TUJUH (UANG)

Setelah ditinggalkan ibunya, Hanum kembali menceritakan persis yang ia beritahukan pada ibunya. Ia menceritakan setiap detail kejadian pada Bima. Ia juga memberitahunya tentang keresahan akan ibunya, Hanum takut hal itu akan terjadi lagi. Akan ada ibu lain selain ibunya.

“Kamu harus banyak berdo’a Num. Inshal alloh nggak akan kejadian lagi.”

“Tetep aja Bim, kalo kamu ada di posisi aku juga pasti sama kagetnya.”

“Itu sih pasti. Tapi ya… kita juga nggak tau bakal kejadian lagi apa nggak, yang penting minta perlindungan sama alloh.”

“Udah jelas itu mah.”

Bima mengganti topik obrolan agar Hanum tak mengingat kejadian aneh yang baru saja dialaminya. Mereka tenggelam dalam obrolan sekolah dan kampus, hingga tak menyadari keberadaan Marni yang sudah membawa beberapa piring berisi masakan.

“Makan disini ya Bim.” Ajak Marni sambil meletakkan piring berisi ikan mas goreng dan tumis toge tahu.

“Iya bude.” Bima sudah tak canggung lagi berada di rumah Hanum. Dulu juga begitu, tapi menginjak remaja ia menjaga jarak dari rumah Marni. Mungkin sedikit malu, tapi sekarang ia malah berharap bisa satu rumah lagi dengan Hanum seperti dulu.

Hanum membantu ibunya membawa perlengkapan makan siang mereka yang sedikit terlambat. Piring-piring dan gelas-gelas mulai ditata di tempatnya, nasi dan lauk pauknya juga sudah lengkap di atas meja.

“Yuk kita makan.” Marni memimpin do’a sebelum mereka menyantap makanan yang masih hangat itu.

Baru saja Bima hendak menyendok nasi ke piringnya, pintu terketuk. Itu Pak Mahmud dan istrinya, orang tua dari Bima. Mereka pun pasti sudah mendengar desas-desus dari warga hingga bisa datang kemari secepat ini.

Pada saat ini seharusnya mereka ada di rumah untuk membersihkan diri dan menyantap makan siang mereka sendiri. Dan selanjutnya beristirahat setelah pulang dari kebun.

“Sini mas, mbak sekalian makan” ajak Marni “geser Bim.” Marni meminta Bima untuk bergeser agar orang tua nya bisa duduk. Bima menurut dan tersipu saat duduk tepat di sebelah Hanum.

“Hanum nggak apa-apa?” Tanya Pak Mahmud tanpa basa-basi.

“Hanum nggak apa-apa kok. Kita makan dulu yu pakde.”

“Kita bersih-bersih dulu deh Mar.” Bu Mahmud beringsut dari tempatnya berdiri. Ia tahu betul dimana letak kamar mandinya. Mereka pernah tinggal setahun lamanya disini.

Sekembalinya Pak Mahmud dan istrinya dari kamar mandi mereka segera makan. Sudah lewat dari jam makan siang memang, namun makan bersama kali ini benar-benar terasa nikmat karena kebersamaan mereka.

Di sela acara makan, mereka bertukar obrolan dan kembali mengenang masa lalu. Banyak kisah-kisah lucu yang diceritakan saat mereka tinggal bersama. Hingga cerita Bima yang menangis karena tak mau pindah, dan Hanum yang mengurung diri karena teman bermainnya sudah tak ada lagi di rumah.

Tak terasa bakul nasi dan lauk pauk yang tersedia kini sudah ludes, teko air teh pun hanya menyisakan satu gelas terakhir untuk diminum. Satu per satu mereka bergantian untuk mencuci tangan ke kamar mandi.

Para perempuan terlebih dahulu supaya bisa merapikan meja tamu dan membersihkannya. Hanum dan ibunya mengangkut semua piring dan gelas kotor, Bu Mahmud tak sempat membantu karena pekerjaannya tak sebanyak itu.

“Maaar!” seru Bu Mahmud “kamu nih kok bisa teledor sih.” Bu Mahmud yang baru datang dari dapur menghampiri Marni.

“Kenapa mbak?” Tanya Marni heran dan tak tahu masalahnya.

“Ini loh” Bu Mahmud menyodorkan uang seratus ribuan pada Marni “naruh uang kok sembarangan sih.”

“Ya ampun.” Marni menepuk jidatnya sendiri dan menerima uang itu.

“Ini dari pelanggan yang datang tadi malam” Kata Marni sambil merapikan uangnya “aku pasti lupa simpen.” Lanjutnya.

“Pelanggan yang sama kayak kemarin Mar?” Tanya Pak Mahmud teringat wanita anggun yang bertamu di tengah malam.

“Iya.”

“Eh Mar, kok bisa sih minta dirias jam segitu. Kamu nggak aneh memang.” Malah Bu Mahmud yang mulai kekhawatiran dan kecurigaan.

“Memang aneh banget sih mbak. Cuma aku maklum aja kalau dia memang mau ada acara paginya.”

“Tapi waktu tidur ibu jadi terganggu dan berantakan.” Hanum menyela pembicaraan orang tuanya.

“Loh…” Marni tiba-tiba kaget dengan uang yang dipegangnya.

“Kenapa Mar?” tanya Bu Mahmud “aku nggak ngambil loh.” Sambungnya memberikan pembelaan kalau-kalau uangnya kurang atau hilang.

“Nggak kok mbak. Ini….”

“Kenapa lagi Mar?” Tanya Pak Mahmud karena Marni menggantung kalimatnya.

“Jumlah uangnya janggal. Biaya riasku itu lima ratus ribu, ibunya bilang mau bayar dua kali lipat. Dan dia memang bayar dua kali lipat tapi tambahannya agak aneh menurutku. Uangnya ada satu juta dua puluh ribu.” Jelas Marni yang masih memainkan uang di tangannya.

Semua orang yang ada di ruangan itu saling bertukar pandang. Entah apa yang ada di dalam pikiran mereka masing-masing, namun satu hal yag pasti mereka juga merasa aneh dengan hal yang disebutkan Marni.

“Kayaknya sih keselip aja bu. Nggak sengaja kayaknya ibu itu.” Kini malah Bima yang mencoba menetralkan suasana.

“Iya Mar, pasti keselip itu ibunya.” Tambah Pak Mahmud.

“Iya kayaknya ya.” Marni berusaha setuju meski hatinya tidak.

Dan sekarang mereka sudah kembali berkumpul di ruang tamu dengan suguhan kacang bulu yang sudah direbus Marni. Ia menambahkan sedikit garam sebagai penambah rasa pada kacang -kacang itu.

“Panen kali ini dapat berapa ton mbak, mas?” Tanya Marni pada Bu Mahmud dan suaminya.

“Sekitar 1,5 ton ya pak.”

“Kayaknya segitu Mar. Kemarin yang dibantu sama Hanum satu ton. Tadi sisanya kayaknya ada setengah toh.”

“Jadi udah selesai musim kacang ini?” Tanya Marni lagi ingin tahu.

“Iya udah Mar. Nanti kayaknya akan tanam brokoli dan tomat.” Jawab Pak Mahmud.

Desa Kalijati yang bisa disebut ada di kaki gunung memang memiliki tanah yang subur, hingga dengan mudah bisa ditanami tumbuhan yang cocok dengan udara dingin. Dan bercocok tanam merupakan mata pencaharian sebagian penduduk desa.

Kecuali beberapa orang seperti Marni. Selain tak punya lahan, Marni juga tak punya keterampilan untuk berkebun.

Setelah panjang lebar bercerita kesana kemari tak terasa waktu sudah ashar. Pak Mahmud dan istrinya memutuskan untuk pulang, sementara Bima tetap tinggal dengan alasan untuk membahas masalah ospek di kampus mereka nanti.

Pak Mahmud dan istrinya semakin menjauhi rumah Marni, mereka cukup berjalan kaki saja untuk bisa sampai ke rumah. Cukup renggang namun tetap bisa di jangkau dengan berjalan kaki saja.

“Pak… menurut bapak aneh ndak uang yang aku temui itu?” Tanya Marini istrinya. Yang ternyata hanya selisih satu huruf saja dengan Marni namanya.

“Aneh lah bu. Kalo keselip masa bisa rapi gitu.”

“Iya ya. Untung Bima ngerti dan bilang gitu sama Marni.”

“Kayaknya Bima juga ngerasa ada yang aneh tapi ndak bilang karena khawatir.”

“Iya pak. Yang bapak sama Bima lakuin udah bener, mereka nggak boleh diceritakan hal yang aneh-aneh.”

“kalau mereka tau pasti gelisah dan nggak karuan bu perasaannya. Apalagi cuma tinggal berdua gitu.”

“Yowes pak. Semoga nggak ada hal aneh lain yang terjadi sama Marni.”

“Bapak harap sih begitu bu.”

Percakapan yang sudah selesai berbarengan dengan waktu kedatangan Pak Mahmud dan Bu Mahmud di rumah mereka. Segera mereka melepas atribut kebun mereka dan kembali membersihkan diri.

Pak Mahmud tampak memandangi sebuah bingkai foto berukuran 4 R, ia menerawang dan melamun setelahnya dengan bingkai yang masih menempel di tangannya.

“Malah ngelamun pak. Ndang solat.” Marini yang muncul tiba-tiba mengagetkan suaminya.

Kini ia yang memandangi foto yang sudah diletakkan kembali oleh Pak Mahmud.

Sementara di warung Bu Tejo, Marni kembali menjadi bahan obrolan. Dan karena tokoh utama muncul, merupakan kesempatan bagus untuk mewawancarainya, benak Bu Tejo.

“Hanum nggak apa-apa kan Bu Marni.”

“Hanum masih sehat dan kecapean aja Bu Tejo” Jawab Marni tegas untuk memutus rantai pertanyaan “Saya mau pesen ayam potong satu kilo, kangkung 2 ikat, tahu 1 bungkus, tempe satu papan dan bumbu dapur sepuluh ribu ya Bu Tejo.” Cerocos Marni menyebutkan pesanannya.

“Buat besok dan saya ambilnya agak siang ya bu” Marni benar-benar tak memberikan Bu Tejo kesempatan untuk berbicara “Ini uangnya. Makasih ya bu.” Marni menutup kepentingannya dengan menyodorkan uang seratus ribu yang ia terima dari Bu Ambar tadi malam.

Marni kembali dari warung Bu Tejo dan melihat Hanum dan Bima yang masih menyiapkan peralatan ospek mereka yang kurang dari dua minggu lagi. Mereka sedang membuat papan nama dan atribut lainnya di teras.

“Besok lagi Bim. Sudah mau magrib, nggak baik magrib-magrib ada di luar.” Marni memperingatkan.

“Eh iya bude. Habis beres-beres Bima pulang.”

“Bentar lagi ya bu.” Sambung Hanum yang sebenarnya juga berat untuk berpisah dengan Bima.

“Iya. Di beresin ya.”

Setelah mendengar peringatan dari Marni, Bima dan Hanum segera merapikan pekerjaan mereka yang belum selesai. Semua perlengkapan di angkut ke dalam kamar Hanum dan diletakkan di atas meja belajar dekat jendela.

Cup. Sebuah ciuman mendarat di pipi kanan Hanum yang membuat ia mematung sampai tak mengedipkan matanya untuk beberapa saat. Ia benar-benar tak menyangka atas perlakuan Bima padanya.

Bima mencuri waktu dan ciuman itu saat Hanum sedang sibuk merapikan peralatan ospek mereka di meja belajarnya. Setan sedang bersama dengan anak muda yang jatuh cinta hingga lelaki lugu itu mampu melakukan hal yang tak diduga.

Antara harus marah dan senang, Hanum tidak tau. Mereka keluar tanpa sepatah katapun namun Hanum tetap mengantarkan kepulangan Bima sampai ke teras.

Kesalahan pada pengetikan mohon dimaklumi ya para pembaca online, terimakasih ❤️❤️❤️🍒🍒🍒

Terpopuler

Comments

Oras Karoma

Oras Karoma

awal awalnya kurang menarik tapi makin kesini mulai menyimak !

2021-10-11

1

atin p

atin p

blusing pipine hanum

2021-10-08

1

lihat semua
Episodes
1 SATU (PELANGGAN LAMA)
2 DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3 TIGA (IKATAN)
4 EMPAT (PELANGGAN!)
5 LIMA (PERMULAAN)
6 ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7 TUJUH (UANG)
8 DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9 SEMBILAN (KECURIGAAN)
10 SEPULUH (CEMBURU)
11 SEBELAS (AKU MILIKMU)
12 DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13 TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14 EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15 LIMA BELAS (MBAH UTI)
16 ENAM BELAS (AYU)
17 TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18 DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19 SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20 BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21 DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22 DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23 DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24 DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25 DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26 DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27 DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28 DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29 DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30 DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31 TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32 TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33 TIGA PULUH DUA - INGKAR
34 TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35 TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36 TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37 TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38 TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39 TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40 TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41 EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42 EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43 EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44 EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45 EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46 EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47 EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48 EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49 EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50 EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51 LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52 LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53 LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54 LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55 LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56 LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57 LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58 LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59 LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60 LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61 ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62 ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63 ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64 ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65 ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66 ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67 ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68 ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69 ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70 AUTHOR MENYAPA
71 ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72 TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73 TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74 TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75 TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76 TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77 TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78 I am Back
79 TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80 PENGUMUMAN LAGII
81 TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82 TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83 TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84 DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU
Episodes

Updated 84 Episodes

1
SATU (PELANGGAN LAMA)
2
DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3
TIGA (IKATAN)
4
EMPAT (PELANGGAN!)
5
LIMA (PERMULAAN)
6
ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7
TUJUH (UANG)
8
DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9
SEMBILAN (KECURIGAAN)
10
SEPULUH (CEMBURU)
11
SEBELAS (AKU MILIKMU)
12
DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13
TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14
EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15
LIMA BELAS (MBAH UTI)
16
ENAM BELAS (AYU)
17
TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18
DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19
SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20
BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21
DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22
DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23
DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24
DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25
DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26
DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27
DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28
DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29
DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30
DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31
TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32
TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33
TIGA PULUH DUA - INGKAR
34
TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35
TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36
TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37
TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38
TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39
TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40
TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41
EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42
EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43
EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44
EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45
EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46
EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47
EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48
EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49
EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50
EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51
LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52
LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53
LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54
LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55
LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56
LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57
LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58
LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59
LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60
LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61
ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62
ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63
ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64
ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65
ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66
ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67
ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68
ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69
ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70
AUTHOR MENYAPA
71
ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72
TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73
TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74
TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75
TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76
TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77
TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78
I am Back
79
TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80
PENGUMUMAN LAGII
81
TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82
TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83
TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84
DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!