=15= Rasa Sayang yang Tersembunyi

Saat mereka menunggu lift tepat didepan pintunya, tiba-tiba Haru dikejutkan oleh seseorang yang dia kenal setelah pintu lift terbuka sepenuhnya. Dia adalah Kim Hera, wakil direktur ‘H Hotel’ sekaligus Kakak kandung Haru dan Hemi yang sudah lama terpisah karena perceraian kedua orang tuanya. Kedua mata polos Haru yang dihadapkan dengan pemandangan itu pun tidak dapat berbohong, perasaan kaget, rindu, dan marah pun seketika tergulung menjadi satu.

Tanpa mengucap satu kata pun, Haru langsung menundukkan kepalanya dan berjalan memasuki lift. Sementara Hera yang juga terlihat canggung, langsung berjalan keluar sambil melirik ke arah Hyunjae yang mengatakan, “kalau mau ngajak ngobrol Haru jangan sekarang.” Hanya dengan isyarat menggelengkan kepalanya perlahan, sembari terus berjalan memasuki lift mengikuti langkah Haru.

Setelah pintu lift mulai tertutup dan lift sudah mulai berjalan naik, barulah Haru memberanikan diri untuk bertanya. “Tadi itu... Kak Hera kan Kak?!” tanya nya kepada Hyunjae.

“Ho?! Ho, aku yakin itu dia,” jawab Hyunjae merasa sedikit takut dengan respon Haru selanjutnya.

“Ternyata penampilannya masih sama dengan foto yang ditunjukkan Hemi 12 th yang lalu,” balas Haru mengangguk pelan sembari membentuk smirk di ujung bibirnya.

“Apa kamu masih membencinya?” tanya Hyunjae kembali.

Alih-alih menjawab pertanyaan Hyunjae, Haru hanya tersenyum tipis. Karena dalam benak Haru dia bingung harus memberi jawaban seperti apa, semua perasaan yang sudah lama terlalu bercampur aduk itu sungguh sudah tidak dapat diungkapkan secara gamblang oleh Haru, bahkan satu kata pun tak ada yang dapat menggambarkannya.

Beberapa detik kemudian lift yang mereka naiki pun sampai dilantai tempat mereka menginap. Malam yang semakin petang itu pun hanya mereka manfaatkan untuk istirahat dengan bermalas-malasan di tempat tidur kamar masing-masing.

Keesokan Harinya~

Hari baru telah mereka mulai di pagi yang cerah dipulau Bali, aktifitas syuting sudah mereka mulai setelah makan pagi di hari itu. Kesibukan terlihat dengan jelas di setiap sudut, setiap stylish terlihat sibuk memoles sang artis dengan kuas yang selalu dia pegang di tangannya, sementara beberapa juga ada yang merapikan rambut sang artis hingga sangat rapih, termasuk yang dilakukan stylish Haru dan Semi.

Setelah terlihat sangat rapih, Haru dan Semi mulai kembali memerankan karakternya dengan tatapan dan perasaan mendalamnya. Meskipun sempat mengalami beberapa kesalahan, mereka tetap harus mengulanginya hingga mendapatkan kata sempurna dari Pak Sutradara. Syuting yang sangat padat itu pun membuat mereka menjadi tak begitu merasakan kalau satu hari itu mereka lalui dengan cepat.

Karena langit sudah semakin petang, para kru yang bertugas pun segera merapikan peralatan mereka. Satu persatu mereka angkut kedalam kamar mereka dengan sangat hati-hati. Sementara Haru yang sudah terlihat lelah juga melenggang pergi dari lokasi syutingnya untuk menuju kembali kekamarnya, tetapi ditengah perjalanannya, dia dihadang oleh seorang perempuan berbadan tinggi dengan memasang tatapan sayu.

Haru yang kebetulan sangat mengenal wanita itu pun dengan cepat menghentikan langkahnya. Kedua mata Haru seketika berhenti berkedip setelah bertatapan langsung dengan orang yang dia kenal. Iya, dia adalah Hera sang Kakak kandung yang telah lama berpisah dengannya. Melalui cara Haru mengalihkan tatapannya dan helaan nafasnya, Haru terlihat sedikit kesal sembari kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Hera.

“Aku yang ke kamar kamu, atau kamu yang ikut aku ke ruangan ku!” pekik Hera membalik badannya menatap punggung Haru yang perlahan menjauh.

Mendengar ucapan itu, seketika langkah Haru menjadi sangat keras hingga kembali terhenti. Sebelum memberi jawabannya, Haru mencoba menenangkan dirinya dengan menghembuskan nafasnya sambil memejamkan kedua matanya. “Hanya 5 menit, karena aku capek hari ini,” jawab Haru tetap memasang wajah dinginnya.

“Heem,” angguk Hera yang langsung memandu langkah Haru menuju ruangannya.

Dengan suasana hening saudara kandung itu pun tetap berjalan dengan mulut terkunci, tidak ada satu pun diantara mereka yang mau membuka mulutnya, entah karena rasa bersalah dan marah dihati mereka masing-masing, atau pun suasana canggung yang menyelimuti dua saudara yang sudah sangat lama tak bertemu itu.

Setibanya di ruangan Hera yang sangat megah itu, tanpa permisi Haru langsung duduk di sofa panjang yang ada diruangan itu tanpa disuruh. “Kamu mau minum apa? Jeruk hangat, teh hangat, atau kopi?” tanya Hera secara tiba-tiba.

“Gak usah terimakasih, aku kesini bukan untuk nge-teh santai. Jadi cepat katakan apa yang ingin Kakak katakan, kalau enggak aku akan pergi dari sini,” jawab Haru yang kembali berdiri dari duduknya.

“Hey.. hey tunggu dulu. Kita baru aja ketemu, masak iya kamu mau langsung pergi gitu aja?!” Dengan wajah sedikit panik Hera segera melangkah mendekati Haru dan mencegahnya untuk melangkahkan kakinya lebih jauh.

“Baru ketemu?!” balas Haru dengan smirk andalannya tersenyum geli setelah mendengar ucapan sang Kakak.

“Kita diposisi ini juga karena kalian berdua yang meninggalkan keluarga kita, jadi memang kita sebaiknya tidak bertemu lagi,” sambung Haru menautkan kedua alisnya.

Haru yang terlihat kesal Kembali melangkahkan kakinya menuju keluar ruangan, tapi saat dia tiba diujung pintu, kedua mata Haru kembali dikejutkan oleh seseorang yang juga dia kenal. Iya, dia adalah Mama kandung Haru yang kini sedang duduk dikursi roda dan didorong oleh sekretarisnya. Kedua mata mereka yang tak dapat berbohong sama-sama terkejut hingga membuat keduanya terdiam tanpa sepatah kata pun.

“Haru, kamu disini?!” ucap sang Mama dengan lirih.

Haru yang sudah kembali tersadar dari lamunannya, terlihat kesal sekaligus bingung harus berbuat apa, tapi pada akhirnya dia memutuskan berpaling dari Mamanya tanpa mengucapkan satu katapun dan pergi meninggalkannya. “Tunggu Haru!” panggil sang Mama. Setelah sengaja memanggil Haru, sang Mama segera menyuruh sekretarisnya meninggalkan mereka berdua.

Langkah kaki Haru yang tadinya sangat ringan melangkah, tiba-tiba berhenti saat mendengar ucapan Mamanya. “Mama, ingin bicara sama kamu. Apa Mama boleh meminta waktu kamu 5 menit saja, kalau tidak bisa… 3 menit, tolong luangkan waktu kamu 3 menit saja,” ucap sang Mama dengan mata senduhnya tanpa mentanap ke arah Haru.

Sebelum menjawab ajakan sang Mama, Haru terlihat menenangkan diri terlebih dulu dengan memejamkan kedua matanya sebelum menatap sang Mama. “Oke 3 menit, tapi... karena Anda sudah berbicara selama setengah menit, jadi waktu Anda kurang 2,5 menit lagi," jawab Haru.

Mendapat momen langkah seperti itu, sang Mama pada akhirnya menyetujui permintaan ucapan sang anak. Keduanya pun masuk secara terpisah kedalam ruangan Hera untuk melanjutkan pembicaraan. Sementara Hera yang terlihat terkejut dengan kedatangan sang Mama yang diikuti dengan Haru berjalan dibelakangnya, hanya bisa memasang wajah terkejutnya sambil kembali berdiri dari tempat dia duduk.

“Haru kamu duduk dulu, biar enak kita ngobrolnya,” pinta sang Mama.

“Gak usah, toh waktu Anda hanya kurang 2,5 menit lagi,” tolak Haru dengan nada cukup kasar.

“Heh!! Gak sopan kamu ya, manggil Mama kandung sendiri dengan sebutan Anda?! Anak macam apa kamu!” pekik Hera dengan tatapan terbakarnya.

“Apa? Anak? Lagian siapa juga yang minta dilahirkan dari rahimnya?! Dia juga sudah gak melaksanakan kewajibannya ke aku dan Hemi selama bertahun-tahun. Jadi untuk apa aku memanggilnya Mama?!” sangkal Haru kasar.

“Heh!!!” pekik Hera.

Ketika Hera akan kembali melanjutkan ucapannya, tiba-tiba sang Mama menarik tangannya, dan menatapnya sambil menggeleng pelan, seakan memberi tanda kalau dirinya tidak perlu membalas perkataan Haru yang sudah lama terluka.

Satu tanda dari Mama nya itu, seketika mampu meredahkan emosi Hera yang tadinya hampir memuncak. Pikirnya dari pada menatap ke arah Haru yang akan membuatnya kembali emosi, Hera memutuskan untuk menenangkan diri dengan duduk di sofa, sembari terus menghelah nafas berkali-kali.

Sementara sang Mama mencoba untuk kembali mendekat ke Haru dengan menggerakkan kursi rodanya secara perlahan. “Haru Mama tahu, kamu masih sangat membenci Mama dari segi manapun. Mama juga tahu kesalahan Mama selama ini seharusnya tak dapat di maafkan, tapi dengan tidak tahu malunya.. Mama tetap ingin meminta maaf ke kamu, dan tolong beri Mama kesempatan untuk menebus semuanya,” ucap sang Mama sambil meraih tangan kiri Haru.

Mendengar ucapan Mamanya, membuat kedua mata Haru menjadi berkaca-kaca secara tiba-tiba. Bibirnya terlihat tersenyum dalam kesedihan yang tak mampu dia ungkapkan, sambil menundukkan kepalanya.

Setelah menghelah nafas, barulah Haru memberi jawaban ke Mamanya dengan tatapan tagasnya. “Baik, aku akan memaafkan semua kesalahan Anda... dengan satu syarat,” katanya.

“Apa? Katakan... Mama akan melakukannya semua keinginan kamu,” jawab sang Mama dengan tatapan penuh harap.

“Jauhi aku dan jangan pernah muncul didepanku lagi, kalaupun kita tidak sengaja bertemu... bersikaplah seperti orang asing.” Dengan sedikit kasar, Haru berusaha menarik tangannya yang dari tadi dipegang Mamanya.

“Aku permisi dulu,” ucapnya kembali yang berencana akan meninggalkan ruangan sang Kakak.

“Enggak… gak bisa begitu, Haru... Haru Mama mohon jangan lakukan ini sama Mama. Mama tahu hati kamu sudah lama terluka, tapi tolong beri Mama kesempatan.” Sang Mama terus mencoba mengejar Haru dengan susah payah mendorong kedua roda yang ada pada kursi rodanya.

Saat dia sudah hampir berhasil menggapai Haru, secara tiba-tiba… “Acchhkk!” Sang Mama pun tersungkur dari kursi roda. Seketika kedua mata Hera terbelalak melihat kejadian yang ada dihadapannya itu, kedua kakinya segera berdiri dari tempat duduk dan berlari mendekati sang Mama. “Mama!” pekik Hera sambil membantu Mamanya bangun dari lantai yang dingin.

Begitu juga dengan Haru, rintihan sang Mama yang mendadak mengisi ruangan berhasil menghentikan Langkah kakinya. Wajah cemasnya tergambar dengan jelas menatap sang Mama yang sudah diberi pertolongan pertama sang Kakak.

Dalam hati Haru masih ada dorongan untuk membantu sang Mama, tetapi….

.

.

.

Bersambung~

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!