DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)

“Ibu….” Seru Hanum melihat ibunya yang sudah bangun dan menghampiri mereka “ibu udah mendingan?” Tanya Hanum bangkit dan menghambur ke arah ibunya. Ia mungkin terbangun karena suara mangkuk Mang Asep sebelum pergi.

“Ibu masih nggak enak badan Num.” suara Marni terdengar serak.

Hanum dan Bima segera memapah ibunya duduk di kursi miliknya, Hanum menuangkan segelas air untuk diminum ibunya. Marni menerimanya dan meneguk minuman itu sekaligus, ia mungkin kehausan.

“Yang kerasa apa bu?” Tanya Hanum memijat ibunya dari belakang sambil berdiri.

Marni hanya menunjuk bagian bahunya yang sakit, Hanum segera memijat bagian yang ditunjuk Marni. Bima duduk di seberang Marni dan Hanum, ia memperhatikan wajah Marni yang semakin pucat. Apakah ini hanya perasaannya saja?

“Ibu makan lagi ya.” Kata Hanum yang melirik jam dinding yang menunjukan jam 12.27.

“Nggak usah.” Jawab Marni lemah.

Saat itu juga mata Hanum dan Bima bertemu, keduanya sama-sama mengerutkan dahi dengan tulisan tak kasat mata yang jelas terbaca. Kenapa? Ada apa? Dan sedetik kemudian mata Bima terbelalak.

“Bude….” Seru Bima dengan mata yang tertuju pada ambang pintu kamar Marni disusul tatapan Hanum yang menoleh ke arah yang sama.

“Kalian udah pulang ternyata. Jam berapa selesai?” Tanya Marni yang berjalan menuju ke arah Bima dan Hanum.

“Aaaaaaarrrggghhh….” Teriakan Hanum yang menjawab pertanyaan Marni.

Hanum menjauhkan tangannya dari kursi milik Marni, kursi single itu. Ia terjungkal ke belakang dan terus beringsut mundur. Bima bangkit mendantangi Hanum, pun dengan Marni yang terkejut mendatangi anaknya yang terjatuh.

Tangan Hanum gemetar, ia menatap lekat tangannya yang telah memijat ibunya tapi bukan ibunya. Air matanya tak bisa dibendung lagi, Hanum menangis sejadi-jadinya di pelukan Bima. Ia berlindung dalam dekapan Bima dan tak sanggup melihat ibunya.

“Num istigfar Num….” Bima mengingatkan Hanum seraya mengusap lembut punggung Hanum yang terus berguncang karena tangisannya.

“….” Tak ada jawaban dari Hanum, yang ada tangisan yang semakin menjadi.

Marni yang tak mengerti situasinya saat ini hanya bisa mengerutkan keningnya dan bertanya-tanya, apa yang terjadi pada anaknya saat ini. Tangan Bima memberikan isyarat agar Marni menjauh dari Hanum saat ini, mulutnya juga ikut berbicara namun tanpa suara. Untuk saat ini Marni menuruti Bima dan perlahan mundur dan menjauh.

Setelah Marni menjauh dan duduk di kursi miliknya, Bima menggendong Hanum layaknya pengantin baru. Saat Bima menggendongnya, Hanum masih bersembunyi di dada bidang Bima. Hanum tak ingin melihat apapun saat ini.

Langkah Bima tertuju pada kamar Hanum yang berada di depan tepat berseberangan dengan ruang tamu. Ia menuju kamar itu dan menurunkan Hanum di atas ranjang, tapi tangan Hanum masih melingkar di leher Bima. Ia tak mau melepaskannya.

Bima membiarkan Hanum seperti itu karena ia tahu pasti kondisinya, Bimapun mungkin akan menangis kalau tidak takut Hanum menjadi khawatir. Namun saat ini ia harus menjadi lebih berani untuk Hanum. Tangan Bima mengelus lembut punggung perempuan itu, ia berusaha untuk menenangkannya.

“Num…. kamu istirahat ya.” Bima mulai melepas tangan Hanum dengan hati-hati.

“Aku takut Bim.” Kini malah Hanum yang menempel pada Bima dan tak mau melepaskannya.

“Ada aku disini. Sekarang kamu istirahat ya.” Ucap Bima lagi membaringkan pacarnya.

Tangan keduanya masih bertaut, Hanum tak ingin melepaskannya. Ia cukup takut untuk saat ini. Sudah dua kali kejadian ini terjadi, dan kini ia mulai tak tenang. Yang pertama mungkin hanya kebetulan, tapi yang kedua pasti lebih dari kebetulan.

Mata Hanum yang berat perlahan mulai menutup, menangis pasti membuat energinya terkuras hingga kelelahan. Kini Hanum sudah tenang dalam tidurnya. Bima berusaha mencari waktu yang tepat agar bisa melepaskan tangannya tanpa membangunkan Hanum.

Tak sampai sepuluh menit Marni menunggu Bima dan Hanum di kursi itu, ia melamun, menerka-nerka yang sebenarnya sedang terjadi pada anaknya. Bima yang keluar dari kamar setelah berhasil melepaskan tangannya dari Hanum tak disadari Marni.

“Bude…. Bisa kita bicara diluar….” Pinta Bima mengulurkan tangannya sebagai pegangan Marni.

Marni bangkit tanpa bertanya, ia meraih tangan Bima karena pening yang kembali menjadi saat melihat kondisi Hanum.

“Sebenarnya Hanum kenapa?” Tanya Marni tanpa basa-basi.

“Hanum di ganggu lagi bude. Sama seperti kejadian tempo hari, bahkan hari ini Hanum menyentuhnya. Waktu bude keluar kamar, di saat yang sama Hanum lagi mijat bude yang lain.” Terang Bima saat mereka duduk di teras rumah.

“….” Marni tak bisa menanggapi kejadian ini lagi.

Ini terlalu aneh, benak Marni. Mengapa kejadian aneh terus berulang di sekitar mereka.

“Bima juga nggak tahu dari mana asalnya, tapi semua ini pasti ada penyebab dan awalnya kan bude….” Sambung Bima menatap wajah Marni yang pucat.

Kini Marni mulai memikirkan semua kemungkinan yang ada akan serangkaian kejadian aneh yang menimpa dirinya dan Hanum, di rumah ini, rumah peninggalan ibunya.

“Bim, kamu pulang aja gih. Bapak sama ibu kamu pasti khawatir.” Kata Marni yang segan karena kebaikan keluarga Bima.

“Bima disini aja bude. Takut ada apa-apa.” Jawab Bima enggan pergi.

“Nanti bude telepon ya.” Marni mengusir Bima secara halus.

Akhirnya Bima menurut dan pamit, ia mencium punggung tangan Marni sebelum meninggalkannya sendirian di teras. Tentu saja, sebenarnya Bima masih khawatir, namun ia juga tak bisa menolak permintaan Marni.

Bima meniti langkah demi langkah untuk bisa sampai ke rumahnya, ia melewati rumah-rumah dan warung Bu Tejo yang ada di pertigaan jalan.

WIUW…WIUW…WIUW….

WIUW…WIUW…WIUW….

Suara samar-samar yang tadi di dengarnya semakin jelas, suara itu berasal dari halaman warung Bu Tejo. Ada ambulan yang baru saja meningggalkan halaman dan hanya meninggalkan jejak suara yang menggema. Para warga yang berkumpul di sekitar rumah Bu Tejo mulai membubarkan diri.

“Ada apa Bi Isti?” Tanya Bima pada salah satu warga.

“Bu Tejo sakit Bim.”

“Loh kayaknya pas aku jajan tadi masih baik-baik aja.”

“Kapan Bim? Orang ini udah rame dari setengah jam yang lalu, tapi ambulan memang baru datang.”

Bima mematung. Kalau Bu Tejo sudah sakit dari setengah jam yang lalu, lalu siapa yang meladeninya di warung tadi. Karena jika ia menarik garis waktu dari waktu ia belanja, pergi ke rumah Hanum dan kembali, itu hanya membutuhkan waktu 20 menit.

Bima masih bergeming, ia masih memikirkan bagaimana bisa dirinya tak menyadari keramaian warga jika mereka sudah ada sejak setengah jam yang lalu. Semua yang terjadi saat ini benar-benar semakin aneh.

Bukan hanya ibu Hanum yang bukan dirinya, tetapi sampai Bu Tejopun bukan Bu Tejo yang sesungguhnya. Pasti memedi, pikirnya.

Akhirnya Bima ikut meninggalkan halaman Bu Tejo dan kembali melanjutkan perjalanan pulangnya yang tertunda.

Terpopuler

Comments

Oras Karoma

Oras Karoma

kayaknya udah mulai horornya ya !!!

2021-10-11

1

riana el aisyah

riana el aisyah

mana lanjutnya ini kk

2021-08-26

1

lihat semua
Episodes
1 SATU (PELANGGAN LAMA)
2 DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3 TIGA (IKATAN)
4 EMPAT (PELANGGAN!)
5 LIMA (PERMULAAN)
6 ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7 TUJUH (UANG)
8 DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9 SEMBILAN (KECURIGAAN)
10 SEPULUH (CEMBURU)
11 SEBELAS (AKU MILIKMU)
12 DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13 TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14 EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15 LIMA BELAS (MBAH UTI)
16 ENAM BELAS (AYU)
17 TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18 DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19 SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20 BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21 DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22 DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23 DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24 DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25 DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26 DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27 DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28 DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29 DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30 DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31 TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32 TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33 TIGA PULUH DUA - INGKAR
34 TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35 TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36 TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37 TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38 TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39 TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40 TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41 EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42 EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43 EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44 EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45 EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46 EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47 EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48 EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49 EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50 EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51 LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52 LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53 LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54 LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55 LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56 LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57 LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58 LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59 LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60 LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61 ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62 ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63 ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64 ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65 ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66 ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67 ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68 ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69 ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70 AUTHOR MENYAPA
71 ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72 TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73 TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74 TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75 TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76 TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77 TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78 I am Back
79 TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80 PENGUMUMAN LAGII
81 TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82 TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83 TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84 DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU
Episodes

Updated 84 Episodes

1
SATU (PELANGGAN LAMA)
2
DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3
TIGA (IKATAN)
4
EMPAT (PELANGGAN!)
5
LIMA (PERMULAAN)
6
ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7
TUJUH (UANG)
8
DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9
SEMBILAN (KECURIGAAN)
10
SEPULUH (CEMBURU)
11
SEBELAS (AKU MILIKMU)
12
DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13
TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14
EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15
LIMA BELAS (MBAH UTI)
16
ENAM BELAS (AYU)
17
TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18
DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19
SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20
BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21
DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22
DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23
DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24
DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25
DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26
DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27
DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28
DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29
DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30
DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31
TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32
TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33
TIGA PULUH DUA - INGKAR
34
TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35
TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36
TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37
TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38
TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39
TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40
TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41
EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42
EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43
EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44
EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45
EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46
EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47
EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48
EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49
EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50
EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51
LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52
LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53
LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54
LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55
LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56
LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57
LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58
LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59
LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60
LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61
ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62
ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63
ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64
ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65
ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66
ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67
ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68
ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69
ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70
AUTHOR MENYAPA
71
ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72
TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73
TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74
TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75
TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76
TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77
TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78
I am Back
79
TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80
PENGUMUMAN LAGII
81
TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82
TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83
TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84
DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!