=17= Maaf

Perlahan Haru kembali membalik badannya, keraguannya untuk mendekat semakin kuat, tapi ketika dia akan meninggalkan lorong itu, tiba-tiba terdengar suara yang memanggilnya.

“Haru!” Panggilan lirih itu berasal dari arah belakang Haru, yang terdengar cukup jelas olehnya.

Dengan wajah sedih yang masih terlihat dengan jelas, Haru perlahan memeriksa orang yang memanggilnya, saat itu juga dia melihat sang Kakak Hera sudah berdiri dari tempat duduknya dan memberinya tatapan yang dalam dari jauh. Seketika perasaan Haru menjadi remuk redam saat itu juga, air matanya yang dari tadi coba dia tahan, tidak dapat lagi dia bendung.

Haru segera berlari menghampiri sang Kakak dan bersimpu memeluk Kaki sang Kakak. “Kak maafkan aku Kak, Mama begini pasti gara-gara aku. Aku benar-benar bukan putra yang baik, aku sangat berdosa sama Mama,” ucapnya sambil sesenggukan masih bersimpu di kaki sang Kakak.

“Berdiri, Haru berdiri, jangan lakukan ini.” Hera yang masih terlihat sangat menyayangi Haru, mencoba melepaskan tautan lengan Haru di kakinya dan memaksanya untuk berdiri, tapi apalah daya lengan berotot Haru lebih kuat dari pada tarikan sang Kakak.

“Haru gak akan berdiri sebelum Kakak memaafkan perbuatan kejam Haru,” balas Haru yang masih terus mengucurkan air mata.

“Oke... oke, Kakak memaafkan kamu. Sekarang cepat kamu berdiri,” angguk Hera sambil terus menatap ke arah Haru.

Haru yang sebenarnya anak penurutpun akhirnya melepaskan kaki Hera dengan sukarela, dia juga menuruti kata-kata sang Kakak untuk berdiri dari tempatnya bersimpu dan mengganti posisi duduknya tepat berada disebelah Hera. Sementara Hera yang terlihat sedikit lebih tenang juga kembali duduk di sebelah sang Adik, meskipun suasana sudah terasa lebih tenang, tapi dalam hati masing-masing mereka berdua masih sangat terlihat khawatir dengan kondisi sang Mama.

"Kamu tenang aja, kondisi Mama sudah stabil. Jadi kamu gak usah terlalu menyalakan diri sendiri,” ujar Hera memecah keheningan diantara mereka berdua.

“Heem,” angguk Haru pelan.

“Kalau kamu bertingkah seperti ini, itu artinya kamu sudah tau keadaan Mama yang sebenarnya,” kata Hera menatap Haru dengan dalam.

“Heem, kenapa Kakak gak kasih tau aku tentang semua ini? Kalau tahu kan aku tadi gak sekasar itu,” sahut Haru menundukkan kepalanya.

“Mama gak memperbolehkan aku dan Hemi untuk kasih tau kamu,” balas Hera.

“Jadi hanya aku yang gak tahu tentang ini,” kata Haru sambil menunduk dan tersenyum tipis.

“Maaf Haru,” sahut sang Kakak.

Mendengar sang Kakak kembali minta maaf, Haru hanya bisa kembali tersenyum dengan menatap sayu sang Kakak. “Ah iya, aku sudah menelepon Hemi, dan dia bilang langsung menuju ke sini begitu pekerjaannya selesai,” ujar Hera.

Haru hanya menjawab ucapan sang Kakak dengan senyuman tipis yang terukir di bibirnya, sementara raut wajahnya masih terlihat muram dan khawatir dengan kondisi sang Mama. Malam yang cukup panjang itu, akhirnya berakhir dengan perasaan cemas yang masih menyelimuti keduanya, keduanya masih tertunduk lesuh didepan ruangan ICU menunggu Mama mereka sadar dari komanya.

Keesokan Harinya~

“Kak Hera!” panggil seseorang yang baru saja sampai didepan ruang ICU.

Panggilan itu seketika membuat Hera membuka kedua matanya, sembari mengusap-usap satu matanya untuk menyadarkan dirinya dari rasa kantuk yang masih berasa di pagi itu. “Hemi?! Kamu sudah sampai disini?” tanya Hera menatap ke arah sang Adik.

“Heem, gimana keadaan Mama?!” tanya Hemi duduk disebelah Hera yang terlihat masih menguap.

“Masih sama, tapi untungnya tetap stabil,” jawab Hera.

Hemi yang merasa mengerti apa yang dikatakan sang Kakak hanya mengangguk pelan. “Oh?! Dimana dia? Kok sudah gak ada?” ucap Hera sambil selingak-celinguk mencari seseorang.

“Siapa yang Kakak cari? Perasaan dari tadi cuman ada Kak Hera seorang,” balas Hemi yang ikut mengecek sekitarnya.

“Haru, dari tadi malam dia juga tidur disini,” kata Hera.

Kedua mata Hemi seketika terbelalak setelah mendengar Hera menyebut sang Kakak laki-lakinya. Orang yang selama ini diketahui sangat cuek dengan sang Mama, secara mengejutkan bermalam di Rumah Sakit tempat Mama mereka dirawat. “Kak Haru? Dia beneran bermalam disini? Kok bisa? Setahu ku dia orangnya sangat cuek sama kalian berdua?” tanya Hemi.

“Haru sudah tahu semuanya, termasuk penyakit Mama, itu sebabnya dia tidur disini,” jawab Hera.

“Kok bisa Kak? Setahu ku, dia gak mungkin cari tahu sendiri.” Wajah Hemi tiba-tiba berubah menjadi kebingungan setelah mendengar ucapan sang Kakak.

“Jadi gini ceritanya….” Disaat itulah Hera langsung menjelaskan apa yang sudah terjadi tepat sebelum Mama mereka dibawa ke Rumah Sakit.

Disisi lain….

Haru terlihat berbicara serius dengan seseorang di parkiran basement Rumah Sakit, mereka berdua membahas tentang penundaan syuting drama dihari itu, dari ucapan Haru yang memanggilnya Kak, sudah dapat dipastikan kalau orang yang diajaknya bicara adalah Hyunjae sang manajer. Hari itu Haru sengaja untuk meminta izin menunda syuting dengan alasan pribadi.

Meskipun dari awal Haru sudah mengetahui kalau penundaan itu akan mengakibatkan kerugian finansial, Haru tetap ingin melakukannya. Dia bahkan mengatakan ke Hyunjae kalau dia akan membayar kerugian itu untuk proses produksi, dia sendiri juga mengatakan kalau dia akan membayar berapapun yang dikatakan sutradara dan pihak produksi untuk tertundanya syuting drama.

Karena bagi Haru yang terpenting saat ini adalah berada disisi Mamanya, hingga sang Mama tersadar. Setelah berbicara dengan Haru sangat lama, Hyunjae kembali masuk kedalam mobilnya, dia segera memacu mobilnya menuju lokasi syuting untuk mengatakan apa yang sudah dijelaskan Haru. Beberapa menit setelah berbicara dengan Hyunjae, Haru segera kembali berjalan masuk menuju saudara-saudaranya berada.

Belum lama ia didalam lift, hp Haru pun berdering. Segerahlah ia mengambil hp yang ada di saku kirinya, dengan satu gesekan dari jarinya suara sang penelpon pun sudah dapat ia dengar. “Heem, ada apa?!” tanya Haru kepada sang penelpon.

“Kak Haru, segera ke ICU sekarang! Mama sudah sadar!” pekik orang yang menelpon Haru dari balik teleponnya.

“Ho?! Oke-oke,” jawab Haru dengan kedua mata terbelalak.

Setelah mendengar kabar melalui telepon mendadak itu, Haru menjadi sangat gelisah. Ekspresi wajah gelisahnya itu terlihat sangat jelas, seakan ingin mempercepat laju lift yang saat itu berjalan sangat lambat menurutnya. Kedua matanya terus saja menatap ke arah LCD yang menunjukkan letak dimana lift itu sampai.

Saat lift itu sudah sampai di lantai yang dia tuju, langkah kaki Haru segera bergegas menuju ke ruangan ICU tempat sang Mama berada. Kedua tangannya seketika menjadi sibuk menyekah peluh yang membasahi dahinya begitu sampai didepan ruang ICU, dia juga berusaha menenangkan diri terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan, agar tidak terlihat capek sekaligus untuk bersiap menghadapi segala suasana yang akan dia hadapi.

Perlahan kedua Kaki Haru melangkah memasuki ruangan, dia juga tidak lupa memakai jubah pelapis lagi saat memasuki ruangan sesuai aturan yang sudah ditetapkan rumah sakit. “Haru….” celetuk Hera memalingkan pandangannya ke arah datangnya Haru.

“Ma, ada Haru disini. Dari tadi malam, dia sudah menunggu untuk ngobrol dengan Mama,” kata Hera, tepat disebelah Mamanya.

Mendengar Hera menyebut nama Haru, wajah sang Mama pun seketika berubah menjadi sedikit sumringah, kedua tangannya dengan sigap melepas masker okesigen yang masih menutupi wajahnya. “Ha… ru…” panggil sang Mama dengan lirih.

“Iya Ma, Haru disini.” Dengan cepat Haru mendekat kesebelah Mamanya dan langsung menggenggam tangan sang Mama dengan erat.

Kondisi sang Mama yang masih terlihat masih sangat lemas, semakin arat menggenggam telapak tangan Haru sembari mengatakan, “Maafkan Mama Haru, maafkan semua kesalahan yang pernah Mama lakukan.”

“Enggak Ma, Mama gak ada salah apapun sama Haru. Justru... justru yang harusnya minta maaf itu Haru, semua perbuatan Haru tadi malam… sampai membuat keadaan Mama jadi seperti ini,” ucap Haru yang mulai menitihkan air matanya.

Melihat sang anak mulai menangis, tiba-tiba satu tangan sang Mama mulai bergerak menghapus air mata Haru sambil mengatakan, “Hey… kamu ini laki-laki, jadi jangan cengeng seperti ini.”

Saat itu juga wajah Haru mendadak merubah menjadi merah, air mata yang dari tadi coba dia tahan, akhirnya tumpah seluruhnya setelah mendengar kata-kata sang Mama. Sembari terus melontarkan kata maaf, dia terus mengucurkan air matanya hingga sesenggukan tanpa henti, hingga membuat Adik dan Kakaknya ikut menitihkan air matanya.

Setelah momen mengharukan itu, Mama Haru yang berhasil melewati masa kritis akhrinya dipindahkan ke salah satu ruang rawat VVIP yang ada di Rumah Sakit itu, meskipun tetap harus menggunakan selang oksigen, sang Mama yang dikelilingi ke tiga anak nya itu terlihat sangat bahagia, dan kebahagian itu juga semakin bertambah saat mengetahui Haru sudah kembali memanggilnya dengan sebutan Mama.

“Kalian… kalau capek bisa pulang dulu, Mama akan panggil sekretaris Mama untuk berjaga disini,” kata sang Mama sambil menatap ke tiga anaknya yang masih berdiri disebelahnya.

“Ma, Hemi akan tetap berjaga disini. Kak Hera dan Kak Haru kalian sebaiknya balik dulu, mandi dan ganti baju, nanti kalian bisa kesini lagi,” sahut Hemi yang tiba-tiba menjadi lebih dewasa.

“Aku juga akan tetap disini, Kak Hera aja yang balik duluan,” balas Haru.

“Haru, yang dikatakan Hemi benar. Kamu dari tadi malam belum istirahat sama sekali kan? Sebaiknya kamu balik ke Hotel sekarang. Mama sudah gak kenapa-kenapa, jadi kamu gak perlu khawatir lagi,” ujar sang Mama menatap Haru langsung.

“Oke, kalau itu memang perintah Mama.” Sambil memanyunkan bibirnya sedikit, Haru mengambil jaket hitamnya, lalu melenggang pergi dari Rumah Sakit dengan menggunakan taxi umum.

Beberapa menit kemudian…

Akhirnya Haru sampai di Hotel tempat dia menginap, dengan rambut yang acak-acakan dan wajah capeknya dia berjalan santai menyusuri lobi Hotel, lift, dan pada akhirnya sampai di lorong kamarnya berada. Ketika langkah kakinya sudah mendekati kamar Hotelnya, Haru melihat seseorang sudah berdiri didepan kamarnya sambil memegang hp ditangan kanannya.

.

.

.

Bersambung~

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!