=11= Skandal 1

“Karena aku mencoba menggali kebenaran soal kebakaran SMP Myungsung, dan secara tidak langsung aku tahu kalau pelakunya adalah Paman ku sendiri,” ujar Haru kembali menjelaskan yang sudah dia ketahui sejak lama.

“Jadi maksud kamu, kebakaran SMP Myungsung waktu itu adalah buatan? Terus yang merencanakan kebakaran itu adalah Paman kamu?” Semi memasang wajah terkejutnya saat mendengar sebuah kebenaran yang hanya diketahui Haru.

“Heem,” angguk Haru.

“Ceritanya memang sedikit panjang, tapi secara singkatnya seperti itu. Karena itu kalau kamu terlalu dekat dengan ku, kamu bisa terkena imbas masalah ini, terus aku juga tahu gimana bahaya dan nekatnya Paman ku saat bertindak.” Haru terus menjelaskan semua hal yang menimbulkan kesalah pahaman diantara mereka berdua.

“Tapi tetap saja, aku merasa bersalah. Aku masih merasa kalau kalau telinga kamu begitu karena aku,” sahut Semi menundukkan kedua pandangannya.

“Hey, aku sudah bilang ini semua gara-gara tragedi kebakaran itu, jadi kalau ada yang harus disalahkan bukan kamu, tapi Paman ku,” sangkal Haru, mencoba meredahkan rasa bersalah yang dirasakan Semi.

“Tapi....” Ketika Semi akan melontarkan kata-kata kembali, haru segera menyambarnya dengan satu kalimat yang membuatnya seketika diam.

“Sudahlah sepertinya kita harus segera ke lokasi syuting sekarang, kalau engga kita bisa terjebak macet,” ajak Haru sembari melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Semi.

“Oh?!” Semi yang sedikit terkejut segera menyusul langkah Haru yang sudah berjalan lebih dulu didepannya.

Saat mereka sudah sampai ditempat parkir, dengan langkah yang lebih cepat dia mendahului Haru, dan menghadangnya sambil merentangkan kedua lengannya yang lumayan lebar.

Haru menghentikan langkah kedua kakinya sembari memiringkan kepalanya kekanan dan bertanya ke Semi, “Apa yang kamu lakukan?”

“Setelah beberapa menit kita berbicara, dan kesalahpahaman terselesaikan... itu artinya mulai sekarang kita kembali berteman seperti dulu?” tanya Semi tanpa menahan rasa malunya sama sekali.

“Apa? Berteman? Enggak, dan Enggak akan pernah bisa kembali seperti dulu.” Dengan wajah ketusnya, Haru kembali melenggang pergi dari hadapan Semi dengan menggeser tubuhnya agar tidak menabrak Semi yang masih berdiri didepannya.

“Hey! Apa gak bisa kita kembali berteman saja seperti dulu!” rengek Semi dengan sedikit meninggikan nada suaranya, sambil kembali menyusul langkah Haru.

Tapi dengan cueknya Haru tetap diam seribu bahasa, dia hanya terus melangkah sampai langkah kakinya itu pada akhirnya membawanya tepat didepan mobil sport pribadinya yang berwarna biru. Saat dia akan membuka pintunya tiba-tiba Semi kembali menghadang, dengan berdiri didepan pintu mobi.

“Ada apa lagi?! Kalau memang gak penting-penting amat minggir,” ucap Haru dengan ketus.

“Kali ini sangat penting. Haru, izinkan aku nebeng mobil kamu sampai ke lokasi syuting,” balas Semi sambil memasang wajah berbinar.

“Apa?!” Mendengar jawaban dari orang yang ada dihadapannya itu, Haru hanya bisa menghela nafas.

“Aku tahu dari lubuk hati kamu pasti gak mau, tapi tolong kali iniiii saja biarkan aku menumpang. Karena kalau misalkan aku naik bus pasti akan terlambat, apalagi kalau harus nunggu taxi lebih dulu... pasti akan lebih lama sampainya, terus kalau aku datang telat... syuting pasti akan tertunda dan....” Semi terus menyoros dan melemparkan sejuta alasan, agar dia bisa satu mobil dengan orang yang dia sukai itu.

“Masuk!” potong Haru dengan tegas.

“Apa? Jadi aku boleh....” Mendengar jawaban Haru, Semi merasa mendapatkan jackpot yang sudah dia incar selama ini.

“Aku bilang masuk, sebelum aku berubah pikiran,” sahut Haru kembali yang tetap konsisten dengan nada tegasnya.

“Ho,” jawab Semi singkat, sambil melempar senyumnya dan berlari ke sisi pintu tempat duduk penumpang.

Sambil menggelengkan kepalanya, Haru masuk kedalam mobil dan segera memasang sabuk pengamannya. Sementara Semi sudah duduk dengan tenang disebelahnya, ketika Haru memalingkan pandangannya ke Semi, dia merasa ada yang janggal. Melihat itu dia kembali menghela nafasnya, karena Semi kembali memperlihatkan sifat teledornya.

“Hey, pakai itu sekarang,” ucap Haru menatap ke arah Semi.

“Ho?! Apanya yang perlu di pakai?” tanya Semi dengan muka bodohnya.

“Haisshh!” gerutu Haru.

Badan jenjang Haru dengan cepat mendekat ke Semi, hingga membuat jarak diantara keduanya hanya tinggal sejengkal. Sontak saja itu sangat membuat Semi terkejut bukan kepalang, hingga membuatnya bergumam, “Jangan bilang dia akan mencium ku? Tunggu dulu aku belum siap untuk ini.” Secara otomatis kedua matanya juga ikut terpejam saat mendapatkan serangan secara mendadak dari Haru.

Melihat Semi yang tiba-tiba memejamkan kedua matanya membuat Haru tersenyum tipis sembari melihatnya dari jarak yang cukup dekat. Kedua tangannya yang berotot itu dengan cepat menarik sabuk pengaman dan memasangnya dengan benar hingga terdengar bunyi “Klik” yang membangunkan Semi dari halusinasinya, dan kembali membuka matanya.

“Kalau mau menumpang mobil orang, seenggaknya jangan buat orang itu bayar denda,” ucap Haru dengan satu alis terangkat menatap Semi yang baru kembali membuka kedua matanya.

“Maaf,” jawab Semi tersenyum canggung.

Setelah mendengar jawaban singkat dari Semi, Haru segera memacu mobilnya menuju lokasi syuting. Mobil itu mulai berjalan menyusuri jalan raya yang ramai lancar, Haru hanya bisa fokus menatap kedepan untuk mengendalikan mobilnya, sementara Semi terlihat terus menatap keluar jendela sambil menggerutu dalam batinnya. “Aku bener-bener bodoh, kenapa harus bersikap seperti tadi? Dia pasti lihat semuanya, dan sudah beranggapan aku wanita sembarangan.”

30 menit kemudian....

Akhirnya mereka sampai juga ditempat syuting. Setelah keluar dari mobil Haru, mereka kembali menjadi orang asing yang hanya berstatus sebagai partner drama. Kali ini lokasi syuting mereka berada didalam gedung besar yang sudah disetting berdasarkan kebutuhan syuting mereka. Agenda mereka hari ini selain syuting, adalah pemotretan untuk poster drama mereka, itu sebabnya syuting ini akan memakan waktu yang lebih lama.

Haru dan Semi segera menuju ke ruangan pribadi mereka masing-masing yang sudah disiapkan pihak produksi drama. Ruangan itu bisa mereka berdua gunakan untuk berganti pakaian dan merias wajah mereka agar sesuai dengan karakter dan kebutuhan gambar yang akan diambil. Sesuai agenda, kegiatan yang akan mereka lakukan pertama kali setelah keluar dari ruang pribadi adalah pemotretan untuk poster drama.

“Oke bagus Haru!... iya seperti itu.” Teriakan itu terus terdengar saat Haru dan Semi mulai mengambil pose mesra untuk poster drama.

“Cekreekk!!”

“Cekrek... cekrekk!”

Suara shooter kamera terus terdengar hingga menggemah mengisi seluruh ruangan saat Haru dan Semi terus bergerak untuk merubah posenya. Tidak lupa lampu flash kamera juga ikut terus berkelip mengiringi pemotretan mereka berdua siang itu. Setelah pengambilan foto pasangan, mereka berdua juga mengambil foto solo untuk semakin memperlihatkan pesona mereka.

1 Jam kemudian....

“Oke, bagus semuanya!! Foto yang kita ambil sudah bagus. Sekarang kita istirahat dulu 30 menit, lalu lanjutkan syuting adegan berikutnya,” teriak Pak Sutradara mengakhiri pemotretan itu.

Berakhirnya pemotretan itu, Haru hanya bisa kembali ke ruangan pribadinya sambil tertunduk sedikit karna terlihat cape. Ketika dia sudah memasuki ruangan, Hyunjae tiba-tiba juga mengikutinya masuk kedalam ruangan dengan wajah sedikit panik.

Haru memalingkan wajahnya ke arah Hyunjae dan bertanya, “Ada apa Kak?! Kenapa ekspresi Kakak seperti itu?”

“Hemi ada disini, dia ingin menemuhi kamu,” celetuk Hyunjae.

“He?! Kenapa dia ada disini secara tiba-tiba?” tanya Haru terkejut.

“Katanya ada hal penting yang ingin dia bicarakan,” jawab Hyunjae tanpa memberi tahu langsung kepada Haru.

“Yasudah dia sekarang ada dimana?” ucap Haru kembali.

“Di mobil van kamu,” balas Hyunjae.

“Baik kalau begitu aku akan menemuhinya sekarang.” Tanpa mengganti pakaiannya, Haru segera melangkah pergi menemuhi Adiknya itu.

Setibanya di mobil van nya....

Haru segera membuka pintu kursi penumpan mobil van nya, seketika dia melihat Hemi sudah duduk di kursi sebelah kanan mobil sambil memegang sebuah ipad. “Masuk Kak, dan tutup pintunya,” ucap Hemi memasang wajah tegas.

Meskipun merasa bingung, tapi Haru hanya menuruti ucapan sang adik tanpa membantah sekalipun. Karena dia sangat mengenal sang adik, jadi dia tau kalau ekpresi serius yang ditunjukkan sang adik itu adalah ekpresi dimana ada masalah besar yang akan disampaikan oleh sang adik.

“Ini Kakak baca dulu dengan teliti yang tertulis di artikel ini.” Hemi menyodorkan ipad yang dari tadi dia genggam dengan posisi layar masih menyalah.

Setelah menerima ipad pemberian sang adik, Haru segera membaca judul artikel yang tercetak paling tebal. Kedua matanya seketika terbelalak setelah membaca judul artikel yang ada dihadapannya itu, satu tangannya juga dengan cepat menggeser layar ipad yang dia pegang untuk membaca lebih cepat, dan pada akhirnya dia juga melihat beberapa foto yang membuatnya semakin terkejut.

.

.

.

Bersambung~

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!