EMPAT BELAS (RANGKAIAN)

Saat Marni kembali ke ruang tamu, pada saat yang bersamaan Hanum menyingkap tirai kamarnya. Ia sudah bangun, seketika ia terjatuh saat matanya bertemu dengan mata ibunya.

“Hanum!” Seru Bima yang langsung mendatanginya.

Hanum bersembunyi di balik tubuh Bima, ada rasa trauma yang dirasakannnya. Sudah dua kali ia menemukan bahwa ibu yang di temuinya adalah bukan ibunya. Bima mengerti itu, ia membiarkan tubuhnya menghalangi pandangan Hanum terhadap ibunya.

Kini Marni mendekat dan berjongkok di dekat anaknya setelah meletakkan toples keripik di atas meja. Ia mengulurkan tangannya pada Hanum.

“Ini ibu nduk….” Kata Marni meyakinkan anaknya.

“….” Tak ada jawaban dan semua orang diam.

“Hanum duduk dulu yu.” Kata Pak Mahmud yang menghampirinya.

Pak Mahmud datang membantu Hanum untuk berdiri dan digiring untuk duduk di di kursi. Sementara Marini membantu Marni untuk kembali ke kursinya. Kini semua sudah duduk di kursi mereka masing-masing.

Hanum masih bersembunyi dibalik tubuh Bima. Ia tak berani lagi menatap wajah ibunya, ia hanya memandangi tangannya yang saling bertaut dengan jemari yang terus bergerak karena gelisah.

“Ini ibu Num….” Sekali lagi Marni meyakinkan anaknya tapi Hanum hanya diam tak menjawab ibunya.

“Hanum… itu ibu. Kamu nggak usah takut lagi.” Kata Marini yang duduk di samping Hanum dan mengusap rambutnya.

“Coba diurutkan Mar. Pasti ada yang nggak beres” Pak Mahmud akhirnya berpendapat “seumur hidup kamu tinggal disini nggak pernah ada kejadian kayak gini kan.” Sambungnya.

“Aku nggak yakin mas…. Mungkin setelah pulang dari desa Kalibening. Aku langsung sakit pulang dari sana.” Ungkap Marni.

Semua pandangan tertuju pada Marni seakan setuju dan meminta penjelasan lebih lanjut, bahkan Hanum melirik sekilas wajah ibunya yang diyakini memang ibunya. Karena wajahnya sudah tidak sepucat tadi dan suaranya sudah tidak datar dan dingin.

Semua orang menunggu penjelasan, Marni mencoba menggali ingatannnya tentang desa Kalibening yang didatanginya kemarin bersama Hanum.

“Memang sudah nggak wajar sejak awal Mar aku rasa” Ungkap Pak Mahmud “moso cuma riasan kayak biasa kamu langsung sakit.

“Kayaknya memang ada yang aneh.” Timpal Bima.

“Maksudmu Bim….” Tanya Marini.

“Aku nggak yakin sih bu. Tapi pas anter Hanum tadi pagi, jalanan ke rumah Bu Arum itu lewat hutan jati yang cukup serem. Aku nggak suka auranya.”

“Memang. Mungkin dari sana kamu diikuti Mar.” Pak Mahmud menyimpulkan.

Pak Mahmud yang terkadang punya urusan ke desa Kalibening mengetahui betul kondisi desa itu. Desa yang terkenal angker dan menakutkan, bukan hanya karena letaknya yang dekat dengan puncak gunung, tapi juga desa yang terkenal dengan penggunaan ilmu hitam.

“Tapi kayaknya masih ada yang janggal deh.” Marini punya pendapat sendiri.

“Apalagi?” Tanya Pak Mahmud.

“Aku ngerasa ada yang nggak beres aja mas.” Jawab Marini keukeuh.

Marini memang mempunyai kepekaan terhadap hal-hal gaib, namun entah kenapa saat ia mendatangi rumah Marni ia tak merasakan apapun. Dan kejadian aneh itu selalu terjadi saat ia tak ada, memedi itu seolah tahu tentang kepekaan yang dimilikinya.

“Sekarang ada baiknya kamu diobati dulu Mar. Kamu mau pulang ke Kebumen opo piye?”

“Aku nggak tau mas. Masih nggak karuan ini.”

Keluarga Marni, Pak Mahmud dan Marini memang berasal dari Kebumen. Mereka sudah lama di desa Kalijati ini karena orangtua mereka yang merantau dan bahkan ikut mendirikan desa di kaki gunung ini.

“Nanti sore kita ke Mbah Uti aja dulu.” Usul Marini.

Selain dikenal sebagai penjual gorengan dan orang yang dituakan, Mbah Uti juga dikenal sebagai ‘orang pintar’ di desa. Jika ada suatu keanehan terkait dengan hal-hal gaib, para warga akan mendatangi rumah Mbah Uti.

Semuanya kembali diam, suasana rumah tak lagi sama. Sekarang seperti ada awan mendung yang menggantung tepat diatas rumah. Sendu dan kelabu, apalagi bagi Hanum. Ia masih takut pada ibunya. Dan ia berharap Mbah Uti bisa membantu.

“Yasudah sementara kita semua disini dulu.” Pak Mahmud membuka suara untuk mengusir keheningan.

“Tapi kalian juga ada pekerjaan kan mas, mbak. Nggak bisa ada disini terus.”

“Nggak apa-apa Mar. Karena panen sudah selesai, kami bisa istirahat dulu.”

Marni tak bisa mengusir keluarga Pak Mahmud. Mereka merasa terlalu berhutang budi pada Marni hingga melakukan ini semua, terlepas dari pernyataan Marini. Itu juga ada betulnya, saat panen selesai mereka akan beristirahat sebentar untuk membuka lahan baru.

“Aku sama Hanum jalan-jalan aja ya ke sawah.” Kata Bima bangkit dari duduknya.

“Yaudah hati-hati. Jagain Hanum ya.” Sahut Marini yang juga berencana menghibur Marni.

Bima menggandeng tangan Hanum dan membawanya keluar dari dalam rumah, mereka berjalan ke utara desa untuk pergi berjalan-jalan menyusuri sawah yang sudah menguning. Beberapa sudah dipanen dan jerami bertumpuk disana-sini diatas sawah dan lahanya siap untuk dibarukan kembali.

Kini Bima dan Hanum sedang menyusuri pematang sawah dan menikmati suasana pedesaan dengan angin lembut yang bertiup. Hanum berjalan mendahului Bima di jalan setapak itu, sementara Bima mengikutinya dari belakang.

“Kamu nggak apa-apa?” Tanya Bima hati-hati.

“Mm…. tapi masih takut.” Jawab Hanum jujur. Ia memeluk lututnya dan menerawang.

“Jangan ngelamun.”

“Nggak kok. Cuma lagi mikir.”

“Ya diomongin, jangan disimpen sendiri. Kan ada aku disini, emangnya kamu nggak nganggap aku ada.”

Senyum Hanum merekah melihat tingkah pacarnya yang seperti anak kecil, cemberut dan merengek. Ia lalu mengusap pipi lelaki jangkung itu untuk menenangkannya, dan berhasil.

Keduanya kini tak lagi bicara, mereka hanya duduk bersebelahan dan menikmati tiupan angin dan suara riak air. Bima yang duduk di sebelah Hanum meraih kepala kecil gadis itu untuk disandarkan di bahunya.

“Nggak pegel apa Bim?” Tanya Hanum.

“Nggak.” Jawab Bima singkat.

Padahal Hanum tahu sekali saat ini Bima sedang memiringkan badannya untuk bisa mengimbangi posisi kepalanya. Ia menyadari perbedaan tinggi badan dirinya dengan Bima yang mencolok.

Hanum bertubuh mungil dan tak terlalu tinggi, kulitnya kuning dengan rambut lurus sebahu. Senyumnya manis dengan wajah bulat yang kecil. Wajahnya selalu terlihat lebih muda dari usia aslinya karena tubuhnya yang mungil.

Kepala Hanum terangkat, ia tak kalah sayangnya pada lelaki itu. Menopang kepalanya yang hanya beberapa kilogram itu pasti membuat bahunya pegal, apalagi dengan posisi yang tidak nyaman.

“Kok?” Bima memiringkan wajahnya.

“Kasihan pacar aku… nanti sengklek.” Sahut Hanum yang menepuk-nepuk lembut bahu Bima.

Lelaki itu tersenyum melihat gadis di hadapannya tumbuh dengan baik tanpa berubah sedikitpun. Hanum selalu pengertian, ia selalu menjadi kakak baginya saat mereka masih kecil. Hanum selalu menjadi orang yang membelanya, merawatnya, dan mengkhawatirkannya saat anak-anak lain mengganggunya.

Tapi kini keadaan berbalik, ia ingin menjadi orang pertama yang melindungi dan menjaga Hanum. Menjadikannya wanita terbahagia kedua setelah ibunya, hingga rambut mereka memutih bersama. Itulah mengapa ia sudah berani menjanjikan pernikahan pada Hanum.

“Dicariin ibu nggak ya?” Tanya Hanum di sela waktu saling tatap itu karena khawatir.

“Nggak sih. Kan perginya sama aku” jawab Bima “tapi kayaknya kita udah harus pulang.” Bima menunjuk langit yang menguning.

“Iyah. Kita kan mau ke rumahh Mbah Uti.” Hanum menepuk jidatnya.

“Yuk.”

Bima bangkit terlebih dahulu dan membantu Hanum untuk berdiri dengan menjadikan tangannya sebagai pegangan. Kini mereka kembali berjalan beriringan menuju rumah.

Episodes
1 SATU (PELANGGAN LAMA)
2 DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3 TIGA (IKATAN)
4 EMPAT (PELANGGAN!)
5 LIMA (PERMULAAN)
6 ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7 TUJUH (UANG)
8 DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9 SEMBILAN (KECURIGAAN)
10 SEPULUH (CEMBURU)
11 SEBELAS (AKU MILIKMU)
12 DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13 TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14 EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15 LIMA BELAS (MBAH UTI)
16 ENAM BELAS (AYU)
17 TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18 DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19 SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20 BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21 DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22 DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23 DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24 DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25 DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26 DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27 DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28 DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29 DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30 DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31 TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32 TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33 TIGA PULUH DUA - INGKAR
34 TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35 TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36 TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37 TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38 TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39 TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40 TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41 EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42 EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43 EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44 EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45 EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46 EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47 EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48 EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49 EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50 EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51 LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52 LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53 LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54 LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55 LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56 LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57 LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58 LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59 LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60 LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61 ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62 ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63 ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64 ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65 ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66 ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67 ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68 ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69 ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70 AUTHOR MENYAPA
71 ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72 TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73 TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74 TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75 TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76 TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77 TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78 I am Back
79 TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80 PENGUMUMAN LAGII
81 TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82 TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83 TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84 DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU
Episodes

Updated 84 Episodes

1
SATU (PELANGGAN LAMA)
2
DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3
TIGA (IKATAN)
4
EMPAT (PELANGGAN!)
5
LIMA (PERMULAAN)
6
ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7
TUJUH (UANG)
8
DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9
SEMBILAN (KECURIGAAN)
10
SEPULUH (CEMBURU)
11
SEBELAS (AKU MILIKMU)
12
DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13
TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14
EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15
LIMA BELAS (MBAH UTI)
16
ENAM BELAS (AYU)
17
TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18
DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19
SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20
BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21
DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22
DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23
DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24
DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25
DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26
DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27
DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28
DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29
DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30
DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31
TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32
TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33
TIGA PULUH DUA - INGKAR
34
TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35
TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36
TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37
TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38
TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39
TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40
TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41
EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42
EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43
EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44
EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45
EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46
EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47
EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48
EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49
EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50
EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51
LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52
LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53
LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54
LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55
LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56
LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57
LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58
LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59
LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60
LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61
ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62
ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63
ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64
ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65
ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66
ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67
ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68
ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69
ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70
AUTHOR MENYAPA
71
ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72
TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73
TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74
TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75
TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76
TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77
TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78
I am Back
79
TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80
PENGUMUMAN LAGII
81
TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82
TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83
TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84
DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!