=9= Foto Box

Ucapan yang didengar Haru dari bibir Semi, seketika membuat Haru merasa bingung. Ekspresi wajahnya seketika berubah menjadi serius dan terlihat berfikir dengan keras. “Oke. Kalau begitu aku mau, tapi hanya ngambil foto box aja,” jawab Haru membalik badannya dan kembali berjalan mendekati foto box.

Saat sudah didalam foto box....

Semi mulai memasukkan beberapa lembar uang kertas ke tempat yang sudah disediakan. Sebelum dia memencet tombol mulai, lirikan matanya berhenti tempat aksesoris yang terlihat bertumpuk. Dia sengaja mengambil satu topi lucu berbentuk kelinci putih dengan telinga yang menjulur kebawa, dan langsung saja memakaikannya ke kepala Haru.

“Hey, apa maksud kamu memakaikan ini?” tanya Haru terlihat kesal.

“Udah pakai aja, cuma buat foto doang. Lihat tuh... kelihatan lucu kan?!” Dengan senyum lebarnya, Semi menunjuk ke arah cermin kecil yang ada diatas lubang kamera. Supaya Haru melihat penampilannya sendiri dengan memakai topi lucu yang sudah Semi pilihkan untuknya.

“Aku akan memakai bando kropi ini untuk semakin memperlihatkan pesonaku,” gumam Semi dengan rasa kepercayaan diri yang tinggi.

Mendengar Semi yang bergumam sendiri membuat Haru tersenyum tipis yang tak disadari oleh Semi yang masih sibuk sendiri. Puas dengan penampilannya, Semi segera memencet tombol yang ada di layar foto box. “Oke, dalam hitungan ke 3 kita harus memasang pose,” pinta Semi tanpa menatap ke arah Haru.

Pada akhirnya mesin foto itu sudah mulai akan mengambil gambar dalam hitungan 1... 2... 3... “Cekreekk!!” Secara otomatis satu gambar pun dengan cepat tersimpan di mesin pengambilan foto setelah hitungan ke 3. Semi yang merasa penasaran langsung mencoba melihat hasil foto pertama mereka. “Apa ini... kenapa hasilnya jelek sekali,” gumamnya sambil memanyunkan bibirnya.

“Bagus itu, bagian mananya yang jelek?!” sahut Haru yang masih berdiri disebelahnya.

“Hey, kamu bisa bedain gak sih foto yang bagus sama tidak?! Lihat nih, dari pose kita berdua aja seperti orang asing yang baru kenal, bukan terlihat seperti Kyunso dan Soohyun yang ada di drama,” protes Semi.

“Ya terus kamu mau aku gimana? Kita di dunia nyata kan memang gak ada hubungan apa-apa?!” sahut Haru mulai melepas topi kelinci yang dia pakai dari tadi.

“Eeemm... kalau bisa kamu masuk ke karakter kamu sebagai Kyungso, terus aku juga akan masuk ke karakter aku sebagai Soohyun. Intinya, anggap ini sebagai bagian dari syuting,” jelas Semi yang mencoba memberi solusi agar mendapatkan foto yang lebih bagus.

“Akting?! Disini? Memang kamu bisa mengatasinya kalau aku akting ditempat ini?” balas Haru melempar smirk diujung bibirnya.

“Ho, aku bisa....” Ketika Semi akan menjawab ucapan Haru, tiba-tiba saja Haru merangkul pinggang Semi, hingga membuat semi jatuh kepelukannya.

“Ini kan yang kamu maksud?! Senyum, aku gak mau ngulang lagi untuk kesekian kalinya. Sebelum menekan tombol, aku cuma mau bilang... aku akan mengatur pose sesuai yang aku pikirkan dengan cepat, jadi kamu cukup menyetujuinya saja biar kita cepat selesai,” ujar Haru yang hampir tidak berjarak dengan Semi.

Semi hanya mampu menjawab kata-kata yang diucapkan Haru dengan anggukan pelan, dirinya hanya bisa terteguh penatap paras tampan Haru dari jarak yang sangat dekat. Hingga membuatnya merasakan sesuatu yang sudah lama tidak dia rasakan sejak terakhir bertemu dengan Haru.

Sementara Haru dengan cepat memencet tombol yang ada dilayar pengambilan gambar, dan dalam hitungan ke 3 mereka berhasil mengambil 1 foto lagi yang terlihat lebih bagus.

Selesai dengan foto kedua, mereka berdua lanjut ke pose berikutnya, Haru melepaskan rangkulan yang ada di pinggang Semi dan dengan cepat berganti merangkul leher Semi dengan tangan kanan nya yang berotot itu.

Disisi lain Semi sendiri kembali terkejut sambil menatap lengan Haru yang sudah melingkar ke lehernya. Hatinya tiba-tiba berdegup sangat kencang, itulah yang dia rasakan.

Perasaan tak terkontrol itu pun sampai membuat Semi tak dapat berpikir dengan jernih untuk sesaat, tapi lagi-lagi Haru dengan cepat menyadarkannya dari lamunannya. “Tunggu apa lagi? Senyum,” celetuk Haru sambil melempar senyum lebarnya dengan alami.

“Heem, senyum.” Dengan cepat tatapan Semi beralih membalas senyuman Haru, sambil meletakkan jari telunjuk dan jempol nya didagu Haru membentuk huruf V.

Setelah semuanya sudah siap, Haru kembali memencet tombol untuk memulai hitungan pengambilan gambar. Ketika hitungan itu sudah dimulai, tangan kanan Haru yang menganggur pun langsung melebarkan sehelai rambut Semi yang panjang dan menyelipkannya diantara hidung dan bibir atasnya. Gambar itu pun berhasil diambil dengan sempurna, dan hampir terlihat seperti pasangan didunia nyata.

“Oke, ini pose terakhir. Tetap bersikap natural,” kata Haru sebelum memulai mengambil gambar kembali.

Tangan kiri Haru yang tadinya merangkul leher Semi, kini berganti melingkarkan kedua lengannya ke pinggang Semi dari belakang, dia juga meletakkan dagu nya tepat di bahu kiri milik Semi. Kedua mata Semi seketika berhenti berkedip saat mengetahui dirinya dan Haru sudah tidak berjarak lagi.

“Apa yang kamu tunggu? Pencet tombolnya, karena tangan aku terlalu jauh.” Haru menatap Semi dengan jarak yang sangat dekat, untuk menyuruhnya memulai hitungan pengambilan gambar.

“H... h... ho,” jawab Semi yang terdengar sangat gugup saat dalam dekapan tangan Haru yang berotot itu.

Hitungan pengambilan foto pun dimulai, Haru kembali meluruskan kepalanya yang masih bersandar pada bahu Semi dengan nyaman sambil memejamkan kedua matanya, sementara Semi yang merasa sangat gugup sekaligus bahagia tanpa sengaja menoleh ke arah Haru dengan memasang senyum termanisnya yang pernah dia tujukan kepada seseorang.

Satu foto terakhir itu akhirnya berhasil mereka ambil hanya dalam waktu beberapa detik, tapi tatapan kedua mata Semi yang semakin dalam dan rangkulan lengan Haru pada pinggang Semi tidak langsung berhenti setelah mengambilan foto terakhir. Dalam rangkulan itu Haru merasakan nyaman dalam hati dan pikirannya, hingga membuatnya mengabaikan semua hal yang ada disekitarnya.

Bunyi terima kasih dari mesin pengambil foto lah yang pada akhirnya menyadarkan Semi dari lamunannya. Sambil menggeleng- gelengkan kepalanya, dia kembali menatap lurus kedepan untuk mengalihkan tatapannya dari wajah Haru yang masih bersandar di bahunya dengan nyaman.

“Hey, Haru... foto-foto nya sudah jadi,” ucap Semi menepuk pelan tangan Haru yang masih melingkar di pinggangnya.

“Hem?! Ah... maaf,” balas Haru dengan cepat melepaskan tautannya dari pinggang Semi, setelah sadar dari alam mimpinya.

“Heem....” Meskipun Semi kembali merasa hampa saat Haru melepaskan tautannya, tapi dirinya tetap berusaha memasang wajah normalnya sambil mengambil beberapa foto yang sudah mereka ambil.

“Aku akan tunggu diluar,” ujar Haru melangkah keluar foto box untuk menyembunyikan rasa canggungnya setelah pose terakhir.

Baru 30 detik Haru menunggu diluar, Semi tiba-tiba sudah menyusulnya keluar. “Nih, buat kamu. Lainnya biar aku yang simpan dan aku satuin dengan hadiah lain,” kata Semi menyodorkan selembar foto yang berisi dua pose kepada Haru.

“Ho, thank you,” balas Haru kembali memasang wajah datarnya.

Setelah memberikan satu lembar foto ke Haru, Semi berjalan pergi meninggalkan Haru yang kemudian menyusul langkah Semi yang sudah berjalan lebih dulu. Sepanjang jalan, Haru terus menatap selembar foto yang baru dia dapatkan sambil memasang senyum lebarnya yang dia sembunyikan dari Semi.

Saat mereka akan turun dari eskalator, tiba-tiba mereka berpapasan dengan Hyuri sahabat Haru. “Oh... Semi! Kenapa kamu bisa ada di....” Sapaan Hyuri seketika menjadi canggung dan tiba-tiba berhenti, ketika mengetahui keberadaan Haru tepat dibelakang Semi.

“Oh... hai,” jawab Semi menebar senyum lebarnya.

“Hai,” jawab Hyuri sambil melihat style mereka dari bawah keatas. “Kalian... dari arah game zoone, itu artinya kalian habis ken...,” tebak Hyuri yang belum sempat menyelesaikan kata-katanya.

“Hey! Jangan asal bicara, ini bukan masalah itu. Kamu sendiri ngapain disini?” potong Haru yang tergangu dengan dengan celotehan sang sahabat.

“Aku kesini gara-gara mau ketemu Pak Pimpinan,” jawab Hyuri.

“Kantor Pak Pimpinan ada di lantai 7, di lantai itu hanya ada satu kantor... yaitu kantor nya Pak Pimpinan, jadi kamu gak perlu khawatir tersesat. Aku permisi dulu... karena masih ada janji yang lain.” Haru kembali melangkahkan kaki nya menuju keluar dari gedung.

Sementara itu Semi juga bersiap menyusul langkah Haru. “Aku juga permisi dulu karena masih ada jadwal syuting,” pamit Semi yang menyusul langkah Haru.

“Heem,” balas Hyuri sambil melempar senyumnya ke arah punggung Semi yang semakin pergi menjauh.

Pukul 12.00 KST~

Matahari semakin bersinar diatas kepala, Haru kini sudah sampai didepan SMP Myungsung untuk menemuhi sang Paman. Sebelum keluar dari mobilnya, Haru memasang topi berwarna hitam menutupi kepalanya, dia juga tidak lupa memasang masker hitam untuk menutupi setengah wajahnya. Saat dia rasa sudah sempurna, dia mulai turun dari mobilnya dan berjalan seperti biasa untuk memasuki sekolahannya dulu.

Deretan kelas dan ruangan mengiringi langkah Haru untuk menuju ke ruangan sang Paman yang terletak di lantai paling atas. Hanya dengan dua ketukan yang Haru layangkan ke pintu ruangan beliau, dengan cepat mendapatkan respon sang Paman yang ada didalam ruangan.

“Oh... Haru, kamu sudah datang. Silahkan duduk dulu, Paman akan ambilkan berkas yang kamu inginkan,” sapa sang Paman yang masih duduk di kursi kerjanya.

Sesuai instruksi sang Paman, Haru hanya bisa menunggu dengan duduk di sofa pendek yang ada ditengah ruangan itu. Beberapa detik kemudian, sang paman berjalan ke arah Haru dengan membawa....

.

.

.

Bersambung....

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!