=16= Antara Maaf dan Luka

Dalam hati Haru masih ada dorongan untuk membantu sang Mama, tetapi saat kedua tangannya akan bergerak, memori menyakitkan waktu dia ditinggalkan bertahun-tahun yang lalu kembali muncul dan terus muncul, hingga membuatnya ragu untuk kesekian kalinya, dan yang hanya bisa dia lakukan hanyalah kembali terdiam.

“Heh!!! Kamu gila ya! Dia ini... Mama kandung kita berdua, dia ini Mama kandung kamu Haru! Kenapa kamu perlakukan seperti ini!” teriak Hera yang sudah tidak mampu menahan api dalam hatinya yang kembali membara.

“Hera hentikan,” ucap sang Mama kembali menenangkan sang anak pertama yang terlihat sudah sangat marah.

“Kenapa? Sakit? Asal kalian tahu ya, sakit yang dia rasakan... gak ada apa-apanya dibandingkan sakitnya hati dua anak kecil yang ditinggalkan Mamanya, saat anak itu... MASIH SANGAT MEMBUTUHKAN MAMANYA!!!” balas Haru diiringi tetesan air matanya yang tak lagi dapat dia bendung.

“Apa kalian tahu, gimana perasaan seorang Kakak yang terus-terusan mebela Adiknya, saat dia dikatai teman-temannya kalau dirinya pembawa sial hingga membuat sang Mama pergi meninggalkannya?” sambung Haru.

“Kejadian itu… belum semuanya, masih banyak kejadian yang membuktikan kalau Anda sebenarnya tidak layak disebut sebagai Mama, dan bodohnya lagi aku masih mengharapkan keajaiban kehadiran Anda setelah berhasil melewati maut,” tambah Haru sambil mencoba menghapus air matanya yang masih terus menetes perlahan.

“Maut? Maut apa yang kamu maksud Haru?!” tanya sang Mama yang juga sudah meneteskan air matanya.

“Lihat sendiri kan, berita yang sudah mendunia begitu saja Anda tidak tahu, tapi dengan tidak tahu malunya meminta maaf dan ingin memperbaiki semuanya. Anda benar benar tidak layak menjadi seorang Ibu!” Dengan tatapan kecewanya Haru memalingkan badannya dan kembali akan meninggalkan ruangan.

Melihat sang anak kembali akan meninggalkan ruangan, sang Mama yang takut kehilangan langsung saja mencoba meraih kaki Haru dengan mengesot sepanjang lantai. “Haru… Haru Mama mohon beri Mama kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semuanya,” ujar sang Mama kembali sembari bergelayut di kaki Haru, hingga membuat Haru menghentikan langkahnya.

Haru yang masih memiliki sedikit rasa sopan mencoba melepaskan kedua tangan sang Mama yang melingkar dikakinya dengan kedua tangannya. Meskipun dengan sedikit paksaan, tangan kuat sang Mama pun pada akhirnya terlepas dari kaki Haru, dan ketika kakinya kembali bebas, Haru kembali berjalan keluar dari ruangan sembari terus mencoba menghapus air matanya.

Kepergian Haru bukan malah membuat keadaan kembali menjadi normal, sang Mama yang telah ditinggalkan anaknya itu tiba-tiba saja merasakan sakit yang sangat mendalam di dada sebelah kirinya. Dia terus memeganginya, hingga akhirnya tumbang ke lantai.

“Mama!” Hera yang menjadi saksi tumbangnya sang Mama segera merangkak ke arah Mamanya, dia menopang kepala sang Mama dengan satu tangannya dan mencoba membangunkannya dengan tangan lainnya, tapi karena sang Mama tak kunjung bangun... pada akhirnya dengan terpaksa menelepon ambulance.

Sementara Haru yang sudah pergi dari ruangan sang Kakak tidak mengetahui semuanya, dia hanya kembali ke kamarnya dan merebahkan badannya di tempat tidurnya yang luas. Kepalanya yang terasa sangat sesak membuatnya tak dapat tertidur begitu saja, hingga membuatnya memesan 10 kaleng bir melalui pelayanan kamar.

Saat bir-bir yang sudah dia pesan datang, dia segera meminumnya di balkon kamarnya yang menghadap langsung ke laut. Suasana yang sangat tenang pun tiba-tiba berubah, saat dia mendengar suara ambulance dari arah bawah. Seketika membuat tatapan Haru teralihkan ke arah sang ambulance berhenti, dan karena kamar Haru di lantai yang tak terlalu tinggi, sebenarnya dia bisa melihat cukup jelas siapa yang akan dibawa mobil ambulance, tapi gara-gara sedikit mabuk... pandangannya menjadi sedikit kabur.

“Yang dibawa ambulance... gak mungkin wanita itu kan?” gumam Haru sembari mencoba menyadarkan dirinya dari pengaruh alkohol yang diminumnya, dengan terus menggelengkan kepalanya.

Beberapa menit setelah dia bergumam tidak jelas sendirian, tiba-tiba bel kamarnya mengeluarkan suara. Seseorang itu telah berkali-kali memencet bel kamar Haru dengan cukup cepat hingga membuat suaranya menjadi tak karuan. Tidak puas dengan hampir menghancurkan bel kamar, orang itu juga menggedor-gedor kamar Haru.

Sementara Haru yang dari awal sudah merasa tergangu segera membukakan pintu itu, dan ternyata orang yang ada dibalik pintu itu, adalah Semi. Setelah melihat pintu terbuka, tanpa permisi lagi dia langsung saja nyelonong masuk. “Hei! Kenapa main masuk gitu aja?! Gak lihat apa sudah jam berapa ini? Gimana kalau kejadian ini jadi rumor?” pekik Haru sambil berjalan cepat menyusul langkah Semi.

“Aku tahu sekarang jam berapa, dan aku sadar betul kalau ini semua bisa jadi rumor, tapi aku kesini juga karena ada hal penting yang ingin aku sampaikan,” balas Semi melempar tatapan tajamnya.

“Besok kan masih ada waktu, kenapa harus sekarang?!” sahut Haru.

“Iya besok, lusa, dan seminggu kemudian kita berdua masih bisa ketemu, tapi Mama kamu gimana? Kenapa kamu masih disini? Bukannya ikut ke Rumah Sakit?” tanya Semi yang mulai menyampaikan tujuan kedatangannya.

Melalui ekspresi sinisnya, Haru menghelah tipis dan bermaksud menertawakan ucapan Semi. “Mama?! Sejak kapan aku punya Mama? Seluruh jagat raya pun tahu kalau aku gak punya Mama, yang ku punya Hanya….” Baru beberapa kalimat Haru menyampaikan jawabannya, tiba-tiba saja Semi mendekat dan langsung saja menampar pipi kiri Haru.

Sontak saja tindakan Semi itu sangat membuat sang pangeran mahkota terkejut bukan kepalang, sementara Haru hanya bisa mencegah amarahnya keluar setelah mendapatkan tamparan panas dari Semi. “Apa maksud dari tamparan yang barusan kamu lakukan? Kenapa kamu melakukan itu?” ucap Haru tanpa berkedip.

“Agar kamu cepat sadar, kalau bagaimanapun dia itu adalah Mama kandung kamu,” jawab Semi terlihat kesal.

“Iya memang benar dia adalah Mama kandung ku, tapi buat apa dianggap Mama? Sementara dia sendiri gak pernah melakukan kewajibannya sebagai Mama selama bertahun-tahun,” jelas Haru kembali.

“Dia gak kelakuin itu karena dia sakit Haru!!” pekik Semi yang sudah tidak tahan menyimpan rahasia sendiri dalam pikirannya. “Dia sengaja pergi dari Korea Selatan karena ingin mengobati penyakitnya yang sudah hampir parah saat itu, selain itu... sampai sekarang dia juga masih berusaha mencari donor jantung untuk dirinya sendiri,” sambung Semi.

“Apa?! Sakit? Dari mana kamu tahu kalau dia sedang sakit?” Seperti petir yang menggelegar dihari yang tenang, Haru segera mendekati Semi dengan wajah penasarannya.

“Tadi aku lewat depan lobi Hotel saat Mama kamu akan dimasukkan ambulance, lalu aku gak sengaja denger para staff cerita kalau pemilik Hotel sedang sakit keras, dan para staff itu juga ngomong sebelum sampai di Bali, dia berkeliling dunia dulu untuk mengobati penyakitnya dan berusaha menemukan donor juga,” jelas Semi tanpa menatap kedua mata Haru secara langsung.

“Tapi kenapa Kak Hera gak ngomong tentang ini? Apa Hemi juga menyembunyikan tentang semua ini?!” gumam Haru sendiri.

“Mungkin Kakak kamu dan Mama kamu gak ingin kamu tahu, dan mungkin Mama kamu hanya ingin membuat memori indah sama kamu, tanpa meletakkan memori sedih sedikitpun. Mangkanya dia gak memberi tahu kamu sedikitpun tentang masalah ini,” angguk Semi menenangkan Haru yang mulai terlihat sedikit terguncang.

“Aku... aku harus ke Rumah Sakit sekrang. Semi, apa kamu tahu ke Rumah Sakit mana ambulance itu pergi?” tanya Haru dengan wajah yang mulai panik.

“Rumah Sakit Kencana, iya dia dibawa ke sana,” jawab Semi.

“Oke thank you, aku pergi dulu.” Tanpa berganti pakaian lagi, Haru segera berlari keluar dari kamar setelah mengambil hp nya dan meletakkan kaleng bir yang dari tadi dia pegang.

“Hey! Hati-hati!” teriak Semi dari jauh ke arah punggung Haru yang berlari dilorong.

Dengan perasaan yang sudah campur aduk saat itu, Haru hanya bisa berlari dan menyetop satu taxi yang kebetulan berhenti tepat didepan Hotel tempat dia menginap. Setelah berhasil masuk kedalam taxi, tanpa menunggu lagi dia segera mengatakan tujuannya kepada sang supir, tidak lupa pula dia memberi tahu sang supir agar memacu mobilnya dengan cepat.

Rumah Sakit Kencana~

Setibanya di Rumah Sakit, Haru segera melangkahkan kakinya menuju ke resepsionis dan bertanya, “Permisi, Saya mau tanya pasien yang baru masuk bernama Seo Eunji ada di ruang apa?”tanya Haru berbicara menggunakan bhs. Inggris, dengan diiringi wajah khawatir yang tak lagi dapat dia sembunyikan.

“Seo Eunji, dia masih ada di ruang ICU, dan masih dalam….” Saat sang perawat masih akan menjelaskan, tanpa berpikir panjang lagi Haru segera berlari menuru ICU.

Setibanya Haru di sana dia sudah melihat sang Kakak tertunduk lemas sambil berkali-kali menghapus air matanya sedang duduk di kursi panjang depan ruang ICU. Melihat itu semua, langkah kaki Haru menjadi berat, dia kembali ragu kalau dia boleh melihat Mamanya, setelah semua perbuatan yang sudah dia lakukan. Hingga sekilas muncul perasaan kalau dia harus pergi dari tempat itu, karena dia merasa bukan putra yang baik.

Perlahan Haru kembali membalik badannya, dan keraguannya untuk mendekat semakin kuat, tapi ketika dia akan meninggalkan lorong itu, tiba-tiba terdengar sura yang memanggilnya.

.

.

.

Bersambung~

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!