandung.
Dia gelisah sekali selama dua hari setelah insiden Aryo merajuk. Ingin rasanya dia menyusul ke Surabaya dan berusaha meminta maaf pada kekasihnya itu.
Memang setelah dari Bandung Aryo langsung menuju ke Surabaya dan segera masuk lagi ke Asrama menjalani masa pendidikannya yang kurang beberapa bulan lagi. Dia sengaja tidak menghubungi Andrea lagi karena dia ingin menenangkan diri nya dan dia sangat memikirkan kesehatan Ibunya.
Sebelum dia berpisah dengan Bimo di bandara. Bimo banyak memberikan nasehat untuknya. Bimo sengaja mengantarkan kepulangannya dulu sebelum dia sendiri pergi ke Stasiun Hall.
Dengam penuh kasih Bimo memberikan nasehat yang sangat menyentuh. Dia tak mau melihat adiknya terjebak dengan dilema antara permintaan Ibu nya atau mengorbankan kebahagiannya sendiri.
" Ar, kamu harus segera mengambil sikap untuk menentukan masa depan mu. Jangan lemah menjadi seorang laki-laki. Miliki Jiwa Ksatria ketika kamu sudah menetapkan pilihan hidup mu. Jangan silau oleh harta. Ingat perjuangan Papa mendidik dan membesarkan kita Harta tidak menjamin kebahagiaan kita. " Kata Bimo sebelum berpisah. Dia memeluk Aryo dengan erat.
" Aku tahu harus mengambil keputusan apa Mas. Aku tak akan pernah menjilat ludah ku sendiri. Sekali aku melangkah aku tak akan pernah berhenti Mas. Kecuali orang yg ku perjuangkan itu menyerah dan tak ingin bersama ku. " Jawabnya mantap.
"Bagus! Jadi lah seorang Ksatria sejati Ar. Jangan pernah menyerah oleh keadaan. Hidup itu tidak hanya sekedar materi! " Bimo terus menasehati Aryo.
Yang inti nya dia tak setuju keinginan Maminya. Namun semua keputusan itu di tangan Aryo. Karena yg sedang di pertaruhkan sekarang adalah masa depan adiknya dan kesehatan Ibunya.
Entahlah ada rasa tak rela jika Aryo akan memilih Dona. Tapi di sisi lain dia juga tak ingin adiknya di cap sebagai anak durhaka. Entah mengapa Ibunya tak berani mengintimidasi dirinya.
Apakah karena dari dulu memang dia kurang dekat dengan ibunya yang memang sedikit membedakan kasih sayangnya. Dia mengingat lagi memori saat masih kecil. Mami nya lebih memilih menyuapi Aryo daripada dia. Mami lebih memilih menggendong Aryo berjam-jam ketika sedang sakit daripada menemani nya makan.
Dia lalu tersadar bahwa dulu sejak kecil memang adiknya sering sakit-sakitan. Apalagi sejak orang tuanya bercerai. Adiknya lebih terpukul daripada dia. Sampai-sampai dia sakit selama beberapa bulan karena menyaksikan Mami nya pergi membawa koper besar keluar dari rumah.
Aryo baru terlihat lebih sehat dan lebih baik sejak di rawat Bunda. Sebelum Papi menikahi Bunda, Aryo sering bermain ke rumah bunda yang memang banyak anak kecil se usia nya bermain disitu. Maklum di tempat praktek Bunda memang di sediakan taman bermain anak-anak untuk anak pasien agar tak jenuh saat menunggu Ibu mereka di periksa. Karena kekurangan kasih sayang seorang Ibu,
Akhirnya Aryo lebih suka menempel pada Bunda yg sifatnya sangat penuh perhatian. Dia yg lebih besar dari Aryo sedikit banyak lebih dewasa dan berusaha melindungi adiknya.
Sedangkan Myrna adalah adik mereka dari pernikahan Papi dan bunda. Meskipun begitu mereka berdua sangat menyayangi Myrna saudara se Ayah beda ibu.
🥕🥕🥕🥕🥕🥕🥕🥕🥕🥕
Kereta apai jurusan Bandung ke Jakarta telah melaju meninggalkan sebuah rasa berat di hati Bimo. Rasa kekuatiran akan kesehatan ibunya dan rasa kasihan pada adiknya. Semoga Aryo bisa memilih jalan yang terbaik. Masih ada harapan baik di hati nya untuk masa depan adik kesayangan nya.
Perjalanan selama 3 jam itu terus berlalu. Ular besi itu pun telah melesat meninggalkan kota yg penuh dengan kesedihan.
Kereta telah memasuki Stasiun Gambir lebih cepat 5 menit dari waktu tempuh. Bimo segera menelpon Sopir ayahnya untuk segera masul menemui nya. Sebelum kereta sampai memang dia telah memberikan kabat pada Papi nya untuk meminta jemput sopir keluarga mereka.
Penantiannya tak terlalu lama hanya 10 menit dia telah mendapati seorang laki-laki berusia 45 tahun itu sudah berdiri dengan sopan di depan nya. Kopernya telah berpindah tangan ke tangan orang suruhannya. Dan dia dengan santai mengikuti langkah kaki Pak Himawan menuju tempat parkir.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Andrea berlari-lari kecil menuju kantin. perutnya sudah meronta minta di isi. Dia tadi telah mengirim pesan pada Ratna untuk segera menemui nya di Kantin setelah kuliahnya usai.
Dia memasuki Kantin tanpa menoleh kemana pun lalu mengambil tempat duduk di sudut dekat jendela yg menghadap ke taman kampus yg ada air mancur nya. Dia memang menyukai pemandangan itu sejak awal masuk kuliah. Berasa menyegarkan melihat liukan air yg menyembur dari atas ke bawah. Di dalam kolam itu telah di penuhi puluhan ikan mas dan ikan Koi yg berwarna warni.
Dia segera memesan menu kepada Bu Nani pemilik salah satu warung di kantin itu.
" mie Ayam special dan segelas Jeruk hangat bu" pinta Adara. Lalu Bu Nani mengangguk dan menyiapkan pesanan nya.
Andrea masih asyik menekuri ponnselnya tiba-tiba ponsel itu berbunyi. Namun nomer itu tak ada di daftar nama teman nya.
Hmmm... siapa yg menghubungi ku siang-siang pikirnya sendiri. Lalu di angkatnya gambar telpon berwarna hijau.
" Assalamualaikum," suaranya terdengar ramah.
" Waalaikum salam, Andrea ini Mas Bimo"
Hati nya berdebar-debar mendengar suara Kakak dari kekasihnya.
" Iya Mas. Maaf aku gak simpen nomer Mas. Ada apa Mas? " tanya nya tanpa basa basi.
Dia takut terjadi sesuatu pada Aryo karena terakhir dia bertemu dengan Aryo dalam kondisi yg kurang menyenangkan. Di tambah lagi sikap acuh Aryo kepadanya.
" Andrea. Maaf Mas Bimo mau menanyakan sesuatu pada kamu. Tolong jawab dengan Jujur. "
" Uhmm mau menanyakan apa Mas? " jawabnya dengan pertanyaan kembali
" Apakah kamu memutuskan menerima penawaran Mami? " Tanya Bimo lagi.
Andrea tercekat mendengar pertanyaan yg tak ingin di jawabnya itu.
Saat dia terdiam, satu sosok gadis berhijab telah duduk di hadapannya bersama dengan pemuda tampan. Dia gugup menjawab karena dia memang tidak mau masalah pribadinya di ketahui oleh orang lain bahkan sahabatnya sendiri. Belum saatnya dia bercerita gamblang pada Ratna.
" Mas, Boleh gak 1 jam lagi Andrea telpon mas? Andrea makan siang dulu ya Mas? " Pinta nya dengan sopan.
Lalu Bimo menyetujui permintaan Andrea. Tak lama kemudian percakapan telah selesai.
Ibu Nani telah membawa pesanan nya. Mie ayam special dengan dua bakso urat di dalamnya terlihat menggoda liurnya. Namun entah kenapa rasa lapar yg tadi mengejarnya tiba-tiba berubah jadi rasa kenyang.
Ratna mengamati perubahan wajah sabahatnya. Dia memanggil Ibu Nani lagi dan memesan menu yg sama seperti Andrea. Satrio yg mengikutinya hanya memesan semangkuk es teler.
" Ada apa Dre. Siapa yg menelpon? " tanya Ratna namun dia seperti melihat ke engganan dari Andrea. Mungkin ada Satria membuat dia bungkam.
" Oh itu sepupu aku sekedar tanya kabar aja. " Jawabny asal.
" Andrea, aku lihat Zul tak bersemangat belakangan ini. Apa ada hubungan nya dengan mu? " tanya Satria sambil memainkan game di ponselnya.
Andrea mengedikkan bahu nya. Dia malas membahas masalah itu. Dia menganggap tidak penting karena dia memang tak pernah memberi harapan pada laki-laki mana pun.
Bu Nani datang membawa nampan berisi pesanan Ratna dan Satria.
"Ayuk kita makan dulu. Udah nangis cacing di perutku. " canda Ratna
Andrea hanya mengaduk-aduk isi mangkuk di hadapannya tanpa berniat memasukkan ke dalam mulutnya.
"Dre, ini enak banget bakso uratnya. Cobain deh. Apalagi dalamnya ada potongan jamur kesukaanmu" kata Ratna hanya sekedar mencari perhatiannya.
Andrea menusuk bakso itu dengan garpu di tangan kiri nya lalu mencoba memasukkan nya ke dalam mulut.
Ternyata setelah merasakan bakso urat itu rasa lapar kembali menderanya. Dengan pelan dia mulai menyendokkan mie itu ke dalam mulutnya.
🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎
Setelah membayar makanan nya di kantin Andrea sengaja pamit pulang terlebih dahulu pada Ratna dan Satria. Dia ingin segera menghubungi Bimo.
Selama perjalanan dari kampus ke rumahnya dia tak henti -hentinya memikirkan jawaban apa yg akan dia katakan pada Bimo.
30 menit kemudian motor matic nya telah sampai di depan gerbang rumahnya. Dia memarkir motornya di depan pagar lalu mengambil kunci gerbang yg selalu dia bawa kemana-mana.
Pintu telah terbuka dan dia segera memasukkan motornya terlebih dahulu sebelum dia mengunci pintu gerbang nya lagi.
Saat ini dia ingin segera menenggelamkan tubuhnya pada tumpukan bantal empuk yg ada di dalam kamarnya. pikirannya sedikit kusut.
Entah lah sejak beberapa hari itu otaknya berasa over load.
Mama nya tampak berdiri menyiapkan makanan di meja makan. Andrea mengucapkan salam dan mencium punggung tangan Mamahnya. Kemudian dia masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuknya.
Ibunya sangat mengetahui apa yg menjadi beban pikiran putri kesayangannya itu. Namun Ibunya berusaha tidak ikut campur terlebih dahulu. Dia ingin putrinya belajar menyelesaikan masalahnya sendiri dulu. Belajar dewasa.
Karena usia Andrea sudah memasuki 21 tahun. Dan Andrea pun telah menjadi mahasiswi akhir fakultas hukum yg sebentar lagi akan wisuda. Sebagai calon pengacara Andrea harus bisa memecahkan masalahnya sendiri dulu.
" Andrea makan siang dulu Nak" Ajak Mama nya dari luar
.
" Andrea tadi sudah makan Ma di kampus. Masih kenyang. Mama makan saja dulu " jawabnya.
Tak ada jawaban dari luar. Tak lama kemudian dia mendengar deru motor sport di luar. Mungkin itu Axell datang pikirnya.
Andrea lalu terjengit mengingat dia akan menelpon Mas Bimo. Sejenak memang dia lupa ada janji akan menelpon balik. Lalu segera di raihnya ponsel berwarna putih itu.
" Assalamualaikum Mas. Maaf aku baru pulang Kuliah. Tadi mau telpon di kampus berisik banyak kuping dan suara" katanya mengawali percapakan.
" Waalaikum salam. Oya gapapa Andrea. Kalau kamu masih lelah nanti malam saja Mas Bimo telpon kembali " jawab Bimo
" Oh gak kok mas, aku udah lumayan istirahat tadi. Ada apa Mas tadi Mas tanya apa? "
Lalu mengalirlah pertanyaan dari mulut Bimo.
Andre dengan patuh mendengarkan semua perkataan Mas Bimo termasuk kedatangan mereka berdua ke Bandung. Andrea merasa sangat bersalah sekali pada Aryo yg sungguh-sungguh mencintai nya.
" Mas, aku ingin bertemu Mas Aryo! bagaimana caranya.?" katanya dengam suara serak.
Bimo mengatakan akna mengatur waktu keluarga mereka saat akan berkunjung ke surabaya. Dia berjanji akan meminta izin ke Orang tua Andrea untuk mengajak Andrea mengunjungi Aryo.
Toh mereka jg tidak berangkat berdua, Ada Bunda dan Myrna yg menemani. Semoga saja orang tua Andre memberinya izin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments