SEBELAS (AKU MILIKMU)

Hanum kembali dari dapur setelah mencuci tangannya, ia sama sekali tak menatap Bima sekalipun. Hatinya masih kesal dengan kelakuan dua gadis dari desa Kalibening itu. Mereka menyebalkan.

Namun memang sifat dasar manusia, Hanum menumpahkan rasa kesalnya pada Bima. Padahal bukan salah Bima jika gadis-gadis itu bersikap genit padanya. Hanum harus mengakui bahwa wajah tampan Bima memang semenarik itu, belum lagi tinggi badannya yang mencapai 1,8 meter membuat para perempuan mengidamkannya.

Meskipun terlahir di desa dan Bima tak pernah ke gym, tubuhnya terbentuk karena sering membantu ayahnya ke ladang atau memotong kayu bakar setelah ia beranjak dewasa. Kulitnya yang coklat karena sering berjemur menambah pesonanya.

Bima memang terlahir dengan ketampanan yang alami, semua orang memujinya. Wajah dengan rahang yang tegas, mata yang bersinar dan rambut lebat yang hitam. Maka tak heran jika kedua gadis tadi langsung jatuh cinta padanya.

Bagi Hanum yang telah tinggal bersamanya selama sepuluh tahun mungkin Bima biasa saja karena setiap hari bertemu dan tak ada keistimewaan yang berarti. Tapi sekarang, saat orang lain menatapnya dengan genit ia baru menyadari pesona dari pacarnya.

Ada rasa bangga yang disusul rasa sesal karena telah mendiamkan Bima, ini benar-benar bukan kesalahannya dan diluar kendali mereka. Hanum sadar betul yang harus ia kendalikan adalah perasaannya.

“Bim….” Hanum memanggil Bima yang masih mengunyah.

“Bentar lagi kita ngobrolnya ya…. Biar enak.” Jawab Bima mengangkat piringnya yang hanya tinggal sesuap dengan senyuman yang menghipnotis.

“Ok.” Hanum mengerti.

Karena Bima sudah memberi isyarat bahwa ia tak akan menambah porsi kedua, Hanum mulai merapikan meja tamu seperti biasanya. Ia mengangkat semua makanan serta piring dan gelas yang tak terpakai agar meja kembali rapi. Kecuali empat gelas yang selalu tersedia di atas meja dengan satu teko bening.

Bima yang sudah selesai mencuci tangannya bertemu dengan Hanum yang merapikan piring terakhir ke dapur.

“Kita ngobrol di teras ya.” Ajak Bima pada Hanum yang dijawab dengan anggukan.

Mereka berjalan beriringan menuju teras, namun langkah Hanum tiba-tiba berhenti. Ia teringat dengan ibunya. Langkahnya berbelok menuju kamar ibunya dan sedikit menyingkap tirai untuk mengintip keadaan ibunya.

“Gimana?” Tanya Bima saat Hanum menutup kembali tirai kamar ibunya.

“….” Hanum menggeleng.

Mereka berdua kembali berjalan menuju ke teras dan duduk di atas kursi rotan panjang usang peninggalan nenek Hanum. Keduanya duduk bersebelahan menghadap ke halaman dan jalanan di depan rumah.

“Aku minta maaf ya.” Ucap Hanum langsung pada inti obrolan yang ingin ia sampaikan kepada Bima.

“….” Bima memalingkan wajahnya dari jalanan ke wajah Hanum dan tersenyum.

Hanum yang juga menatap wajah Bima mengerutkan dahinya, ia merasa Bima tak memberikan jawaban yang diinginkannya.

“Kok senyum doang. Lebar lagi.” Kata Hanum cemberut.

“Karena aku bahagia.” Bima mencubit pipi Hanum yang lentur.

“Bahagia bikin aku kesel?” Hanum masih cemberut dan bertambah ketus.

“Bahagia karena dicemburuin kamu. Aku seneng kalau kamu kesel cewek-cewek godain aku.”

“Ya kesel lah. Coba balik posisinya.” Hanum mengangkat alisnya juga menaikkan nada suaranya.

“Kalau posisinya dibalik aku nggak akan kesel….” Bima menggantung kalimatnya.

“Terus….”

“Aku langsung hajar cowok yang deketin kamu lah.”

Bima terkekeh dengan tinju di tangannya. Dan itu membuat kupu-kupu di perut Hanum kembali berterbangan meski wajahnya tampak masam dan marah.

“Udah dong… nggak usah ngambek lagi.” Rayu Bima dengan menyatukan tangannya di depan dada.

“Yaudah iya. Awas aja kalau berani lirik perempuan lain.”

“Nggak akan….” Bima meyakinkan “aku milikmu, sampai nanti… sampai mati” sambung Bima yang berbisik di telinga Hanum yang membuatnya tersipu.

Bima meraih tangan Hanum yang membuatnya mendelik. Lagi. Hanum malah melepas genggaman tangan Bima, ia beringsut menjauhi pacarnya itu dengan wajah yang kini menjadi tegang.

“Kenapa? Takut aku cium lagi?” Tanya Bima yang tertawa malu.

“Jangan bercandaan kayak gitu Bim ah. Nggak lucu tau” kata Hanum “kamu nggak tau apa… kalau sekarang kita sentuhan aku selalu kena aliran listrik.” Tambah Hanum.

Bima malah tertawa menanggapi komentar Hanum. Apa Hanum juga tidak tahu bahwa butuh nyali besar dan sedikit kekhilafan untuk bisa bersentuhan dengan gadis pujaannya itu.

“Yaudah iya… nanti lagi aku bakalan izin dulu kalau mau sentuh kamu. Tapi inget ya, empat tahun lagi aku udah bebas ngapa-ngapain kamu.” Ungkap Bima.

“Aku sih butuhnya bukti bukan cuma janji.”

“Aku pasti nepatin janji aku Num. Ini janji aku dari lama, aku kan udah pernah bilang kalau aku suka sama kamu udah dari lama.”

Hanum hanya tersenyum menanggapi ocehan lelaki di depannya ini, kini ia benar-benar sudah dewasa. Bukan lagi Bima kecil yang sering dilihatnya dulu. Ia mencoba meyakinkan diri untuk mempercayai semua perkataan kekasihnya untuk saat ini.

Siang itu mereka kembali tenggelam dalam obrolan. Kini keduanya lebih banyak membahas tentang ‘mereka’. Kuliah dan hal lainnya hanya menjadi bumbu obrolan. Hanum dan Bima benar-benar sedang dilanda asmara.

Kumandang adzan duhur menghentikan obrolan Bima dan Hanum. Bima pergi ke musholla dan dan Hanum kembali ke dalam rumah untuk solat. Hanum menuju kamar mandi untuk berwudhu dan kembali ke kamarnya.

Setelah selesai solat, Hanum kembali menengok keadaan ibunya dengan mengintip di balik tirai. Tak ada perubahan. Ibunya masih tertidur dengan tenang dengan selimut coklat muda yang membungkus tubuhnya.

Teras kini menjadi tujuan Hanum untuk menunggu Bima kembali, karena tadi ia pamit untuk kembali menemaninya. Tak sampai lima menit, sosok yang ditunggunya sudah kembali. Ia membawa minuman dingin dan beberapa ciki untuk menemani perbincangan siang mereka sambil menunggu ibu Hanum bangun.

“Jajan dari warung Bu Tejo.” Tanya Hanum yang melihat jinjingan di tangan Bima.

“Iya nih. Nanyain ibu kamu juga tadi.”

“Cuekin aja.”

“Iya…”

Mereka menikmati jajanan yang dibawa Bima, juga angin lembut yang membelai-belai wajah dan rambut keduanya. Bima merapikan rambut sebahu Hanum yang berterbangan manja di wajahnya. Ia menyelipkan helaian itu di kuping gadis kesayangannya.

“Deuh…. Yang lagi asyik pacaran.” Ungkap Mang Asep yang datang tanpa pemberitahuan.

Bima dan Hanum terkejut dan mereka menegang sesaat seperti tertangkap sedang mencuri sesuatu.

“Mang Asep datangnya nggak ketahuan kayak….” Bima tak menyelesaikan kalimatnya saat melihat wajah Hanum. Ia takut gadis itu ketakutan.

“Kayak setan….” Malah Mang Asep yang melanjutkan kalimat Bima yang mengundang tatapan tajam dari Bima “Neng Hanum nggak jajan?” Tanya Mang Asep tak peduli dengan tatapan Bima.

“Besok aja lagi, hari ini Hanum udah makan. Lagi jajan juga.” Hanum mengacungkan ciki yang ada di tangannya.

“Yaudah Mang Asep jalan lagi ya.”

Mang Asep mendorong gerobaknya menjauh dari halaman Hanum. Ia sudah siap untuk melayani pelanggannya yang sedang menunggu.

Episodes
1 SATU (PELANGGAN LAMA)
2 DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3 TIGA (IKATAN)
4 EMPAT (PELANGGAN!)
5 LIMA (PERMULAAN)
6 ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7 TUJUH (UANG)
8 DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9 SEMBILAN (KECURIGAAN)
10 SEPULUH (CEMBURU)
11 SEBELAS (AKU MILIKMU)
12 DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13 TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14 EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15 LIMA BELAS (MBAH UTI)
16 ENAM BELAS (AYU)
17 TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18 DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19 SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20 BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21 DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22 DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23 DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24 DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25 DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26 DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27 DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28 DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29 DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30 DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31 TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32 TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33 TIGA PULUH DUA - INGKAR
34 TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35 TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36 TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37 TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38 TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39 TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40 TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41 EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42 EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43 EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44 EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45 EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46 EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47 EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48 EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49 EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50 EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51 LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52 LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53 LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54 LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55 LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56 LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57 LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58 LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59 LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60 LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61 ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62 ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63 ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64 ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65 ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66 ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67 ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68 ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69 ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70 AUTHOR MENYAPA
71 ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72 TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73 TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74 TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75 TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76 TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77 TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78 I am Back
79 TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80 PENGUMUMAN LAGII
81 TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82 TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83 TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84 DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU
Episodes

Updated 84 Episodes

1
SATU (PELANGGAN LAMA)
2
DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3
TIGA (IKATAN)
4
EMPAT (PELANGGAN!)
5
LIMA (PERMULAAN)
6
ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7
TUJUH (UANG)
8
DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9
SEMBILAN (KECURIGAAN)
10
SEPULUH (CEMBURU)
11
SEBELAS (AKU MILIKMU)
12
DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13
TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14
EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15
LIMA BELAS (MBAH UTI)
16
ENAM BELAS (AYU)
17
TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18
DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19
SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20
BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21
DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22
DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23
DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24
DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25
DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26
DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27
DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28
DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29
DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30
DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31
TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32
TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33
TIGA PULUH DUA - INGKAR
34
TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35
TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36
TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37
TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38
TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39
TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40
TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41
EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42
EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43
EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44
EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45
EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46
EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47
EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48
EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49
EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50
EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51
LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52
LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53
LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54
LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55
LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56
LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57
LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58
LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59
LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60
LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61
ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62
ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63
ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64
ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65
ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66
ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67
ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68
ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69
ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70
AUTHOR MENYAPA
71
ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72
TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73
TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74
TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75
TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76
TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77
TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78
I am Back
79
TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80
PENGUMUMAN LAGII
81
TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82
TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83
TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84
DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!