TIGA BELAS (PERJODOHAN)

Sementara Bima dan Marni membicarakan hal-hal tak masuk akal yang terus terjadi, Marini sedang memasak di rumahnya untuk suaminya Pak Mahmud. Tepat saat semua lauk matang, Pak Mahmud datang dengan cangkul yang dipikulnya.

Pak Mahmud masuk melalui pintu dapur setelah sebelumnya mencuci kaki dan tangannnya di keran belakang rumah yang sengaja ia sediakan. Setelah melepas baju berkebunnya, ia masuk ke dalam rumah untuk mandi dan berganti pakaian baru.

“Tumben telat pak.” Kata Marini saat Pak Mahmud selesai mandi.

“Iya…. Tadi agak panjang ngobrol sama Pak Gondo.”

“Oh. Yaudah cepet ganti bajunya terus makan.”

“Iya."

Pak Mahmud berlalu meninggalkan istrinya yang masih menata makanan di atas dipan yang biasa mereka gunakan untuk makan. Letaknya ada di dapur yang terhubung langsung dengan tungku. Marini sengaja membuka pintu dapur agar suasana menjadi lebih terang dan angin bisa leluasa masuk selain dari celah bambu yang dibuat suaminya.

Saat semua sudah rapi, Pak Mahmud bergabung untuk mengisi energinya dengan masakan Marini. Biasanya…. Marini akan memasak sebelum berangkat ke kebun, sehingga mereka akan membawa bekal atau makan makanan dingin di rumah. Tapi kali ini berbeda.

Karena kondisi keluarga Marni, Pak Mahmud bisa merasakan masakan hangat yang baru matang buatan istrinya yang sudah lama tak ia rasakan. Biasanya hanya nasinya saja yang hangat jika makan di rumah, lain lagi ceritanya kalau makan di kebun.

“Jadi ngobrolin apa sama Pak Gondo? Mau jual beli tanah lagi?” Marini segera menyampaikan rasa ingin tahunya.

“Bukan….” Jawab Pak Mahmud singkat.

“Gadai kebun lagi?”

“Ini masalah Bima bu….” Pak Mahmud menggantung kalimatnya.

“Bima kenapa? Kayaknya nggak ada urusan deh.”

“Pak Gondo mau menjodohkan anaknya sama Bima.”

“Kenapa harus Bima? Memang anak Pak Gondo kenal Bima dimana? Seinget ibu mereka nggak satu sekolah, jadi pasti nggak pernah ketemu.” Kata Marini yang wajahnya kini berubah masam.

“Sik toh, aku belum selesai cerita.”

Marini diam. Acara makan mereka belum dimulai karena disela oleh cerita Pak Mahmud. Marini agak curiga dengan niat Pak Gondo, lelaki yang sedang diceritakan suaminya itu.

“Jadi ternyata, yang dirias Hanum tadi pagi itu anaknya Pak Gondo.” Pak Mahmud mulai ceritanya lagi dengan piring kosong di tangan “nah disana dia ketemu sama Bima. Ibu inget kan yang nganter Hanum itu siapa?” Sambung Pak Mahmud.

“….” Tak ada jawaban dari Marini.

“Nah… karena sudah ketemu. Anaknya minta dijodohkan sama Bima.”

“Terus bapak bilang apa sama Pak Gondo?” Tanya Marini ketus.

“Ya bapak bilang lah. Bapak nggak ada hak untuk jodohkan Bima, keputusan ada di anaknya. Nggak mungkin bapak maksa untuk jodohin dia, itu kan keputusan kita saat membesarkan Bima bu.”

“Bagus kalau begitu” Marini kini melunak “udah deh pak, kita makan dulu.”

Sedari tadi mereka malah belum menyentuh apapun karena obrolan tentang Pak Gondo rasanya lebih penting dari perut yang sedang keroncongan.

“Bapak bener kan bilang kayak gitu ke Pak Gondo?” Tanya Marini lagi saat mereka tengah menyantap makan siang mereka.

“Iya bu….” Pak Mahmud meyakinkan “ibu kenapa sih nggak percaya banget.” Sambungnya.

Tak ada jawaban dari Marini, hanya ada wajah cemas yang ia tunjukan. Pak Mahmud menyadari kegelisahan istrinya, namun ia tak ingin menanyakannya lebih lanjut.

Marini memang sepertinya trauma dengan kata perjodohan, karena ia sendiri adalah korban dari perjodohan yang tidak sehat menurutnya. Orang tua Marini menjodohkannya dengan seorang juragan kaya raya sebelum menikah dengan Pak Mahmud. Namun sayang, pernikahannya hanya bertahan tiga bulan saja.

Kekerasan rumah tangga tentunya tidak dibenarkan Marini, dan keluarga suaminya malah menutupi semua perbuatan kejam yang ia terima. Hingga ia melarikan diri dan berhasil menggugat cerai dengan bukti memar di tubuhnya dan saksi seorang pembantu di rumah mertuanya dan akhirnya bertemu dengan Pak Mahmud.

“Lagi pada makan nih.” Ucap Bima yang kedatangannya tidak disadari Marini dan Pak Mahmud.

“Makan lagi Bim.” Tawar ibunya.

“Udah kenyang bu.”

“Bude Marni udah baikan?” Tanya ibunya lagi.

“Udah bangun sih bu. Tapi….” Bima menahan kalimatnya yang menghentikan kegiatan makan ibu dan bapaknya “ada yang aneh lagi.” Kata Bima akhirnya.

“Apa yang aneh Bim?” Kini Pak Mahmud yang bertanya meski istrinya sama penasaran dengannya.

“Sama kayak kemarin, bude Marni diserupai lagi sama memedi.”

Marini dan Pak Mahmud mengucap istigfar bersamaan, tentu mereka kaget dengan kejadian yang diceritakan anaknya. Tangan Marini menutupi mulutnya, ia tak bisa lagi berkata-kata setelah istigfar yang diucapkannya. Sementara Pak Mahmud meletakkan piringnya yang masih tersisa nasi beberapa suap lagi. Keduanya saling tatap sekilas.

“Kali ini Bima juga lihat. Dan itu memang bener-bener serem. Hanum ketakutan banget.”

“Ya terus kenapa kamu tinggal Bim.” Protes ibunya.

“Bude Marni yang suruh pulang. Bima nggak enak kalau terus-terusan ada disana.”

“Kamu nih….” Ibu nya hendak menepuk wajah Bima tapi tak jadi.

Marini segera bangkit dan mencuci tangannya, ia sedikit merapikan dirinya sebelum pergi ke luar. Ia bahkan tak memedulikan sisa-sisa makanan yang harus dirapikannya.

“Bima ikut bu.” Seakan tahu tujuan ibunya, Bima bergegas bangkit dan berjalan mengekori ibunya.

Pak Mahmud juga turut serta, ia buru-buru mencuci tangan dan merapikan sembarang nasi, lauk dan piring kotor untuk segera menyusul istrinya. Ia bahkan tak menghabiskan beberapa suap terakhir nasinya.

Ketiganya kini sudah beriringan menuju rumah Hanum, langkah mereka panjang dengan tergesa. Mereka sama-sama berpikir mungkin akan ada sesuatu yang terjadi selanjutnya di rumah Marni, apalagi Marini, ia yang paling panik saat ini seakan kejadian buruk telah terjadi.

“Mar….” Seru Marini.

Marni tengah melamun di teras rumahnya, ia masih belum bisa menyingkirkan pemikiran-pemikiran tentang semua kejadian aneh yang terjadi di sekelilingnya.

“Mba, mas. Kok kalian malah disini lagi?” Marni bangkit menyambut kedatangan ketiganya.

“Ya kami khawatir sama kamu Mar.” Jawab Marini.

“Aku insha alloh nggak apa-apa mbak. Hanum juga masih tidur.”

Semuanya masuk ke dalam rumah dan mengambil tempatnya masing-masing untuk duduk diatas kursi rotan di ruang tamu. Keadaan hening dan mencekam. Tak ada lagi pembicaraan saat ini selain suara air yang dituangkan Marni untuk tamunya.

Marini dan Pak Mahmud saling tatap, mereka merasa kebingungan untuk membuka obrolan. Bima juga sama bingungnya, tatapannya terus tertuju pada kamar Hanum berada, semoga ia baik-baik saja harapnya dalam hati.

“Aku ambil makanan ringan sebentar ya.” Kata Marni akhirnya memecah keheningan.

Marni melenggang meninggalkan tiga tamunya yang masih sama-sama diam. Ia menuju dapur dan mengambil toples berisi keripik singkong hasil bumi dari Pak Mahmud.

Terpopuler

Comments

Ai Emy Ningrum

Ai Emy Ningrum

knp ga di habis kan dulu makanan nya toh pak ,buuu...biar ga mubazir gituh ☺️☺️

2021-10-20

1

atin p

atin p

semangatt

2021-10-08

1

lihat semua
Episodes
1 SATU (PELANGGAN LAMA)
2 DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3 TIGA (IKATAN)
4 EMPAT (PELANGGAN!)
5 LIMA (PERMULAAN)
6 ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7 TUJUH (UANG)
8 DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9 SEMBILAN (KECURIGAAN)
10 SEPULUH (CEMBURU)
11 SEBELAS (AKU MILIKMU)
12 DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13 TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14 EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15 LIMA BELAS (MBAH UTI)
16 ENAM BELAS (AYU)
17 TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18 DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19 SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20 BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21 DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22 DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23 DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24 DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25 DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26 DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27 DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28 DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29 DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30 DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31 TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32 TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33 TIGA PULUH DUA - INGKAR
34 TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35 TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36 TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37 TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38 TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39 TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40 TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41 EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42 EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43 EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44 EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45 EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46 EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47 EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48 EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49 EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50 EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51 LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52 LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53 LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54 LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55 LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56 LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57 LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58 LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59 LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60 LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61 ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62 ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63 ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64 ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65 ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66 ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67 ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68 ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69 ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70 AUTHOR MENYAPA
71 ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72 TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73 TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74 TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75 TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76 TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77 TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78 I am Back
79 TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80 PENGUMUMAN LAGII
81 TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82 TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83 TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84 DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU
Episodes

Updated 84 Episodes

1
SATU (PELANGGAN LAMA)
2
DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3
TIGA (IKATAN)
4
EMPAT (PELANGGAN!)
5
LIMA (PERMULAAN)
6
ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7
TUJUH (UANG)
8
DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9
SEMBILAN (KECURIGAAN)
10
SEPULUH (CEMBURU)
11
SEBELAS (AKU MILIKMU)
12
DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13
TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14
EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15
LIMA BELAS (MBAH UTI)
16
ENAM BELAS (AYU)
17
TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18
DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19
SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20
BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21
DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22
DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23
DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24
DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25
DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26
DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27
DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28
DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29
DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30
DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31
TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32
TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33
TIGA PULUH DUA - INGKAR
34
TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35
TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36
TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37
TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38
TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39
TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40
TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41
EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42
EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43
EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44
EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45
EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46
EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47
EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48
EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49
EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50
EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51
LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52
LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53
LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54
LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55
LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56
LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57
LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58
LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59
LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60
LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61
ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62
ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63
ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64
ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65
ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66
ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67
ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68
ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69
ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70
AUTHOR MENYAPA
71
ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72
TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73
TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74
TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75
TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76
TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77
TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78
I am Back
79
TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80
PENGUMUMAN LAGII
81
TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82
TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83
TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84
DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!