=12= Skandal 2

Setelah menerima ipad pemberian sang adik, Haru segera membaca judul artikel yang tercetak paling tebal. Kedua matanya seketika terbelalak setelah membaca judul artikel yang ada dihadapannya itu, satu tangannya juga dengan cepat menggeser layar ipad yang dia pegang untuk membaca lebih cepat, dan pada akhirnya dia juga melihat beberapa foto yang membuatnya semakin terkejut.

“Kak tolong jelaskan ke aku itu foto apa? Terus apa benar yang dikatakan artikel itu?” tanya Hemi sambil memijat kepalanya dengan satu tangannya.

“Enggak ini semua gak benar,” geleng Haru. “Aku sama dia hanya satu mobil, dan kita gak ada hubungan apa-apa,” jawab Haru menatap ke arah Hemi yang duduk disebelahnya.

“Kakak yakin gak ada apa-apa? Sekarang coba ceritakan secara lengkap ke aku,” balas Hemi yang masih terlihat menahan emosinya.

“Tadi pagi aku ke SMP Myungsung, lalu sebelum pulang aku mampir ke tempat aku istirahat dulu. Terus di tempat itu aku bertemu sama dia, dan setelah dari sana dia minta nebeng mobil aku, itu aja gak ada yang lain,” jelas Haru dengan nada cepat.

“Lalu kenapa ada foto seperti itu? Foto seperti itu gak akan muncul kalau Kak... gak menciumnya,” balas Hemi.

“Hey, kamu gila apa? Kenapa aku menciumnya?! Foto ini muncul saat aku memasangkan sabuk pengaman ke dia, dan gak lebih dari itu,” sahut Haru menaikkan kedua alisnya.

“Oke kalau begitu anggap saja kejadiannya memang seperti itu. Aku akan segera menyuruh orang untuk menyangkal artikel ini dengan cepat dan menulis seperti apa yang Kakak katakan tadi,” ucap Hemi yang terlihat cukup lega setelah mendengar penjelasan sang Kakak.

“Tapi kenapa harus kamu yang bertindak? Bukannya posisi kamu hanya sebagai Manager umum fashion stylist?” tanya Haru memasang wajah bingung.

“Permisi Tuan Haru, gara-gara anda posisi saya berubah menjadi CEO sementara K entertainment,” ujar Hemi yang masih terlihat menahan amarahnya.

“C... CEO sementara?!” sahut Haru membelalakkan kedua bola matanya.

“Ho CEO sementara, dan kalau memang sudah disetujui oleh pemegang saham besok… maka aku akan tetap memegang posisi ini. Kalau tidak mau, itu artinya aku harus balik ke Paris,” balas Hemi.

Mendengar kata-kata sang adik, Haru hanya bisa menghela nafas dan merasa sedikit bingung. “Kata Papa posisi CEO gak boleh dibiarkan terus kosong, dan menunggu harapan kosong dari seorang artis yang gak tau kapan akan pensiun,” ujar Hemi kembali.

“Itu sebabnya, seharusnya Kakak menuruti kata-kata Papa untuk kembali ke perusahaan, pensiun dari dunia ke artisan, dan memimpin K entertainment. Karena sebenarnya posisi yang aku tempati sekarang ini, harusnya jadi tanggung jawab Kakak.” Hemi terus meluapkan emosi yang sudah dari tadi dia tahan.

“Enggak, bukan begitu konsep awalnya. K entertainment itu harusnya jadi tanggung jawab Kak Hera, bukan tanggung jawab ku, dan andai aja Kak Hera gak ikut Mama... dia pasti yang akan menggantikan posisi kamu, jadi jangan salahkan Kakak kalau tanggung jawab kamu semakin berat, tapi salahkan Kak Hera yang meninggalkan tugasnya begitu saja.” Haru yang tidak mau disalahkan, kini dia kembali melempar kesalahannya pada sang Kakak yang tidak ada disamping mereka.

“Lalu tanggung jawab apa yang akan Kakak pikul, kalau posisi ini saja Kakak lempar ke Kak Hera?” tanya Hemi kembali.

“K.I Corporation, itu tanggung jawab Kakak. Kakak akan menggantikan posisi dan tanggung jawab yang dipikul Papa selama ini, saat waktunya tiba... Kakak rela melepas semua yang ada didunia entertainment dan termasuk pensiun jadi artis.” Dengan tatapan tajam dan menakutkan, Haru mengutarakan rencana berserta keyakinannya kepada sang adik yang masih duduk disebelahnya.

“Itu artinya tanggung jawab Kakak lebih besar dan lebih berat,” jawab Hemi menundukkan kedua matanya.

“Heem, pada dasarnya... tanggung jawab seorang laki-laki memang harus seperti itu,” sahut Haru melempar senyum lebarnya.

Hemi hanya membalas senyum Haru dengan anggukan mengerti, sementara Haru kembali terlihat cukup terkejut setelah melihat jam yang dia pakai di tangan kirinya. “Kalau memang sudah gak ada yang dikatakan lagi, aku mau kembali dulu. Karena harus melanjutkan syuting,” pamit Haru membuka pintu mobil van yang tepat berada disebelahnya.

“Heem,” balas Hemi kembali mengangguk.

Haru kembali ke lokasi syuting dengan berlari untuk mengejar waktu, dengan langkah yang terburu-buru dia menuju ke ruang ganti, lalu dengan cepat mengganti pakaian untuk agenda selanjutnya yaitu syuting.

“Oke semuanya kita mulai syutingnya 2 menit lagi. Haru dan Semi segera ke tengah untuk latihan adengan yang akan diambil!” teriak Pak Sutradara yang mulai menggerakkan para aktornya.

8 Jam kemudian....

Syuting pun telah usai, para kru masih terlihat mengemasi perlengkapan syuting yang sudah mereka gunakan, para makeup artis dan fashion designer juga sudah sibuk merapikan perlengkapan mereka masing masing. Sementara para aktornya setelah berganti pakaian keluar dari ruang pribadi mereka, lalu mengucapkan banyak-banyak terimakasih sambil berkali-kali membungkukkan badan.

Ketika Haru dan Semi akan keluar dari gedung, Pak Sutradara memanggil mereka berdua kembali dan memberi tahu kalau tanggal syuting di Bali akan dimajukan. Karena pada tanggal awal yang sudah mereka tentukan, hampir semua penginapan hanya menyisahkan beberapa kamar saja dan tidak cukup untuk kru dan artis yang akan ikut nanti, itu sebabnya Pak Sutradara memutuskan adegan yang ada di Bali akan diambil lebih awal.

Mendengar penjelasan Pak Sutradara, Haru merasa itu tak masalah buatnya. Begitu juga dengan Semi yang terlihat tak mempermasalahkan perubahan yang secara mendadak itu. Setelah berbincang cukup lama Haru dan Semi pun kembali melanjutkan langkahnya ke arah mobil van mereka yang terparkir di tempat parkir dengan rapih.

Saat Semi akan masuk kedalam mobilnya, tiba-tiba saja Haru meraih lengan Semi hingga membuat langkahnya terhenti seketika. “Maaf sebelumnya, ada yang mau aku bicarakan sama kamu. Jadi apa bisa kamu ikut mobil ku lagi?” ucapnya canggung sambil melepaskan tangannya yang menggenggam lengan Semi.

Setelah masuk mobil Haru~

“Lihat ini, menurut kamu... bagaimana kita harus menangani masalah ini?” Haru menyodorkan ipad miliknya kepada Semi yang sudah duduk disebelahnya.

Semi segera meraih ipad yang disodorkan Haru, kedua matanya seketika membelalak setelah membaca judul artikel yang ada di ipad Haru. Secara perlahan dia mencoba menggeser layar ipad untuk melihat keseluruhan isi artikelnya.

“Haru, artikel ini kapan mulai tersebar?” tanya Semi yang masih belum bisa melepaskan tatapannya dari layar ipad.

“Baru tadi siang. Aku juga baru tahu tadi siang dari Hemi adikku,” jawab Haru.

“Terus apa jawaban kamu tentang artikel ini?” ucap Semi kembali sambil menatap ke arah Haru.

“Aku sudah menyuruhnya untuk menyanggah artikel ini, tapi kemungkinan para paparazi masih akan terus mengikuti kita. Karena itu aku memanggil kamu untuk meminta pendapat dari kamu,” balas Haru sedikit menjelaskan apa yang sedang dia pikirkan dikepalanya.

Semi kembali menatap ke depan sambil bergumam, “Benar juga sih, para paparazi itu pasti masih menganggapnya janggal dan gak mungkin percaya begitu saja.”

“Jadi yang bisa kita lakukan adalah menyerang lebih dulu, sebelum kita yang diserang,” sahut Haru.

“Iya... harusnya begitu, berita yang mereka incar harus keluar lebih dulu, sebelum mereka mendapatkannya lebih dulu,” jelas Semi dengan kata-kata rumitnya.

“Itu artinya kita harus mengumumkan lebih dulu, kalau kita memang sedang berkencan. Sebelum mereka yang mengungkapkannya?” Celetukan ringan itu terus saja keluar dari mulut Haru tanpa dia sadari.

“He?! Apa?! Tunggu dulu, kenapa kamu malah bahas konfirmasi berita kencan. Sementara kita memang gak ada hubungan apapun.” Seketika Semi menengok ke arah Haru yang masih duduk disebelahnya, dengan perasaan yang sedikit terkejut.

“Owh, maaf. Aku tadi cuma berandai-andai, tapi kalau kamu memang kurang nyaman aku akan tetap mengeluarkan pernyataan sanggahan,” kata Haru menatap Semi dengan perasaan canggung.

“Bukannya gak nyaman, tapi kan....” Saat Semi ingin menjelaskan alasannya, ucapannya seketika berhenti, dia kembali diam karena ragu tetang apa yang akan dia katakan.

“Sudahlah kita pikirkan itu nanti. Sekarang ada hal lain yang ingin aku tanyakan,” kata Haru.

“Tentang apa lagi?” jawab Semi dengan satu alis terangkat.

Haru mengambil beberapa lembar kertas dari atas dashboard mobilnya, dan langsung menyodorkan kertas-kertas itu kepada Semi. “Kamu tahu Songyi kan? Yang Ibunya meninggal dalam kebakaran kantin?” tanya Haru.

“Ho kenal, bahkan di reuni terakhir... kita masih sempat ngobrol,” jawab Semi sembari membolak-balik lembaran kertas yang sudah ada ditangannya.

“Kalau boleh tau, dimana dia tinggal sekarang? Aku harus bertemu dia, dan menanyakan sesuatu yang sangat penting ke dia,” sahut Haru dengan tatapan yang sedikit memohon.

“Aku gak akan kasih tau dimana dia, sebelum kamu jelaskan ke aku dulu tentang apa yang ingin kamu tanyakan ke dia,” balas Semi dengan tatapan tajamnya.

“Kamu gak perlu tahu, karena aku sudah bilang berkali-kali kalau kamu sebaiknya gak ikut campur dalam masalah kebakaran,” jawab Haru dingin.

Sekali lagi Semi kembali menunjukkan wajah kesalnya, dengan satu tangannya sudah membuka pintu mobil yang ada disebelahnya. “Yasudah kalau begitu kamu cari aja sendiri, aku yakin kamu gak akan menemukannya dimanapun,” ucapnya sebelum melangkah keluar dari mobil.

Melihat ekspresi Semi yang mulai kesal, Haru segera....

.

.

.

Bersambung

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!