Aku bahagia sekali akhirnya lolos menjadi Mahasiswa baru di kampus biru ini. Dan tak kalah bahagia nya aku juga bersama dengan Ratna lagi. Namun dia mengambil fakultas FISIP jurusan Hubungan Internasional. Cita-citanya menjadi diplomat katanya. Dan Ratna yg manis dan pendiam ternyata saat OSPEK mampu menggetarkan seorang senior senat mahasiswa. Mahasiswa Teknik semester V itu telihat getol mendekati Ratna. Kelihatannya sih Ratna mulai suka dengan Mas Satria.
Sinyal cinta Mas Satria terlihat jelas saat upacara hari terakhir OSPEK dia mendekati Ratna dan memberikan seikat bunga mawar putih. Momen itu tercipta karena kerja sama Mas Satria dengan ku. Sebelum dia memberikan bunga mawar itu aku memberitahu kan nya jika saat hari akhir OSPEK Ratna akan berulang tahun mungkin dia mau memberikan kejutan. Aku menyembunyikan rahasia itu dari Ratna bisa di cubit sampai biru aku jika dia mengetahui persekongkolanku dengan Satria.
OSPEK telah berakhir 3 bulan yang lalu, Aktifitas perkuliahan telah berjalan normal. Seperti biasa aku dan Ratna sering pulang, pergi dan ke kantin bersama. Entah lah kami berdua seperti perangko saja hahaha. Mungkin melihat kedekatanku yg erat dengan Ratna membuat Satrio semakin bersemangat untuk PDKT lagi.
Awal mula Satria lebih sering mencuri pandang ke arah Ratna dan kulihat Ratna tersipu malu. Lalu Satria mencoba mendekati ku untuk mencari informasi tentang Ratna. Karena aku sering bertemu dengan Satria sholat di masjid belakang kampus jadi aku beranggapan jika Satria anak yg baik jadi seandai nya dia menaruh hati pada sahabatku sudah sepantasnya aku mendukung.
Aku ingat dulu saat SMU Ratna juga getol mendukung hubunganku dengan Mas Aryo jadi apa salahnya jika aku sekarang mendukungnya. Dan ternyata tidak hanya Satrio yang menaruh hati pada Ratna, Zulfikar anak Teknik se kelas dengan Satria juga berusaha mendekati ku.
Aku memang tak pernah menceritakan hubungan ku dengan Kekasihku. Karena hal itu adalah masalah pribadi yg tidak seharusnya di ekspos. Dan lagi aku ingin menjaga nama baik Mas Aryo sampai nanti kami bemar-benar bersatu di dalam magligai yg sama.
Aku selalu menghindari ajakan Kak Zul ketika saat istirahat untuk makan di kantin kampus. Aku selalu beralasan yg masuk akal sehingga tidak menyinggung perasaan nya. Namun semakin aku menghindarinya. Kak Zul semakin agresif mendekatiku.
Siang itu Aku dan Ratna telah sepakat untuk bertemu di perpustakaan. Aku ingin mencari buku diktat untuk bahan diskusi kelas ku besok untuk mata kuliah HUKUM TATA NEGARA.
Aku mencari beberapa referensi untuk menambah wawasanku saat diskusi nanti. Kebetulan aku menjadi moderator jadi aku harus benar-benar menguasai materinya.
" Rat, ayo cepat lah jangan seperti siput! "ejek ku pada sahabat baikku ini
" Uhhh... sabar dong Dre! Kamu ini ya udah seperti balapan karung aja! "ucapnya kesal. Aku terbahak-bahak melihat ekspresinya. Memang dari jaman SMU Ratna tak pernah bisa berjalan cepat. Sehingga dia sering tertinggal di belakang ku saat jalan bersama.
"Bule ! keterlaluan si kamu, kaki nya di rem dikit dong! teriaknya lagi.
Perpustakaan kampus yg terletak di depan aula kampus ini yang jauh dari gedung kampus kami. Jika berjalan memerlukan waktu sekitar 5 menit. Ya bisa di bayangkan kampus ini sangat besar sekali. Dan jumlah mahasiswa nya juga sangat banyak.
Saat ini jam kuliahku dan Ratna sudah berakhir. Hari ini aku hanya ada 2 mata kuliah saja sehingga aku bisa lebih santai sedangkan Ratna nanti akan kembali lagi setelah dari perpustakaan karena masih ada 1 jam mata kuliah lagi.
Panggilan bule memang masih melekat padaku. Setiap orang yg memanggilku bule bisa di pasti kan mereka alumni dari sekolahku dulu dan bisa jadi seangkatanku.
Akhirnya kami tiba di depan perpustakaan dan ternyata disana sudah menunggu Mas Satria dan Zulfikar temannya.
"Assalamualaikum Ratna, Andrea" Sapa Mas Satria sambil tangannya di tangkupkan di depan dada nya.
" Walaaikum salam Mas, Eh kok ketemu disni padahal gak janjian lho" jawabku.
Kulirik Zulfikar cowok yg tinggi nya hampir 180cm itu sedang memandangku. Lalu dia sedikit terkejut saat aku ganti menatapnya.
" Kami masuk dulu ya Mas, " Pamit Ratna yg langsung menggandeng pergelangan tangan kanan ku.
" Iya Dek, aku juga mau masuk kok. " jawab Satria sambil tersenyum dan membukakan pintu masuk.
"Ehemm.. sejak kapan punya kakak disini kau Rat? " ledekku yg membuat semburat warna merah di pipi Ratna kelihatan.
Lalu kami pun masuk dan mengisi daftar buku tamu yg wajib di tulis. Di dalam ruangan kami berpisah karena buku yg kami butuhkan berbeda. Aku menuju rak buku di deretan Hukum. Lalu Ratna di deretan Hubungan Internasional.
Aku telah menemukan sebuah judul buku yg menarik Demokrasi konstitusional pengarang : Adnan buyung Nasution dan Konstitusi ekonomi
pengarang : Prof dr Jimly Asshidiqie S. H
sepertinya kedua buku itu tepat untuk bahan referensiku besok. Tinggal aku mengupas per Bab dan menjadikannya inti sari.
Namun tubuhku yg tinggi nya hanya 158cm tidak bisa menjangkau rak buku yg paling atas.
Kaki ku berusaha berjinjit namun apa daya buku itu tidak bisa terjangkau. Aku kesal sekali dan hendak berjalan ke arah Mas Feri penjaga perpustakaan untuk meminjam galah Pengambil buku.
" Apakah buku ini yang kamu butuhkan?" tiba-tiba ada suara laki-laki di sampingku. Aku menoleh kesamping dan ku lihat Kak Zul berdiri disitu. entah sejak kapan dia berdiri mematung disitu. Aku tidak suka dengan pandangannya yg lembut itu.
" Eh iya Kak, " Jawabku pendek
Lalu dengan cepat dia mengambil buku yg ku inginkan dengan sekali ambil saja.
Huh!
enak sekali ya punya tubuh tinggi seperti galah pikirku.
" Makasih ya Kak" Kataku lagi sambil menerima pemberian buku itu.
Dia tersenyum lembut lalu mengikuti langkah ku untuk duduk di bangku paling ujung. Aku merasa risih di ikuti olehnya namun aku tidak punya hak melarang dia.
Aku khusyuk membaca buku di tanganku. Tak ku hiraukan sama sekali kehadiran Kak Zul yg juga memegang buku di meja nya.
Biar lah dia duduk disitu toh perpustakaan ini milik umum.
Handphone ku bergetar ku lihat pesan masuk di whatsapp up ku, segera ku baca...
Ratna :
Le, kamu dimana? aku udah dapat bukunya
Me :
Bangku pojok dekat pintu keluar
Lalu ke masukkan lagi hand phone ku ke dalam tas. Sesaat kemudian Ratna telah datang dengan Mas Satria di belakangnya.
Ratna melotot melihat ku duduk di depan Kak Zul. Huh nih orang aneh ngapain melotot seperti itu. Aku kan tidak berbuat apa-apa.
" Hmmm aku ganggu gak nih? " tanya Satria sambil mengerling kan mata ke arah Kak Zul.
Aku heran dengan gelagatnya. Kenapa juga sih dia seperti menggoda kami.
" Enggak kok, Ada apa? " balas Kak Zul
" Cari makan yuk di kantin! " ajak Satria
" Aku masih ada kelas kak, " kata Ratna
Wajah Satria tampak lesu, namun segera di jawab Kak Zul untuk menenangkannya.
" Gapapa Rat, kamu masuk aja kita tunggu di kantin sampai kamu keluar. Toh kamu cuma 1 jam kan? "
Ratna mengangguk. Karena perutku juga berasa keroncongan aku pun mau melangkah kan kaki mengikuti mereka.
Sesampai di depan kantin Ratna melambaikan tangan nya ke arahku. Dua orang cowok itu sudah masuk ke dalam kantin dan ku lihat mereka sudah mendapatkan tempat.
Aku menghampiri Ratna di depan pintu,
"Le, kayaknya Kak Zul naksir sama kamu deh?!" desis nya pelan
.
Wajahku berasa panas entah kenapa.
" Eh jangan sembarangan lo Rat, bisa kena jitak Kak Zul! "
"Tadi Mas Satria ngasih tau aku Le, katanya Kak Zul coba PDKT sama kamu. Inget Le kamu udah punya Kak Aryo, dan inget hubungan kalian udah lama dan udah di ketahui kedua keluarga" Katanya lagi dengan suara berbisik.
Aku nyengir aja menanggapi kekuatirannya.
" Tenang aja Sis, Aku bukan type orang yg mudah jatuh ke pelukan laki-laki lain. Udah percaya deh sama aku. Yuks cepet masuk lelet ah lu! " balas ku sambil menepuk pantatnya.
" Aku pegang omongan kamu ya Le! Ingat ya! " katanya sambil melambaikan tangan kanannya daaaa.....
aku melambaikan tangan kanan ku lagi seolah -oleh sedang mewakili putri indonesia.
Setelah kepergiam Ratna aku masuk le dalam Kantin dan duduk di bangku kosong di depan satria dan Kak Zul.
" kamu makan apa Drea? " tanya Kak Zul lembut.
Aku melihat daftar menu kantin ini dan ku lihat nasi kare ayam kampung kesukaan ku dan segelas teh hangat mungkin bisa menenangkan cacing di perutku
" Ini aja kak" tunjuk ku lagi
Dia memesan satu mangkuk nasi rawon dan Satria cukup menikmati se mangkuk mie ayam.
Sambil menunggu pesanan datang aku mengeluarkan buku yg tadi ku pinjam di perpustakaan.
"Kutu buku" desis Kak Zul.
Aku tersenyum simpul. Entah mengapa aku lebih suka diam ketika bersama nya. Aku hanya menjaga jarak agar tidak tercipta sesuatu rasa padanya yang membuat hati bergeser.
"Andrea, boleh dong aku tanya tentang Ratna" kata Satria sambil menyeruput kopi hitam nya. Aku mengedikkan bahu
"Ratna udah punya pacar belum? "
Aku berseloroh garing....
"wani piro? " lalu di susul suara tertawa dua mahluk berjenis kelamin laki-laki di depanku ini
" Ya wani ae lah! daripada Ratna di sambar orang " jawab Satria sambil terkekeh
" Eh kok jadi taruhan sih bisa Ngamuk tuh si nenek lincah " gelakku
"Serius ni Drea. Ayo lah bantu kakak mu ini" jawabnya memelas
Aku melotot mendengar dia menyebut dirinya kakak ku. Hm sejak kaapan nih aku resmi jadi adeknya.
"Wah selametan dulu dong ngangkat aku jadi adek kamu ! " jawabku lagi
"Iya boleh lah selametan udah kamu bisa makan puas sekarang. habis itu jawab ya! "
Dan pesanan kami pun datang, Lalu aku mengisyaratkan untuk segera menikmati dulu hidangan siang ini karena perutku sudah meronta. Ku lirik Kak Zul asyik menyendok kan nasi ke mulutnya.
Ku nilai Kak Zul lebih kalem di banding Satria yg agak agresip. Ya type pemburu mungkin dia.
Aku mengunyah pelan-pelan nasi kare ayam kesukaan ku ini. memang benar-benar nikmat rasanya. Ayamnya di panggang dulu sebelum di campur ke dalam kuah kare.
Aku teringat dengan kekasih ku sedang apa dia sekarang disana ya? Aku ingat makanan ini juga favoritnya.
"Drea, kenapa kamu senyum-senyum sendiri" kata Mas Satria mengagetkan ku
" Hehe gapapa mas senang aja menikmati kare ayam ini" jawabku asal. Gak mungkin aku cerita tentang Mas Aryo ke mereka.
Satria menggelengkan kepala heran.
" Alhamdulillah kenyang! makasih ya Mas traktirannya " kataku tulus
"Lho sapa yang traktir? bukan aku kok. Tuh tiang listrik depan mu. Habis terima gajian dia" cerocos Satria.
Aku jadi tersipu malu salah alamat nih ngucapin terimakasih nya.
"Oh eh.. Makasih banyak Kak Zul. Jangan repot-repot lho. Harusnya Mas Satria yg traktir" kata ku malu
" Iya sama-sama Drea." Hmmm baru kali ini gadis itu menjawab dengan kalimat panjang.
"Drea, ayoo jawab pertanyaan ku tadi" desak Satria.
"Belum..! " jawabku singkat namun mampu membuat Satria berteriak kegirangan lalu mencium pipi Kak Zul
CUP!
" Hiyaaaa !! Sialll najisss nih harus basuh pake debu 7x " teriak Kak Zul spontan
Aku tertawa melihat kelucuan mereka berdua.
"Makasih Andrea! Besok aku traktir! " Katanya masih girang. Aku menggelengkan kepala merasakan pekak telingaku.
Duh... pasti besok Ratna bakal ngomelin aku seharian nih...
Tak terasa sudah hampir 1 jam kami menunggu Ratna di kantin, Tak lama kemudian ku lihat sahabatku itu melangkah masuk ke dalam kantin dan menjatuhkan dirinya di bangku sebelahku.
Kak Zul masih menggosok -gosok kan pipi nya dengam tissue. Aku terkekeh melihatnya. Dan Ratna melihatnya dg heran karena Satria masih saja tersenyum -senyum sendiri seperti orang gila...
(Babang Zulfikar yg tamvan... karena Author sukak dengan Babang ini jadi mohon maaf perumpaannya Babang Izul spt. dia ya)
Satria yg naksir Ratna
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments