Hari yang terang kini sudah berubah menjadi petang, Haru terlihat mulai bagun dari tidurnya. Kedua matanya mulai bergerak perlahan, sambil menahan rasa sakit di kepalanya dia mencoba membuka kedua matanya. “Kenapa dia bisa tidur disini? Kita gak sampai ngapa-ngapain kan?” batinnya dalam hati sembari menatap Semi yang tidur dihadapannya.
Sofa yang tak terlalu lebar itu hampir membuat keduanya tak berjarak, meskipun satu tangan Haru yang digunakan bantal oleh Semi sudah mulai kesemutan, tapi dia masih menikmati momen kedekatan mereka berdua secara tersembunyi dari Semi yang masih tertidur pulas.
Beberapa detik kemudian Haru yang melihat Semi akan bangun dari tidurnya, mencoba memejamkan kedua matanya kembali, agar suasana tidak berubah menjadi canggung. “Hem?! Kenapa aku masih tidur disebelahnya? Sepertinya aku harus segera bangun, sebelum dia membuka mata,” batin Semi yang hanya dia tunjukkan dengan kedua alisnya yang terus bergerak-gerak.
“Gak usah kaget begitu, aku sudah bangun dari tadi,” jawab Haru sambil membuka mata perlahan.
“Jadi kamu udah bangun dari tadi?” tanya Semi yang masih berjarak sangat dekat dengan Haru.
“Ho, sekarang bangun sebelum ada….” Haru yang belum sempat menyelesaikan kata-katanya, dikejutkan oleh seseorang yang memencet bel pintu kamarnya.
“Haru! Haru! Kamu didalam kan?” pekik Hyunjae dari luar kamar Haru yang masih terkunci rapat dari dalam.
“Hei, sebaiknya kamu cepat bangun dan rapihkan baju dan rambut kamu yang agak berantakan itu, sebelum Kak Hyunjae salah paham,” pintah Haru.
“Ho, aku akan….” Semi yang belum sempat menyelesaikan ucapannya, mendadak terjengkang dari sofa sambil menarik kemeja Haru yang ada dihadapannya, alhasil mereka terjatuh dari sofa secara bersamaan.
“Gedebuk!!”
Suara yang cukup keras itu membuat Hyunjae semakin terlihat panik, hingga membuatnya menerobos kamar Haru menggunakan kunci cadangan yang sudah dia minta dari petugas Hotel. Begitu pintu itu sudah terbuka,Hyunjae dengan cepat melangkah masuk dan mencoba mencari Haru, tapi apa yang dia lihat dengan mata saat itu, sangat tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Kedua mata Hyunjae seketika terbelalak saat melihat Haru sudah berada diatas badan Semi yang terlentang sambil memegangi kemeja hitam Haru yang sudah kehilangan satu kancingnya dibagian kera nya.
Keadaan tiba-tiba berubah menjadi canggung, hingga membuat Hyunjae membalik badan dengan cepat dan mengucapkan. “Maaf, aku gak tau kalau kamu sedang sibuk. K... kalau begitu, aku permisi dulu.”
Sementara Haru dan Semi yang menyadari kedatangan Hyunjae ke ruangan, dengan kompaknya memalingkan wajahnya ke arah datangnya Hyunjae. Ketiganya juga sempat terdiam beberapa saat dan melempar tatapan bingung satu sama lain, hingga akhirnya Haru membuka mulut ketika Hyunjae sudah berjalan keluar dari kamar. “Kak bukan begitu Kak keadaan yang sebenarnya!!”
“Haru, apa yang harus kita lakukan?! Sepertinya Kak Hyunjae salah paham?” celetuk Semi menatap Haru yag masih ada diatasnya.
Haru bangun dari posisi ambigunya dan menjawab. “Masalah itu biar aku yang atasi, lagian kamu juga kenapa pakai main tarik gitu aja?”
Sementara itu, Semi juga merubah posisi ambigunya dan menyamakan tinggi Haru. “Mana tau kalau aku bakalan jatuh terjengkang seperti itu, lagian salah sendiri kenapa malah milih tidur di sofa? Padahal ada kasur yang seluas itu,” jawab Semi dengan kedua alis yang hampir menyatu.
“Apa? Heh, aku aja gak sadar apa saja yang sudah aku lakukan waktu mabok, gimana mau pindah ke kasur?” sangkal Haru dengan keras.
“Sudahlah gak usah bahas itu lagi, aku mau balik ke kamar dulu,” ujar Semi yang akan melangkah pergi dari kamar Haru.
“Heem, aku juga mau mandi dan kembali ke Rumah Sakit,” balas Haru.
“Kamu mau ke Rumah Sakit dengan keadaan seperti ini?” tunjuk Semi ke arah Haru yang masih berdiri dihadapannya.
“Heem,” angguk Haru.
Semi menggeleng pelan dan melemparkan ekspresi ketidak sukaannya melalui wajah kusutnya. “Kamu gila ya? Kamu mau pamer sama Mama kamu, kalau kamu sudah minum segitu banyaknya?” tanya Semi.
“Ya mangkanya aku mau mandi dulu biar gak ketahuan,” balas Haru.
“Haru, yang namanya alkohol gak akan bisa langsung hilang. Meskipun kamu samarkan dengan mandi, tapi bau itu masih bisa tercium, kalau melihat kapasitas minum kamu seperti ini.” Semi terpaksa harus mengingatkan Haru kembali, agar dia tak membuat masalah didepan sang Mama.
“Yasudahlah, itu urusan nanti. Aku mau mandi dulu sekarang,” kata Haru terakhir kali sebelum melangkah pergi ke arah kamar mandi.
“Sifat dia benar-benar mirip anak-anak,” gumam Semi.
Selesai berdebat dengan Haru karna masalah sepele, Semi kembali ke kamarnya sendiri untuk menyegarkan badannya yang sudah berasa sangat lenget. Pada saat Semi keluar dari kamar Haru, terlihat beberapa kali kilatan cahaya dari sebuah kamar yang tak jauh dari kamar mereka berdua, bagian dalam kamar yang tak jelas penghuninya itu terlihat sangat jelas terdapat beberapa kamera DSLR dengan lensa yang cukup besar dan sebuah laptop yang diletakkannya di atas meja rias.
Pukul 9 Malam Waktu Indonesia Tengah~
Haru yang duduk santai di sebuah kursi panjang mendadak dikejutkan oleh notifikasi instagram dan twitter yang tiba-tiba menjadi sangat ramai sekaligus sangat berisik. Dia yang terlihat sangat penasaran mencoba membuka satu notifikasi itu, dan ternyata yang dia lihat malah hal-hal yang membuatnya sangat-sangat terkejut.
Iya, dalam satu artikel yang sedang dibaca Haru, tertulis dengan jelas judul artikel yang menyatakan, “Haru dan Semi Berkencan? Apa mereka sudah tidur bersama? Dan kenapa Semi berada di kamar Haru selama lebih dari 5 jam?”. Setelah membaca judul artikel itu, Haru dengan cepat menscroll hp miliknya untuk membaca seluruh artikel yang baru saja dia temukan.
“B*ngs*k! Artikel macam apa ini, dari mana dia mendapat foto-foto ini,” pekik Haru pelan, sembari masih berusaha menahan emosinya, hingga membuat wajah tampannya berubah menjadi merah.
“Haru ada apa? Kamu kenapa sayang?” tanya sang Mama yang pertama kalinya mendengar sang putra semata wayangnya itu mengumpat tepat disebelahnya.
“Skandal Ma, ada paparazi yang mencoba membuat skandal yang akan merugikan Haru,” jawab Haru sambil mengatur nafasnya.
Belum semenit mulut Haru menutup, Hemi tiba-tiba masuk kedalam ruangan dengan wajah tertekuknya dan menatap tajam ke arah Haru. “Kak, apa ini? Apa benar Kakak sudah tidur sama Semi?” pekik Hemi yang dapat didengar sang Mama dan Hera.
“Heh! Hati-hati kalau ngomong, disini ada Mama yang punya penyakit jantung. Lebih baik kita bicara diluar,” sahut Haru dengan kedua mata terbelalak.
“Gak usah Kak, Kakak mau berita ini semakin meluas dengan kita bicara diluar? Disini adalah tempat teraman untuk membicarakan hal seperti ini,” jawab Hemi tegas.
"Ma... maaf Ma kalau membuat Mama kurang nyaman, tapi Hemi harus membahas ini sekarang," tatap Hemi ke arah sang Mama yang masih duduk diatas ranjang RS.
"Iya gak apa-apa," angguk sang Mama pelan.
"Oke lanjut masalah tadi, sekarang jawab pertanyaan ku yang tadi dan jelaskan dengan rinci." Hemi kembali melemparkan tatapan tajamnya ke Haru.
“Baik, akan aku jelaskan semuanya. Aku... gak pernah tidur sama dia, tadi siang kita memang minum, terus kita ketiduran sampai jam 6 sore, udah gitu aja kita memang gak ngapa-ngapain,” sambung Haru.
“Kakak minum... terus ketiduran, itu artinya kalian berdua minum sampai gak sadarkan diri? Terus gimana Kakak bisa yakin kalau kalian gak ngapa-ngapain?” desak Hemi.
“Hey, aku memang minum sampai gak sadarkan diri saat itu, tapi aku yakin Semi masih sadar saat itu. Terus gimana aku bisa yakin? Karena pakaian kita masih menempel dengan lengkap saat kita berdua bangun,” jelas Haru.
“Kalau begitu, itu artinya foto ini diambil saat kalian berdua masuk dan sih Semi keluar dari kamar Kakak,” kata Hemi yang mulai berfikir keras.
“Heem, kemungkinan begitu,” angguk Haru.
“Yasudah kalau begitu, aku akan menyuruh tim untuk menangani skandal ini.” Hemi kembali berjalan keluar setelah puas mewawancarai Haru untuk mencari tahu kebenaran cerita yang saat itu langsung menjadi berita teratas.
Melihat Hemi berjalan keluar ruangan, Haru merasa sedikit lega dalam hatinya, helaan nafas berat yang dia keluarkan saat itu, terlihat sangat mewakili beratnya kehidupan artisnya. Ketika dia sedang bergelut dengan pikirannya yang kacau, tiba-tiba saja sang Kakak datang menyodorkan segelas kopi kepadanya. “Heh, minum ini,” ucap Hera diiringi senyum lebarnya.
Haru dengan sigap menerima gelas yang disodorkan sang Kakak dan mengatakan, “Makasih Kak.” Haru membalas senyum sang Kakak dengan senyum lebarnya.
Perlahan Haru mulai menyeruput kopi yang diberikan sang Kakak sembari terus menghelah nafas beratnya. Sementara Hera yang sebenarnya mengetahui isi hati Haru, hanya bisa bisa menghibur sebisa yang dia lakukan. Sambil membawa secangkir kopi di tangannya, perlahan Hera duduk disebelah Haru yang masih terlihat memikirkan sesuatu.
“Pasti berat jadi seorang bintang,” celetuk Hera sembari menyeruput kopinya perlahan.
“Heem,” angguk Haru pelan. “Itu semua memang sudah jadi resiko jadi seorang bintang, dari privasi yang berkurang, hingga banyak yang harus dipikirkan... seperti skandal yang terjadi sekarang,” tambah Haru.
“Kalau kamu capek... ya kamu harus istirahat dulu, baru jalan lagi,” sahut sang Mama dari atas tempat ranjangnya.
“Harusnya begitu Ma, tapi Haru terlahir untuk terus maju dan melawan. Jadi Haru sudah terbiasa menghadapi masalah kecil seperti ini,” jawab Haru melepar senyum lebarnya.
Ketika mereka bertiga mengobrol serius untuk menenangkan Haru, tiba-tiba saja Hemi kembali masuk kedalam ruangan dan langsung saja mengatakan, “Kak gawat! Semi sudah mengkonfirmasi lebih dulu, dia mengunggah vidio ini.” Hemi dengan cepat menyodorkan hp miliknya ke Haru, untuk menunjukkan vidio yang baru saja di upload Semi ke media sosialnya.
“Apa ini? Kenapa dia malah bilang seperti ini?” Kedua mata Haru yang tebilang sipit itu, seketika terbuka lebar, setelah menonton vidio milik Semi.
.
.
.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments