Selang beberapa waktu tampak seorang wanita setengah abad keluar menuju ruang tamu. Wanita itu sudah tampak camtik dan mewah mengenakan baju rumah berwarna merah. Rambutnya di gerai sebahu dan di beri bandana kain warna merah pula.
Wanita itu terkejut melihat dua anak bujangnya yang sedang bertamu. Untuk Aryo dia pernah mengunjunginya beberapa bulan yang lalu. Sedang kan Bimo sudah hampir 2 tahun tak pernah bertemu.
" Bimo! Aryo! "teriaknya terkejut dan langsung menghambur memeluk kedua anaknya. Matanya basah karena terharu campur rindu.
" Mami sehat? " tanya Bimo. Dia ingat ibu kandung nya ini memiliki riwayat tensi tinggi.
" Ya.. yaa.. seperti yg kalian lihat sekarang. Mami sehat nak. "
Bu Hana mengajak mereka ke ruang keluarga dan menyuguhi sdua gelas coklat panas dan beberapa macam kudapan kecil.
"Aryo kamu kelihatannya makin gagah sayang. Dan Bimo kamu juga sangat matang persis saat papi mu muda " katanya sambil tersenyum malu.
Aryo yg sudah tak sabar ingin menanyakan sesuatu hal yang mengganggu pikirannya itu jadi gelisah.
"Ehmm.. Mami waktu kami kesini sangat singkat karena Aryo harus kembali ke Asrama max. pukul 17.00 wib. Dan jam keberangkatan Aryo nanti pukul 14.00 wib jadi kami harus memanfaatkan waktu yang sedikit ini untuk berbicara serius" Kata Aryo mengawali percakapannya dengan ibunya.
Bu Hana mengernyitkan alisnya yqng tampak lebat menyatu. Memang wajah Aryo hampir mirip dengan ibunya dan Bimo sangat mirip dengan Papi nya.
Bu Hana melihat jam dinding telah menunjukkan pukul10. 00 wib masih ada sisa waktu untuk melepas rindu pada keduanya walaupun singkat.
" Ada apa Aryo? Apa ada sesuatu yg ingin kamu sampaikan? tanya Bu Hana sambil menyeruput teh hangat di tangannya.
Aryo melihat wajah Bimo seolah-olah ingin mencari suport moral.
Bimo mengangguk kan kepala nya tanda menyetujui tindakan Adiknya.
" Mami, sebelumnya Aryo minta maaf. perkataan Aryo ini tak akan mengurangi kasih sayang Aryo sama Mami. " katanya sambil menghela nafas dalam.
" Mami Aryo sudah dewasa. Mami tak perlu repot mencarikan jodoh untuk Aryo karena Aryo sudah memiliki calon pendamping pilihan."
Bu Hana bangkit dari duduknya, lalu menarik sebatang rokok yang ada di depannya.
Bimo terperanjat melihat Maminya menyentuh barang berbahaya bagi kesehatan itu.
" Sejak kapan mami merokok? Setahu ku Mami dulu tidak pernah merokok!" sahut Bimo tegas.
Bu Hana menghentikan tangan nya. Lalu dia tersenyum pendek
" Sejak mami berpisah dengan papi kalian. Rokok adalah teman mami"
"Tolong berhentilah merokok mom. Ingat hipertensi mami. " Kata Bimo. Bu Hana hanya tersenyum getir.
"Ohya mami. Aryo mau melanjutkan pembicaraan tadi. Tolong Mami tidak usah mencampuri urusan jodoh Aryo. Karena sampai kapan pun Aryo tak akan meninggalkan Andrea! "
Bu Hana tampak tak senang dengan perkataan anaknya.
"Hmmm.. belum jadi istri mu saja dia pandai mengadu. Apalagi nanti kalian sudah menikah, bisa -bisa dia yang akan memisahkan kamu dg mami" jawabnya sengak.
" Mom, Dia tidak mengadu tapi ketahui lah. Aryo sudah resmi meminang Andrea dan dia menjadi ragu-ragu karena dia ingat janji nya pada Mami! " pungkas Aryo menahan emosi
"Mami tak perlu mencampuri urusan itu. Mami cukup melihat dan mendoakan kami saja" kata Bimo diplomatis.
Bu Hana semakin tersudut. Dia mengeluarkan Handphone nya dan berdiri. Lalu dia berjalan menuju kolam renang. Entah siapa yg di telpon.
" Tunggu lah kalian sebentar lagi ada seseorang yang akan merubah pandangan kalian"
Tak lama kemudian dari arah lantai 2 rumah itu terdengar suara pintu kamar di buka. Dan terlihat satu sosok gadis yang cantik.
Seorang gadis berambut panjang berkulit kuning langsat turun menghampiri mereka.
"Halo Mas Bimo, Halo Aryo apa kabar kalian.? " sapa gadis itu sambil mengangsurkan tangan kanannya.
Bimo menjabat tangan nya. Aryo pun melakukan hal yg sama dengan kakaknya.
"Kamu Dona kan? " tanya Bimo. Lalu Aryo memperjelas penglihatan nya lagi.
"Hmmm... baru ingat ya? iya aku Dona sepupu kalian. Teman sekelas kamu dulu Aryo! "
Bu Hana mendekati Dona dan menyuruh nya duduk di samping nya.
Sudah 3 tahun Aryo tak bertemu. Kalau Bimo lebih lama saat dia masih SMP sudah tak pernah bertemu gadis itu.
" Wah aku pangling dengan penampilanmu sekarang Don. Bukannya dulu rambutmu sering di cukur cepak ya? Lalu kulitmu agak coklat. Dan kamu jarang memakai pakaian cewek. " Kata Aryo.
Dona tertawa renyah.
" Itu kan jaman baheula Yo! Kan sekarang udah musim feminisme. So Aku harus menyesuaikan lah, Kamu makin tampan dan gagah" jawabnya tanpa malu.
Bimo melihat reaksi Adiknya yang ternganga sangat lucu.
Lalu Bimo mengetik sesuatu di ponselnya.
Bimo : Ar. Ingat tujuan utama kesini! Andrea!
Aryo mengambil ponselnya dan melihat pesan dari kakaknya.
Aryo : tenang aja mas
akhirnya mereka berempat terlibat percakapan. Namun Aryo lebih banyak diam. Karena memang dari dulu dia tak pernah tertarik dengan Dona. Walaupun gadis itu telah berubah lebih cantik dan anggun. Namun itu hanya penampilan fisiknya saja. Untuk sifatnya ternyata tak berubah. Dona masih cablak dan tak bisa mengontrol cara bicara.
" Kebetulan sudah beberapa hari Dona menginap disini. Karena Papa nya sudah menyerahkan perusahaan Kayu nya pada Dona." Kata Bu Hana menjelaskan.
" Mas Bimo apa sudah punya istri? " tanya Dona langsung.
" Coming soon " jawab Bimo sambil tersenyum.
Bu Hana terperangah mendengar jawaban Bimo. Ternyata dia telah lama kehilangan moment berharga bersama kedua anaknya.
"Apakah calon mu sudah sesuai dg kriteria? " bidik Bu Hana langsung.
Bimo mendelik sebal pada ibunya. Dia paling anti jika ibunya mengusik masalah pribadinya.
" Mami! " serunya kesal.
Bu Hana memang sedikit sungkan dengan anak sulungnya. jadi dia diam saja.
" Aryo, Kamu sudah tahu kan sejak dulu mami menginginkan Dona menjadi menantu mami. Dona gadis yg terpelajar lulusan Amerika. Keluarganya juga memiliki garis keturunan yang sama dengan kita. Betul kan Don? " kata Mami sambil membelai rambut panjang Dona.Gadis itu tersenyum senang mendengar perkataan Tante nya.
"Nenek Dona adalah adik nenek kamu Ar. Mereka berdua telah sepakat ingin meneruskan garis persaudaraan agar tak terputus. Dona anak tunggal dari Paman Andi. Siapa yang akan meneruskan usaha mereka kalau bukan Dona dan nanti suaminya siapa lagi? "
Hmmm..
aroma matrealistis Mami sudah keluar lagi.
" Maaf Mi. Sejak awal Aryo mengatakan. Aryo sudah memiliki calon istri sendiri. Dona kamu tahu kan sejak SMU aku sudah memiliki kekasih. Masa kamu lupa sama Andrea. Maaf kan aku Dona, Aku akan menikahi Andrea" kata Aryo tajam.
Dona menunduk malu. Dia merasa sakit mendengar penolakan Aryo. Sudut matanya berair. Bu Hana segera menggenggam tangannya yang halus mencoba menghibur dan menenangkannya.
" Aryo! kenapa kamu tidak sopan dengan Dona! Mami disini hanya menginginkan kebaikan mu untuk masa depan mu. !
Ayo minta maaf dengan Dona gak seharusnya kamu bicara seperti itu" sentak nya
Aryo merasa agak keterlaluan dengan cara bicaranya namun dia sudah terlanjur kesal.
"Mami, Aryo sudah mempunyai kekasih tolong jangan memaksa kan kehendak mami sendiri. Dan maaf Dona aku gak bisa bersama kamu karena dari dulu aku hanya menganggapmu saudara tak lebih. "
"Kamu keterlaluan Ar! Kamu tidak menghargai usaha Mami. Sepenuh hati Mami berusaha membahagiakan mu. Jika kamu tak mau menuruti keinginan Mami, Maka jangan menyebutku Mami lagi! " katanya sambil terengah-engah.
Bimo memegang tangan ibunya dia kuatir jika hipertensi ibunya kambuh.
" Sudah lah Mom. Tenang.. Jangan seperti ini ingat kesehatan Mami" kata Bimo
"Kalian tak pernah perduli dengan Mami. Kalian anggap mami apa? Mami ini yg melahirkan kalian bertaruh nyawa! apa balasan kalian pada mami? " katanya dengan nada meninggi.
"Jangan karena kalian tak bersama Mami, membuat kalian jadi anak durhaka! " lanjut Bu Hana dengan sesenggukan.
Aryo merasa sangat sakit mendengar kalimat ibunya. Sungguh dia tak bermaksud durhaka pada Ibunya. Namun dia juga berhak memilih kebahagiannya sendiri.
Karena kuatir dengan kondisi ibunya Bimo akhirnya membaringkan ibunya di sofa.
Dan mengeluarkan peralatan medis yg selalu di bawanya kemana-mana.
Dia mengeluarkan stetoskop dan memeriksa detak jantung nya.
Tensi 160/100
Untuk usia 55 tahun tensi tersebut lumayan tinggi. Lalu Bimo mengenggam tangan ibunya.
"Mami apa ada obat yg setiap hari di minum sama Mami? "
Bu Hana mengangguk. Lalu dia memanggil pembantunya untuk mengambil kan obatnya di kamar.
Tak lama kemudian Seorang wanita yg masih muda berpenampilan sopan memakai kerudung datang membawa obat.
Bimo membaca obat yg di berikan pada ibunya.
Dia terkejut selain memiliki riwayat Hipertensi ibunya juga memiliki penyakit jantung.
Aryo menjadi gelisah dan merasa bersalah dengan kondisi ibunya. Lalu dia mendekati sofa tempat ibunya berbaring.
Ibunya memalingkan wajah ke samping sambil menangis sesenggukan. Pemuda itu menggenggam tangan Ibunya. Namun di tepis oleh wanita itu.
" Untuk apa kamu mengkhawatirkan Mami. biarlah Mami sakit. Anak-anak Mami tak ada yg perduli lagi sama Mami... hu.. hu.. hu" Isaknya
Bimo mendekati Ibunya dan membelai kepala Wanita itu.
"Mami jangan salah paham. Kami sangat mencintai Mami. Kami perduli dengan Mami. Sudah jangan banyak pikiran. Istirahat saja Mam. Ayo Bimo bantu masuk kamar. " Katanya mencoba menenangkan ibunya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 wib. Bimo Menggendong tubuh Ibunya masuk ke dalam kamar tidurnya. Lalu di baringkan nya dengan penuh kasih sayang tubuh sintal wanita yg telah melahirkannya.
" Mami sebaiknya kami pamit dulu. Lebih baik Mami istirahat jangan memikirkan hal yg tidak perlu. Dan Jangan pernah merokok lagi" Pamit Bimo.
Bu Hana menarik tangan Bimo. Dan membisikkan kalimat yg sangat menyayat hati nya.
" Bimo, Bujuk lah Adikmu menerima Dona. Mami ingin melihatnya bahagia. Ingat Bimo ini wasiat Mami karena umur Mami gak lama lagi"
Bimo menahan sesak di dadanya. Lalu mencoba menentramkan hati ibunya.
"Hanya Allah yg berhak atas umur manusia. Dokter terhebat di dunia pun tak akan mampu mengetahui berapa panjang usia manusia. Mami akan sehat panjang umur asal mami berhenti merokok dan Minum obat sesuai anjuran dokter"
Kata Bimo lagi.
Pintu kamar di ketuk dari luar lalu masuklah Aryo sambil menundukkan kepala nya.
"Mami maafkan Aryo. Sungguh Maafkan Aryo yg telah kasar pada Mami. "
Wanita itu masih memalingkan wajahnya tak mau melihat wajah anak bungsunya.
"Jika kamu ingin Mami Maafkan, maka nikahilah Dona. Setelah kamu lulus pendidikan. Itu saja permintaan terakhir Mami. Karena Mami ingin melihatmu bersanding dengan Dona sebelum Mami menutup mata"
"Akan Aryo pikirkan lagi permintaan Mami. " akhirnya dengan Nada berat Aryo menyanggupi permintaan ibunya.
Bimo mendelik kan matanya tanda tak suka dengan keputusan adiknya.
Namun Aryo mengedipkan mata nya sebelah agar Bimo diam dan mengikuti alur nya saja.
Tak lama kemudian Kedua kakak beradik itu pamit pulang karena waktu sudah mendekati dhuhur. Mereka takut jika terjebak macet. Karena di saat hari Minggu begini Kota Kembang ini sangat di penuhi wisatawan lokal dari beberapa kota untuk berbelanja maupun kuliner.
Setelah berpamitan dengan bu Hana, kedua kakak beradik kandung itu keluar dari rumah mewah itu. Tepat di depan pintu masuk seorang laki-laki se usia Ayahnya datang.
Laki-laki itu adalah suami Ibunya. Om Fredy baru saja datang dari acara olah raga golf yg sering di ikutinya.
" Selamat siang Om, apakabar? " sapa Bimo. Om Fredy tersenyum dan menjabat tangan anak tirinya.
" Selamat siang Bimo, Aryo kabar baik. Kalian sudah lama disini?"
" Iya Om lumayan lama. Kami mau kembali Om, Pesawat kami pukul 15.30 Wib. sekarang sudah pukul 12.30 takut kena macet" Kata Bimo. Aryo hanya diam saja dia memang malas berakrab ria dengam suami Mami nya. Karena Aryo masih merasa gara-gara Om Fredy kedua orang tuanya bercerai.
Padahal perceraian itu sudah lama berlalu hampir 20 tahun. Dan kedua orang tuanya telah menemukan kebahagiaan mereka masing-masing tapi entah mengapa dia masih belum bisa menerima keberadaan Om Fredy. Bahkan memanggil Sebutan Ayah/Papa /Bapak ke Om Fredy pun tak bisa dia ucapkan.
"Apa kalian sudah makan siang? Ayo mari kita makan siang dulu. Mbak Asih pasti sudah memasak. Dimana Mami kalian? "
Bimo menyenggol lengan Aryo. Agar dia menunjukkan sikap sedikit manis kepada Om Fredy. Aryo akhirnya yg menjawab.
" Terimakasih Om kami makan di bandara saja. Aryo takut terlambat masuk Asrama takut dapat skorsing. Lain kali kami lebih lama disini. Mami di kamar Om. " akhirnya keluar suara Aryo ke telinga Om Fredy.
"Hmmm.. baiklah tapi Janji ya kalian sering main kesini. Kasihan Mami kamu kesepian. Kedua adik kembar kamu sudah sibuk dengan kuliahnya nya. Bahkan saat libur begini mereka juga memilih keluar rumah dengan teman-temannya." Kata Om Fredy dengan nada sedikit berat.
"Insyaallah Om akan kami usahakan. Jika kami ada waktu yg lebih longgar. Kami pamit dulu Om salam buat si kembar" Pamit Bimo sambil menjabat tangan Om Fredy. Aryo pun melakukan hal yg sama seperti kakaknya.
🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Dewi Purnomo
cerita nya bagus kenapa like dan komen sedikit yaaa.
2022-10-13
1