DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)

“Ih ibu kok gitu.” Keluh Bima.

“Nah kan protes. Berarti emang ngerasa mau ada niat ke kamar Hanum malam-malam.” Sahut ibunya.

“Bude sama Bima lagi berantemin apa sih.” Tanya Hanum yang baru datang dari arah dapur setelah menyikat giginya.

“Bude hari ini tidur sama kamu ya Num.” Marini tidak menjawab pertanyaan Hanum malah menggiringnya menuju ke kamar.

Setelah meninggalkan Bima, Marini dan Hanum masuk ke dalam kamar Bima yang dominan berwarna putih. Mulai dari cat, sprei, selimut dan gorden. Keduanya kini sudah ada di dalam sana untuk beristirahat.

Marini langsung mengambil tempatnya, ia berbaring di dekat dinding. Sementara Hanum yang memang belum solat isya segera menggelar mukenanya dan terlebih dahulu menyelesaikan kewajibannya.

“Bude udah solat?” Tanya Hanum yang sedang bersiap mengenakan mukena dan menggelar sajadahnya.

“Udah. Tadi pas kalian pacaran bude udah solat duluan.” Jawab Marini.

“Bude….” Jawaban Marini membuat Hanum tersipu. Ia masih belum terbiasa saat orang lain mengetahui hubungannya dengan Bima.

“Nggak apa-apa dong. Udah kamu solat gih.”

Hanum melanjutkan kegiatannya untuk solat sementara Marini sudah bersiap untuk tidur dan mulai memejamkan mata. Setelah selesai solat dan merapikan mukenanya, Hanum mengaplikasikan krim di wajahnya lalu bersiap untuk tidur. Tak lupa ia mematikan lampu sebelum naik ke ranjang.

Kini tubuh Hanum sudah naik ke atas ranjang, ia berbaring tepat di samping Marini yang terlihat sudah lelap dalam tidurnya. Namun ternyata tidak, tangan dingin Marini mengusap lembut lengan Hanum.

“Bude harap kamu bahagia sama Bima ya nduk.” Ucap Marini lembut hampir tak terdengar.

“Makasih bude.” Hanum tersenyum dalam gelap, ia memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Marini.

Di rumah Mbah Uti Marni diminta untuk tidur dengan nenek tua itu dan Marni tak keberatan. Mereka menggelar kasur di ruang tengah, kata Mba Uti begitu agar ia mudah menemukan memedi yang ada berkeliaran di rumah Marni.

“Sugeng dalu mbah.”

“Iya... Pokoknya banyak berdoa sama gusti alloh. Jangan takut, ada mbah disini.”

“Iya mbah.”

Marni dan Mbah Uti sama sama memejamkan mata untuk pindah ke dunia mimpi. Mereka terlelap dalam rumah tua yang hangat itu.

Malam berlalu, suara kokok ayam menandai datangnya fajar yang masih malu-malu untuk muncul. Para warga desa sudah memulai aktifitas mereka, para lelaki yang solat di musholla. Ibu-ibu yang sibuk memasak dan siap ke kebun, juga anak-anak yang sudah bersiap untuk pergi ke sekolah.

Pagi itu dapur Marini sudah sibuk dengan kegiatan memasak, Hanum ada disana untuk membantu meski hanya mengiris bawang dan memotong sayuran.

“Bude nggak ke kebun hari ini?” Tanya Hanum.

“Nggak Num. Lagian kemarau, belum mau ditanam apa-apa. Itung-itung istirahat lah” jelas Marini yang sedang mengaduk tumis kangkung di kuali “cicip Num.” pintanya menyodorkan sendok berisi kangkung dan kuahnya.

“Manja banget sih ibu ada anak menantunya” sela Pak Mahmud yang berdiri di ambang pintu dapur “biasa juga masak nggak pernah dicicip.” Sambungnya.

“Biarin. Sekarang ibu ada temen mainnya” elak Marini “kamu kesini tiap hari ya Num.” kata Marini dengan senyumnya yang lebar.

“Kok jadi rebutin Hanum bu.” Bima muncul di belakang ayahnya.

“Nggak di rebutin. Ibumu memang gitu kalau ada mainan baru.” Sambar Pak Mahmud.

“Ngawur bapak” protes Marini “ayok duduk, makan dulu. Ibu tinggal angkat kangkungnya.” Perintah Marini pada Bima dan suaminya.

Keempatnya sudah mengambil tempat duduk masing-masing, tentu saja Bima duduk di samping Hanum. Mereka menikmati sarapan pagi yang sederhana namun terasa nikmat seperti malam sebelumnya. Mereka juga kembali bertukar cerita di sela-sela sarapan.

“Makan siang mau dianter, dirumah opo piye pak?” Tanya Marini di tengah sarapannya.

“Bapak makan di rumah aja lah. Tapi masak dadakan ya bu.” Jawab Pak Mahmud setelah sedikit berpikir.

“Loh katanya istirahat ke kebunnya bude.” Celetuk Hanum yang keheranan.

“Pakde masih harus rapiin dan bersih-bersih sisa panen kemarin Num.” Jelas Pak Mahmud.

“Oh gitu. Hanum nggak terlalu ngerti soal kebun. Hehe.” Hanum tersipu.

“Nggak usah ngerti nggak apa-apa Num. Biar Bima aja yang urusin kebun, kamu nggak usah. Capek.” Sahut Marini.

“Iya…. Nanti kamu dirumah aja.” Kata Bima malu-malu.

“Hmmm sing wes ra sabar rabi….” Pak Mahmud manggut-manggut.

“Bapak!” Protes Bima malu.

“Gimana kalau kamu panggil pakde bapak dan bude ibu. Kita latihan dari sekarang jadi keluarga Num.” Usul Pak Mahmud.

“….” Hanum hanya tersipu tak memercayai pendengarannya.

“Iya…. Gitu lebih baik. Mulai sekarang kamu panggil bude ibu, ya.” Marini setuju dengan suaminya.

“Tapi … aku belum bilang sama ibu.”

“Nanti kita bilang sama-sama.” Sahut Marini tersenyum pada Hanum.

Semuanya bahagia. Terutama Bima, saat ini perasaannya melayang entah kemana. Ia lebih bahagia dari siapapun. Haruskah ia menikahi Hanum saat ini juga? Ia benar-benar sedang jatuh dan tenggelam dan kubangan cinta pada gadis yang ada di sebelahnya.

Sarapan yang diselingi obrolan itupun selesai, giliran Pak Mahmud dan Bima pergi ke kebun untuk membersihkan sisa panen kacang bulu. Sementara Marini dan Hanum yang sudah merapikan piring dan makanan mereka segera pergi menuju rumah Mbah Uti.

Marini dan Hanum berjalan ke arah rumah Mbah Uti, tampak warung di sebelah rumah sudah melayani banyak pelanggan seperti biasa. Mbah Uti menggunakan halaman samping untuk warung kecilnya. Disana juga tampak Marni yang sedang membantu dan kali ini terlihat lebih sehat dari sebelumnya.

“Sugeng enjang mbah.” Sapa Marini di depan warung.

“Sugeng enjang, wes tekan toh. Ayok sarapan gorengan. Mar ambilkan gorengan.” Jawab Mbah Uti yang langsung menawarkan sarapan.

“Makasih mbah.” Kata Marini dan Hanum bersamaan.

Marni mengambil beberapa gorengan untuk diletakkan di piring dan disuguhkan ke Marini dan putrinya. Marni mengambil beberapa gorengan untuk diletakkan di piring dan disuguhkan ke Marini dan putrinya. akantetapi Hanum memberikan isyarat pada ibunya yang diterima dengan sangat baik, hingga ibunya tak terlalu banyak menaruh gorengan disana. Hanum menepuk perutnya, menegaskan bahwa ia sudah sarapan.

Marini dan Hanum mengambil potongan gorengan yang disuguhkan untuk menghormati Mbah Uti, sementara yang punya sedang meladeni para pembeli yang terus datang dan pergi. Marni keluar dari warung karena pekerjaannya sudah selesai.

Mbah Uti sudah tidak mengolah gorengan lagi, ia akan menghabiskan gorengan yang saat ini di terjaja di meja warung. Setelah semua dagangan habis, Marni, Marini dan Hanum membantu Mbah Uti untuk menutup warungnya.

Kini mereka berempat sudah ada di kamar khusus di rumah Mbah Uti, tampak sesaji yang sudah disiapkan oleh nenek tua itu. Kini Mbah Uti duduk membelakangi dinding, ia berseberangan dengan Marni, Marini dan Hanum.

“Mbah nggak berhasil manggil dalam mimpi, dan dia juga nggak mau datang. Jadi harus mbah cari sendiri.” Kata Mbah Uti.

Tak ada yang menjawab Mbah Uti. Mereka cukup mengerti dengan perkataannya, itu artinya perlu usaha yang cukup keras untuk mencari sosok tak kasat mata yang menampakan diri di rumah Marni.

“Kalau sudah ketemu insha alloh mbah pindahkan ke tubuh mbah, nanti kamu bisa tanya sendiri Mar. Tapi ingat, jangan marah… dia akan tambah senang. Kamu harus terus dzikir.”

“Iya mbah.” Marni mengingat pesan Mbah Uti.

Mbah Uti kembali melakukan ritual yang sama seperti tadi malam, namun kali ini ada sesajen yang tersedia untuk memanggil memedi yang dimaksud Mbah Uti. Matanya terpejam dan mulutnya komat-kamit namun entah apa yang digumamkan nenek tua itu.

Tiba-tiba saja suara tawa yang melengking terdengar menggema di kamar kecil itu, semuanya mundur dan terus berdo’a dan berdzikir semau mereka. Bulu kuduk Marni, Marini dan Hanum meremang.

Ada kedatangan makhluk tak kasat mata disini. Semua bisa merasakannya. Tiba-tiba Mbah Uti bertingkah aneh, dia melipat kakinya dan duduk seperti abdi kerajaan. Wajahnya terus menunduk seperti orang yang sangat pemalu.

Episodes
1 SATU (PELANGGAN LAMA)
2 DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3 TIGA (IKATAN)
4 EMPAT (PELANGGAN!)
5 LIMA (PERMULAAN)
6 ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7 TUJUH (UANG)
8 DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9 SEMBILAN (KECURIGAAN)
10 SEPULUH (CEMBURU)
11 SEBELAS (AKU MILIKMU)
12 DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13 TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14 EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15 LIMA BELAS (MBAH UTI)
16 ENAM BELAS (AYU)
17 TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18 DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19 SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20 BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21 DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22 DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23 DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24 DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25 DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26 DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27 DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28 DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29 DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30 DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31 TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32 TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33 TIGA PULUH DUA - INGKAR
34 TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35 TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36 TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37 TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38 TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39 TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40 TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41 EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42 EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43 EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44 EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45 EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46 EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47 EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48 EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49 EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50 EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51 LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52 LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53 LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54 LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55 LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56 LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57 LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58 LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59 LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60 LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61 ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62 ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63 ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64 ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65 ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66 ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67 ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68 ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69 ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70 AUTHOR MENYAPA
71 ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72 TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73 TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74 TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75 TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76 TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77 TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78 I am Back
79 TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80 PENGUMUMAN LAGII
81 TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82 TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83 TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84 DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU
Episodes

Updated 84 Episodes

1
SATU (PELANGGAN LAMA)
2
DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3
TIGA (IKATAN)
4
EMPAT (PELANGGAN!)
5
LIMA (PERMULAAN)
6
ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7
TUJUH (UANG)
8
DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9
SEMBILAN (KECURIGAAN)
10
SEPULUH (CEMBURU)
11
SEBELAS (AKU MILIKMU)
12
DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13
TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14
EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15
LIMA BELAS (MBAH UTI)
16
ENAM BELAS (AYU)
17
TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18
DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19
SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20
BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21
DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22
DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23
DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24
DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25
DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26
DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27
DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28
DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29
DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30
DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31
TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32
TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33
TIGA PULUH DUA - INGKAR
34
TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35
TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36
TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37
TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38
TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39
TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40
TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41
EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42
EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43
EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44
EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45
EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46
EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47
EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48
EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49
EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50
EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51
LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52
LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53
LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54
LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55
LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56
LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57
LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58
LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59
LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60
LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61
ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62
ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63
ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64
ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65
ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66
ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67
ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68
ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69
ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70
AUTHOR MENYAPA
71
ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72
TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73
TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74
TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75
TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76
TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77
TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78
I am Back
79
TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80
PENGUMUMAN LAGII
81
TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82
TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83
TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84
DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!