SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)

“Assalamualaikum.” Kata Marini yang sudah lebih dulu berpengalaman.

“Nggak usah salam koe.” Jawab Mbah Uti ketus.

Suasana semakin mencekam saat suara yang keluar dari Mbah Uti sangat menyeramkan dan itu... bukan Mbah Uti. Tubuh nenek tua itu sudah sepenuhnya dimasuki makhluk gaib.

Hanum yang masih trauma akan kejadian yang menimpanya sejak dua hari lalu mulai kehilangan dirinya, kepalanya pening.

“Mar tunggu disini. Aku harus bawa Hanum pergi.” Bisik Marini pada Marni.

“Iya mba.”

Marini bangkit sembari membantu Hanum untuk berdiri. Ia tak boleh ada disini, jika ia tak sadarkan diri maka tubuhnya bisa dimasuki memedi yang sekarang ada di tubuh Mbah Uti. Dan itu bisa membahayakan Hanum saat jiwanya pergi.

Dengan segera Marini menggiring Hanum keluar rumah, ia mendudukkan anak itu di bale depan rumah Mbah Uti.

“Kamu nggak boleh kemana-mana Num. Dzikir terus, nggak boleh sampe kosong.” Marini terus menyadarkan Hanum agar tak sampai pingsan.

“Iya bude.” Jawab Hanum lemas.

“Bim…. Kamu pulang sekarang ya. Langsung ke rumah Mbah Uti. Kamu aja, bapak nggak usah.” Kata Marini tanpa basa-basi saat teleponnya tersambung dengan Bima.

Hanum perlu penjagaan, pikir Marini. Maka ia masih bersama Hanum sampai Bima tiba untuk menjaga gadis itu. Sementara menunggu Bima, sudah ada pembicaraan antara Marni dan memedi di dalam sana.

“Asal kamu dari mana?” Tanya Marni.

“Kamu nggak perlu tau.” Jawabnya ketus.

“Apa urusan kamu mengganggu kami?”

Pertanyaan Marni malah mengundang tawa memedi itu.

“Panggil aku Nyai Melati.” Kata memedi itu tiba-tiba.

“Tolong Nyai jangan ganggu anak saya lagi.”

“Itu salah kamu sendiri.”

“Kenapa?”

“Sediakan aku kembang melati setiap Kamis Kliwon, maka aku tak akan menampakkan diri lagi.”

“Tidak bisa nyai.”

“Maka aku juga tidak bisa meninggalkan kalian dengan tenang.”

Marni terdiam, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Haruskah ia menuruti memedi itu atau terus diganggu olehnya. Ia bukan hanya mengkhawatirkan dirinya, melainkan putrinya yang juga terkadang diganggu.

“Piye nduk?” Tiba-tiba saja suara Mbah Uti kembali.

“Minta disediakan sajen kembang melati setiap Kamis kliwon mbah.”

“Dia itu peliharaan seseorang yang pernah datang ke rumah kamu, tapi ndak mau bilang siapa majikannya. Dia begitu karena majikannya marah sama kamu.” Terang Mbah Uti.

“Jadi saya harus gimana mbah?”

“Sementara kamu sediakan sajen untuk dia sampai kita tahu siapa majikan dia yang sebenarnya. Karena demit itu bisa mencla-mencle jawabannya.” Saran Mbah Uti.

“Yasudah. Untuk sementara saya ikuti dulu.”

“Iya…. Mbah tetap bantu kok. Nanti biar si mbah saja yang belanja setiap Kamis Kliwon sekalian belanja.”

“Iya mbah makasih.”

Bima datang berbarengan dengan Marni dan Mbah Uti yang sudah keluar dari kamar dan sekarang sudah ada di ambang pintu, mereka sudah menyelesaikan urusannya untuk saat ini.

“Loh cepet banget mbah.” Marini terlihat kaget.

“Perlu waktu Rin, masih ada yang perlu ditanyain. Mbah lagi coba bujuk” Jawab Mbah Uti “darimana Bim? Kok ngos-ngosan.” Sambung Mbah Uti yang melihat pemuda itu kembang-kempis dadanya.

“Dari kebun mbah, tadi aku yang nyuruh pulang buat jagain Hanum. Takutnya lama, galak dan alot.” Jelas Marini karena anaknya masih menstabilkan nafasnya.

“Nggak kok Rin, ini kayaknya abdi dalem. Cuma ya gitu, harus di rayu” kata Mbah Uti “yuk masuk aja. Hanum juga biar tenang.” Ajak Mbah Uti agar semua masuk ke dalam rumahnya.

Sekali lagi, mereka mendapat suguhan teh tubruk tawar khas Mbah Uti. Beberapa gorengan yang sengaja disisihkannya tersaji di atas piring beling berwarna coklat. Bima segera meneguk tehnya setelah meminta izin yang punya.

Sementara Mbah Uti mengambil satu gelas lalu ia membacakan do’a-do’a dan meniup gelas di tangannya, gelas itu sudah berpindah tangan kepada Hanum dan Mbah Uti meminta gadis itu untuk meminumnya.

“Yang sabar ya cah ayu. Insha alloh memedinya sudah nggak akan ganggu lagi.” Kata Mbah Uti pada Hanum.

“Iya mbah, terima kasih.” Sahut Hanum yang sudah meneguk habis teh yang diberikan Mbah Uti.

“Kalau gitu kami pulang dulu ya mbah, sudah mau dzuhur. Harus masakin bapaknya Bima nih.” Kata Marini pamit lebih dulu.

“Iyo wes. Semua pulang saja, insha alloh udah nggak apa-apa. Nanti misal terjadi lagi, kesini lagi aja ya.” Mbah Uti mengingatkan.

“Iya mbah. Terima kasih banyak.”

Semuanya bangkit dari duduknya dan bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing setelah menyalami Mbah Uti yang sudah seperti nenek mereka sendiri. Semua sudah keluar kecuali Marni yang menyisakan dirinya sendiri untuk berterima kasih lebih banyak pada Mbah Uti. Tak lupa ia menyelipkan amplop untuk wanita tua itu sebagai rasa terima kasih meski tanpa diminta.

Kelimanya berjalan keluar dari pekarangan Mbah Uti. Marini dan Marni yang berjalan sejajar sepakat untuk pergi ke warung Bu Tejo dulu untuk melihat apa yang bisa dimasak hari ini. Bima dan Hanum mengekori langkah ibu mereka di belakang.

“Num, kamu pulang duluan ya. Ibu mau ke warung Bu Tejo dulu.” Kata Marni pada putrinya.

“….” Hanum hanya mengangguk menanggapi ibunya.

“Ibu juga ya Bim.” Marini juga mengkonfirmasi.

Bima juga mengangguk dan akhirnya mereka berpisah saat sudah tiba di warung Bu Tejo. Marni dan Marini mendatangi warung sementara Bima dan Hanum mengambil jalan yang berlawanan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Bima melirik Hanum sebelum berpisah, ia mengangkat tangannya pertanda bahwa ia akan menghubunginya nanti. Sekarang yang perlu ia lakukan adalah mandi dan membersihkan dirinya. Hanum mengerti dan tersipu. Merekapun berpisah.

Sesampainya di rumah masing-masing, Bima segera menyegarkan dirinya dengan air dan membersihkan dirinya dari debu dan kotoran yang dibawanya dari kebun. Lain halnya dengan Hanum yang masih duduk di teras, ia sadar masih belum berani masuk ke dalam rumah.

Seperti janji yang sudah dibuatnya, setelah berpakaian lengkap dan mengoles tonner ke wajahnya, Bima segera menyambar ponselnya dan mencari kontak favoritnya. Ia mengusap ponsel pintarnya dan menunggu panggilannya hingga tersambung.

“Iya Bim….” Suara lembut yang selalu dirindukan Bima terdengar di seberang telepon.

“Kamu udah di rumah?” Tanya Bima.

“Iya tapi cuma di teras. Masih takut sendirian ke dalam. Ibu juga belum pulang.”

“Kok sama ya. Ibu juga belum pulang dari warung Bu Tejo” kata Bima yang memang ibunya belum ada di rumah sejak dirinya selasai mandi. Padahal itu waktu yang cukup lama untuk berbelanja “Aku ke rumah kamu ya.” Sambung Bima yang langsung berdiri.

“Mm.” Sahut Hanum dan langsung memasukan ponselnya ke saku saat sambungan telepon sudah berakhir.

Hanum masih menunggu di teras saat Bima datang menghampirinya, kaos biru muda dan celana hitam selutut membuatnya tampak bersinar. Seseorang benar-benar menjadi sangat berbeda di pandangan kita saat hubungannya pun berbeda, pikir Hanum.

“Kamu nggak liat ibu di warung Bu Tejo?” Tanya Hanum.

“Aku lewat rumah Tiar jadi nggak lewat sana.”

“Ibu kemana ya?” Hanum terus melongok ke arah jalan mencari ibunya yang tak kunjung datang.

“Aku juga nggak keingetan lewat warung Bu Tejo” kata Bima yang memang mengambil jalan pintas agar segera sampai untuk menemui Hanum “mau disusul aja?” Tanya Bima.

Anggukan mewakili jawaban Hanum yang segera bangkit untuk pergi ke warung Bu Tejo, namun sebelumnya ada hal yang harus ia kerjakan karena semalam sudah menginap di rumah Bima.

“Temenin aku matiin lampu dulu ya.”

Bima hanya tersenyum, ia langsung mengenggam tangan kekasihnya itu dan masuk ke dalam rumah yang baru dibuka saja kuncinya tapi pintunya masih tertutup rapat. Hanum membuka semua tirai dan mematikan semua lampu karena penerangan sudah tak lagi diperlukan.

Usai dengan semua tirai dan lampu, Hanum dan Bima berjalan keluar rumah dan kembali mengunci pintu. Keduanya berjalan bersama namun Hanum sudah melepaskan tangan Bima.

“Aku masih belum mau tetangga ngomongin kita.” Kata Hanum hati-hati.

Lagi-lagi Bima hanya tersenyum, ia berusaha mengerti perasaan Hanum saat ini.

Episodes
1 SATU (PELANGGAN LAMA)
2 DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3 TIGA (IKATAN)
4 EMPAT (PELANGGAN!)
5 LIMA (PERMULAAN)
6 ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7 TUJUH (UANG)
8 DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9 SEMBILAN (KECURIGAAN)
10 SEPULUH (CEMBURU)
11 SEBELAS (AKU MILIKMU)
12 DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13 TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14 EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15 LIMA BELAS (MBAH UTI)
16 ENAM BELAS (AYU)
17 TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18 DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19 SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20 BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21 DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22 DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23 DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24 DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25 DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26 DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27 DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28 DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29 DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30 DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31 TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32 TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33 TIGA PULUH DUA - INGKAR
34 TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35 TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36 TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37 TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38 TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39 TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40 TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41 EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42 EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43 EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44 EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45 EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46 EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47 EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48 EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49 EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50 EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51 LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52 LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53 LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54 LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55 LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56 LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57 LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58 LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59 LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60 LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61 ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62 ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63 ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64 ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65 ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66 ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67 ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68 ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69 ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70 AUTHOR MENYAPA
71 ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72 TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73 TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74 TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75 TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76 TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77 TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78 I am Back
79 TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80 PENGUMUMAN LAGII
81 TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82 TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83 TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84 DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU
Episodes

Updated 84 Episodes

1
SATU (PELANGGAN LAMA)
2
DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3
TIGA (IKATAN)
4
EMPAT (PELANGGAN!)
5
LIMA (PERMULAAN)
6
ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7
TUJUH (UANG)
8
DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9
SEMBILAN (KECURIGAAN)
10
SEPULUH (CEMBURU)
11
SEBELAS (AKU MILIKMU)
12
DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13
TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14
EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15
LIMA BELAS (MBAH UTI)
16
ENAM BELAS (AYU)
17
TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18
DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19
SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20
BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21
DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22
DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23
DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24
DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25
DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26
DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27
DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28
DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29
DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30
DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31
TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32
TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33
TIGA PULUH DUA - INGKAR
34
TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35
TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36
TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37
TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38
TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39
TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40
TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41
EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42
EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43
EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44
EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45
EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46
EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47
EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48
EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49
EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50
EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51
LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52
LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53
LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54
LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55
LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56
LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57
LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58
LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59
LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60
LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61
ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62
ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63
ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64
ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65
ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66
ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67
ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68
ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69
ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70
AUTHOR MENYAPA
71
ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72
TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73
TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74
TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75
TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76
TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77
TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78
I am Back
79
TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80
PENGUMUMAN LAGII
81
TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82
TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83
TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84
DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!