ENAM BELAS (AYU)

Setelah mendapat semua yang diperlukannya Hanum menghampiri Marini, siapa tahu ia butuh bantuan pikirnya.

“Ada yang perlu Hanum bantu lagi bude?” Tanya Hanum.

“Nggak ada nduk” sahut Marini “semua makanan udah bude rapiin ke kulkas. Nggak banyak yang dirapiin. Paling ini lampu tengah, dapur sama luar bude nyalain, biar keliatan ada orangnya” Terang Marini “atau biasanya gimana?” tanya Marini takut keliru.

“Iya dinyalain semua nggak apa-apa bude.”

“Yowes yuk. Udah selesai.”

Marini dan Hanum sama-sama melangkah keluar rumah, di saat yang sama Bima mendatangi mereka dari halaman.

“Udah bu?” Tanya Bima.

“Udah kok. Orang nggak banyak yang di rapiin.” Jawab ibunya.

“Sini aku bawain Num.” Bima mengulurkan tangannya untuk membawa paper bag di tangan Hanum.

“Nggak usah Bim. Ini ringan kok.” Sahut Hanum.

“Oh yaudah. Yuk.” Ajak Bima yang mengekori ibunya dan Hanum.

Ketiganya kini menuju ke kediaman Bima, Bima berjalan di belakang Marini dan Hanum seolah dia adalah bodyguard mereka. Tak sampai sepuluh menit mereka sudah sampai di rumah dan cukup terkejut dengan tamu yang masih ada di sana.

Terlihat sebuah mobil BMW putih model sedan terparkir di halaman rumah, pintu yang terbuka lebar dan siluet yang terlihat dari jendela.

Bima, Hanum bahkan Marini sedikit mengerutkan dahi saat memasuki rumah, terlihat seorang bapak dan seorang gadis yang ada di rumah mereka. Padahal Pak Mahmud sudah pergi sejak bada ashar.

Mungkin memang obrolan dua orang yang asyik itu bisa berlangsung lama, atau… ada obrolan penting hingga memakan waktu yang lama. Tapi… apakah gadis muda ini juga terlibat?

“Ko lama banget bu?” Tanya Pak Mahmud.

“Iya tadi kan sekalian solat di rumah Mbah Uti.”

“Ini loh yang bapak bilang Pak Gondo, sama putrinya, Ayu.” Pak Mahmud mengenalkan tamunya “Ini Marini istri saya, ini Bima dan Hanum anak saya.” Sambung Pak Mahmud mengenalkan keluarganya.

Pak Gondo dan Ayu berdiri untuk menyalami istri sang tuan rumah, Bima dan Hanum. Sementara Hanum dan Bima saling tatap saat Pak Mahmud mengenalkan Ayu, putri Pak Gondo dan melihat wajahnya. Mereka mengingat wajah itu. Wajah yang tadi pagi mereka lihat di desa Kalibening.

Setelah acara salaman, Marini, Bima dan Hanum pamit masuk ke dalam kamar masing-masing karena merasa tidak perlu untuk ikut serta dalam obrolan Pak Mahmud. Hanum langsung masuk ke kamar Bima karena memang itu tempatnya tidur untuk malam ini.

Layout rumah Bima dan Hanum hampir sama. Tiga kamar tidur yang berjajar dan berseberangan langsung dengan ruang tamu dan ruang keluarga yang cukup luas. Di belakang juga ada dapur dan kamar mandi yang cukup luas dan juga gudang untuk menyimpan motor mereka.

Kamar depan sama-sama digunakan kamar Hanum dan Bima, kamar tengah digunakan untuk musholla di rumah Bima sementara di rumah Hanum dijadikan gudang penyimpanan baju. Dan kamar terakhir digunakan Pak Mahmud dan Marini disini dan digunakan ibunya di rumah Hanum.

Setelah rumah lamanya kebakaran, Pak Mahmud dan Marini membangun kembali rumah baru mereka, keduanya sepakat untuk meniru layout rumah Marni dan Hanum karena tidak rumit dan enak untuk digunakan bergerak. Maka terjadilah, dua rumah yang sama di lokasi yang berbeda.

“Kalau begitu kami pamit ya pak.” Suara bass Pak Gondo terdengar sampai ke kamar Bima.

“Iya monggo-monggo pak. Sik sebentar” Pak Mahmud berdiri dan setengah berteriak pada istrinya “Bu…. Pak Gondo arep mulih kii.” Ujar Pak Mahmud dengan suara yang lantang agar istrinya bisa mendengar dan keluar dari kamar.

“Iya pak.” Terdengar jawaban Marini yang tergesa keluar dari kamarnya.

“Kami pamit ya.” Kata Pak Gondo sekali lagi saat Marini sudah keluar.

“Iya pak. Hati-hati di jalan.” Timpal Marini.

“Kami pamit bu.” Suara halus Ayu terdengar.

Setelah selesai berpamitan, Pak Gondo dan Ayu berjalan keluar menuju mobil putih mereka. Mobil melaju di kegelapan malam yang mulai menjemput.

“Itu toh pak sing arep dijodohke karo anak e.” Sambar Marini tanpa basa-basi dengan wajah yang kecut.

“Iyo bu.” Pak Mahmud menghela nafas panjang.

“Nggak usah lah… ibu nggak mau ada urusan sama orang desa sana. Terlalu berbahaya.” Kata Marini yang melengos meninggalkan Pak Mahmud sendirian.

Ini kali pertama Marini bertemu dengan Pak Gondo secara langsung setelah sebelumnya banyak diceritakan suaminya. Pak Gondo itu seperti tuan tanah di desa Kalibening, banyak sekali lahan yang dimilikinya. Dan Pak Mahmud sering terlibat dengannya karena urusan jual beli atau gadai pertanahan dan hal-hal lainnya.

Helaan nafas panjang Pak Mahmud terdengar, bahkan sampai ke kamar Bima. Iapun turut mengekori istrinya ke kamar. Sementara kedua orang yang ada di dalam kamar itu pun sejak tadi sudah mendengar percakapan yang ada di ruang tamu, karena suaranya memang terdengar sampai ke kamar.

Kedua orang yang duduk di bibir ranjang itu saling menatap lekat sambil bergandengan tangan satu sama lain. Mereka berbicara dengan mata mereka, sementara tak ada percakapan yang bisa mereka bahas saat ini. Keduanya berputar dengan pikiran masing-masing dengan keadaan yang mendadak.

Lama Hanum dan Bima berpikir.

“Bim…”

“Num…”

Keduanya berbicara bersamaan seperti sudah membaca pikiran satu sama lain.

“Kamu duluan yang ngomong.” Kata Bima.

“Kamu udah bilang belum sama ibu bapak kamu tentang kita?”

“Sementara ini belum. Tapi bukan berarti aku nggak akan bilang.” Jawab Bima seadanya.

“Kamu?”

“Aku juga belum bilang sama ibu. Kondisinya masih kayak gini. Menurut kamu ini saat yang baik untuk ngasih tau mereka?”

Bima menggeleng. Saat ini memang tidak tepat dengan adanya kejadian di rumah Hanum yang juga menguras energi dan pikiran. Hanum dan Bima tidak tahu respon apa yang akan mereka dapat dari kedua orang tuanya.

Mereka sudah terlalu lama bersama sebagai teman. Apakah orang tua mereka akan mengerti kalau kini mereka tidak dalam hubungan seperti itu. Mereka sudah melibatkan hati dalam hubungannya.

“Tapi….” Bima angkat bicara namun menggantung kalimatnya.

“Apa?”

“Lebih baik ngomong sekarang meski keadaan lagi kayak gini. Aku takut kalau nanti-nanti malah tambah rumit. Kamu denger kan omongan ibu aku.” Jelas Bima.

“….” Hanum tak menjawab. Ia hanya menatap wajah kekasihnya.

Untuk pertama kalinya Hanum dan Bima menghadapi krisis dalam hubungan mereka, dan kini mereka sedang memutuskan langkah apa yang harus mereka ambil untuk kebaikan mereka dan semua orang.

“Aku setuju. Mungkin agak rumit, tapi lebih cepat lebih baik.” Hanum menyetujui pendapat lelaki di hadapannya dan genggaman tangan mereka semakin erat.

“Okeh. Kita udah mutusin dan apapun yang terjadi kita akan tetep sama-sama.” Bima mengacungkan tangan mereka yang bertaut yang membuat Hanum mengangguk mantap.

Kini keduanya tengah menyusun kata-kata yang mungkin akan mereka sampaikan pada kedua orang tua mereka. Kata-kata mana yang sekiranya akan mudah diterima dan dimengerti.

Puluhan kata sedang mereka pilih dan merangkainya menjadi susunan yang baik dan mengundang persetujuan. Karena meski hubungan keluarga mereka baik, kemungkinan selalu ada. Dan kemungkinan inilah yang mereka hindari. PENOLAKAN.

Hanum dan Bima tak menerima penolakan saat ini, bahkan jika itu terjadi mereka akan tetap berjuang untuk bersama. Mereka sudah sama-sama dimabuk asmara dan enggan untuk berpisah meski hanya beberapa saat, keduanya pasti sudah dilanda badai rindu jika terpisah.

Episodes
1 SATU (PELANGGAN LAMA)
2 DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3 TIGA (IKATAN)
4 EMPAT (PELANGGAN!)
5 LIMA (PERMULAAN)
6 ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7 TUJUH (UANG)
8 DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9 SEMBILAN (KECURIGAAN)
10 SEPULUH (CEMBURU)
11 SEBELAS (AKU MILIKMU)
12 DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13 TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14 EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15 LIMA BELAS (MBAH UTI)
16 ENAM BELAS (AYU)
17 TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18 DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19 SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20 BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21 DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22 DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23 DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24 DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25 DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26 DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27 DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28 DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29 DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30 DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31 TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32 TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33 TIGA PULUH DUA - INGKAR
34 TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35 TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36 TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37 TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38 TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39 TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40 TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41 EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42 EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43 EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44 EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45 EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46 EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47 EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48 EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49 EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50 EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51 LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52 LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53 LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54 LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55 LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56 LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57 LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58 LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59 LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60 LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61 ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62 ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63 ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64 ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65 ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66 ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67 ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68 ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69 ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70 AUTHOR MENYAPA
71 ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72 TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73 TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74 TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75 TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76 TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77 TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78 I am Back
79 TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80 PENGUMUMAN LAGII
81 TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82 TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83 TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84 DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU
Episodes

Updated 84 Episodes

1
SATU (PELANGGAN LAMA)
2
DUA (DESAS-DESUS WARGA)
3
TIGA (IKATAN)
4
EMPAT (PELANGGAN!)
5
LIMA (PERMULAAN)
6
ENAM (IBU BUKANLAH IBU)
7
TUJUH (UANG)
8
DELAPAN (MIMPI BURUK IBU)
9
SEMBILAN (KECURIGAAN)
10
SEPULUH (CEMBURU)
11
SEBELAS (AKU MILIKMU)
12
DUA BELAS (BUKAN IBU LAGI)
13
TIGA BELAS (PERJODOHAN)
14
EMPAT BELAS (RANGKAIAN)
15
LIMA BELAS (MBAH UTI)
16
ENAM BELAS (AYU)
17
TUJUH BELAS (PENGAKUAN)
18
DELAPAN BELAS (PERCOBAAN PENGUSIRAN)
19
SEMBILAN BELAS (KESEPAKATAN)
20
BONUS CHAPTER (VISUAL BIMA DAN HANUM)
21
DUA PULUH (KEMATIAN BU TEJO)
22
DUA PULUH SATU (CALON BESAN)
23
DUA PULUH DUA (MANTAN SUAMI)
24
DUA PULUH TIGA (BUKAN ANAK PAK MAHMUD)
25
DUA PULUH EMPAT (PENGAKUAN YANG TERLAMBAT)
26
DUA PULUH LIMA (POHON PISANG)
27
DUA PULUH ENAM (JAM TANGAN PAK LURAH)
28
DUA PULUH TUJUH (PENCARIAN MAYAT BU TEJO)
29
DUA PULUH DELAPAN (MASIH ADA GANGGUAN)
30
DUA PULUH SEMBILAN (PERINGATAN)
31
TIGA PULUH (RUMAH BARU)
32
TIGA PULUH SATU - MASIH BELUM DITEMUKAN
33
TIGA PULUH DUA - INGKAR
34
TIGA PULUH TIGA - MASIH INGKAR
35
TIGA PULUH EMPAT - KAMIS MALAM
36
TIGA PULUH LIMA - LANGKAH KAKI MISTERIUS
37
TIGA PULUH ENAM - PELIHARAAN
38
TIGA PULUH TUJUH - OSPEK
39
TIGA PULUH DELAPAN - MUSHOLLA TAK KASAT MATA
40
TIGA PULUH SEMBILAN - LAGI-LAGI AYU
41
EMPAT PULUH - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
42
EMPAT PULUH SATU - SEMUANYA MEMBAIK
43
EMPAT PULUH DUA - NYAI MELATI
44
EMPAT PULUH TIGA - KEMATIAN MBAH UTI
45
EMPAT PULUH EMPAT - PENGANTIN TANPA PENGANTIN
46
EMPAT PULUH LIMA - UNDANGAN DARI ALAM GAIB
47
EMPAT PULUH ENAM - KISAH MBAH UTI
48
EMPAT PULUH TUJUH - MAHENDRA
49
EMPAT PULUH DELAPAN - PERNIKAHAN GAIB MBAH UTI
50
EMPAT PULUH SEMBILAN - MULAI PEKA
51
LIMA PULUH - BANTUAN TAK KASAT MATA
52
LIMA PULUH SATU - MENJELANG SEMESTER BARU
53
LIMA PULUH DUA - RUMAH SAKIT TUA
54
LIMA PULUH TIGA - LINGLUNG
55
LIMA PULUH EMPAT - HAMPIR JADI KORBAN PESUGIHAN
56
LIMA PULUH LIMA - SEMESTER BARU
57
LIMA PULUH ENAM - MEMANFAATKAN 'TEMAN'
58
LIMA PULUH TUJUH - DIMANA-MANA ADA AYU
59
LIMA PULUH DELAPAN - BU TEJO DITEMUKAN
60
LIMA PULUH SEMBILAN - KAMBING HITAM
61
ENAM PULUH - PESUGIHAN DAN PELET ASIHAN
62
ENAM PULUH SATU - SIAPAKAH PAK GONDO
63
ENAM PULUH DUA - PERTENGKARAN
64
ENAM PULUH TIGA - RENCANA PERTUNANGAN
65
ENAM PULUH EMPAT - RENCANA PERTUNANGAN II
66
ENAM PULUH LIMA - SIHIR UNTUK HANUM
67
ENAM PULUH ENAM - RAYHAN SAMUDRA
68
ENAM PULUH TUJUH - CEMBURU
69
ENAM PULUH DELAPAN - PENYEMBUHAN
70
AUTHOR MENYAPA
71
ENAM PULUH SEMBILAN - DUA MANGKUK INDOMIE DI PAGI HARI
72
TUJUH PULUH - BAKSO MANG ASEP
73
TUJUH PULUH SATU - KELAPA MUDA DADAKAN
74
TUJUH PULUH DUA - MARTABAK MANIS DAN TELUR
75
TUJUH PULUH TIGA - INI TENTANG PAK GONDO
76
TUJUH PULUH EMPAT - MENCARI DUKUN BARU
77
TUJUH PULUH LIMA - KEBENARAN KEMATIAN BU TEJO
78
I am Back
79
TUJUH PULUH ENAM - INI MASIH TENTANG PAK GONDO
80
PENGUMUMAN LAGII
81
TUJUH PULUH TUJUH - CINCIN
82
TUJUH PULUH DELAPAN - MAAF DAN TERIMAKASIH
83
TUJUH PULUH SEMBILAN - HAMPIR SAJA
84
DELAPAN PULUH - PERASAAN BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!