Selepas Prambudi berangkat kerja, Citra merapikan meja makan, mencuci piring dan membakar sampah plastik di halaman belakang. Beberapa saat setelah itu, terlihat Amanda bangun dari tidurnya. Masih memeluk boneka doraemonnya Amanda berjalan menyusul Citra ke halaman belakang.
"Anak Mamah yang paling cantik sudah bangun rupanya," Citra membelai rambut Amanda dengan lembut.
"Mah, aku mau dibuatin susu," Amanda mengucek ngucek matanya yang bulat.
"Iya sayang, yuk kita ke dapur," Ajak Citra sambil menggandeng tangan Amanda.
Amanda duduk di kursi menunggu mamahnya membuatkan susu ketika HP di atas meja berdering nyaring. Sebuah telepon masuk, Citra melihat HP nya. Telepon dari Nyonya Doto, bundanya.
"Hallo Bunda," Citra menyapa terlebih dahulu.
"Halloo Citra. . . Gimana kabarmu? Sudah beberapa hari kamu ninggalin Bunda sendirian di rumah," Nyonya Doto terdengar mengiba.
"Kita semua sehat Bunda. Aku, Amanda dan Mas Pram semua baik baik saja," Citra menjawab pertanyaan Nyonya Doto dengan ceria, Citra benar benar ingin menunjukkan pada orangtuanya bahwa dia bahagia dengan keluarga kecilnya.
"Nggak usah ngomongin si Budi juga. Aku nggak nanya keadaannya kok," Nyonya Doto sewot.
"Citra anakku, Bunda mohon. . . kasih tahu Bunda sekarang kamu tinggal dimana. Pokoknya Bunda nggak bakal maksa kamu sama Manda pulang, Bunda cuma pengen ketemu kalian saja kok," Nyonya Doto memelas dan memohon pada Citra.
Citra merasa nggak tega juga sebenarnya, mendengar Bundanya memohon seperti itu. Jujur saja Citra juga sudah kangen dengan rumah. Citra kangen untuk jalan jalan ke mall di kota. Sebagai anak orang kaya raya, dirinya sudah terbiasa hidup enak, santai dan sedikit bermewah mewahan.
Kini, Citra seperti menjalani kehidupan di dalam sangkar. Tapi sangkar dengan Prambudi di dalamnya adalah tujuan hidup Citra. Prambudi adalah dunia bagi Citra. Hidup, menua dan mati di dalam sangkar pun akan Citra jalani dengan senyuman jika itu bersama Prambudi, suaminya.
"Citra?," Panggil Nyonya Doto, ketika tidak ada jawaban dari Citra.
"Iya Bunda," Citra sedikit tergagap, sadar dari lamunannya.
"Kasih tahu donk dimana kalian tinggal sekarang," Nyonya Doto mengulang kembali permintaannya.
"Minggu depan biar Citra saja yang datang berkunjung ke rumah Bunda," Citra memutuskan minggu depan menengok Bundanya.
"Berkunjung? Pulang kan maksudmu Nak?," Nyonya Doto terdengar tidak suka dengan pemilihan kata yang digunakan Citra.
"Rumahku sekarang disini Bunda, sama Mas Pram. Pokoknya Bunda jangan kesini dulu, biar aku sama Manda saja yang ke rumah Bunda minggu depan," Citra bersikeras, kekeuh dengan keputusannya.
"Baiklah. Boleh Bunda bicara sama Manda?," Nyonya Doto merasa kangen pada cucunya.
"Maaf Bunda, Citra nggak mau Bunda mempengaruhi Amanda agar pulang ke rumah Bunda. Udah dulu ya Bunda. Tunggu saja kami berkunjung minggu depan," Citra merasa perlu tegas pada Bundanya.
"Maafin Citra ya Bunda," Citra mengakhiri teleponnya.
Citra meletakkan HP nya kembali. Sudut mata Citra terasa basah. Hati Citra sakit dan tak tega mengingat perlakuannya pada Nyonya Doto barusan. Tapi tak ada pilihan lain, Citra harus menguatkan hati. Dulu suaminya menahan diri tinggal di rumahnya dalam keadaan terhina. Kini, ketika suaminya mendapat pekerjaan dan mereka bisa hidup mandiri maka giliran Citra untuk berkorban.
"Maahh, susunya mana?," Pinta Amanda. Citra tersadar, kemudian segera mengambil botol susu untuk Amanda.
"Sebentar ya Sayangg," Citra tersenyum pada Amanda.
Dukk Duuk Dukkkk
Terdengar sebuah suara, seperti berasal dari lantai atas. Citra terdiam, menajamkan pendengarannya.
Duukkk dukkk dukkk duukkkk
Kali ini suara terdengar lebih keras dan bertubi tubi, seperti ada kaki kaki kecil yang berlarian. Bulu kuduk Citra meremang. Citra buru buru membuatkan susu untuk Amanda dan meminta Amanda untuk segera menghabiskannya. Citra ingin segera keluar dari rumah, mungkin hari ini mau ke rumah bu Utami lagi, atau ke bu Sum, atau mungkin ke Bu Idha. Entahlah, yang penting keluar dari rumah.
"Maahh, suara apa ya itu?," Amanda bertanya dengan wajah polosnya. Ternyata dia juga mendengar apa yang didengar oleh Citra.
"Itu tikus sayang," Citra menjawab asal asalan. Atau mungkin memang itu suara tikus yang berlarian, bisa jadi.
"Coba saja masih ada Kity Maahh, tikus nggak bakal berani lari lari di rumah kita," Amanda terlihat sedih mengingat kucingnya yang sudah mati.
"Iya Sayaangg, tapi ya gimana. . .Kity kan sudah nggak ad. . .," Citra tercekat, tidak meneruskan kalimatnya. Terdengar sebuah suara.
Meeoowww Meoowww Meoowwww
Suara kucing, suara yang persis seperti suara Kity. Citra semakin takut, tengkuknya terasa dingin.
"Mah, itu kayaknya Kity deh. Dia hidup lagi Mah," Amanda terlonjak, wajah polosnya terlihat bahagia.
"Manda sayang, makhluk hidup yang sudah mati itu nggak mungkin bisa hidup lagi," Citra ketakutan, menggenggam tangan Amanda dengan erat.
Meeoowww Meoowww Meeooowwww
"Itu Mah dengerin Maahh. Itu si Kity Maahh. Mungkin kasihan ngelihat Amanda sedih, jadi dia bangun lagi Mah," Amanda ngotot kalau suara kucing di atas adalah Kity.
"Ayok Mah kita ke atas, kita lihat," Amanda merengek.
"Jangan sayang. Itu bukan Kity, percaya sama Mamah," Citra berusaha meyakinkan Amanda.
"Ayok kita lihat Maahh. Manda mau lihat," Amanda makin menjadi jadi, mengguncang guncangkan genggaman tangan Citra.
"Sayaangg, " Citra menatap Amanda, menggelengkan kepala. Memberi isyarat pada Amanda untuk tidak melihat ke atas.
"Pokoknya Manda mau lihat," Amanda hendak menangis, wajahnya memerah. Citra semakin bingung dan gusar.
Meeoowwwwww
Duukk Dukk Dukkk Dukkk
Terdengar langkah kaki kecil menuruni tangga. Citra menelan ludah, memeluk Amanda erat.
Dukkk
Meeoowwwwww
Terlihat, seekor kucing datang menghampiri Citra dan Amanda. Kucing berwarna hitam legam dengan ekor yang panjang. Ternyata bukan Kity yang hidup lagi, hanya suaranya saja yang mirip. Tapi, darimana kucing itu berasal? Kucing naik ke atas meja dan langsung duduk manis di hadapan Citra dan Amanda.
"Lucu ya Mah," Amanda terlihat ceria, langsung mengelus elus kucing yang ada di hadapannya itu. Citra diam saja, masih mengamati kucing liar yang tiba tiba saja muncul dari lantai atas. Kucing itu terlihat bersih terawat, warnanya benar benar hitam legam tidak ada corak lain di tubuhnya. Bola mata kanan berwarna kecoklatan sementara sebelah kiri berwarna kebiruan.
"Bagus sih, tapi matanya kok beda ya. . .baru kali ini Mamah lihat kucing seperti ini," Citra bergumam, Amanda ikut memperhatikan.
"Ya kan lucu Maahh. Kita rawat ya Mahhh," Amanda memohon pada Citra.
"Tapi kan bisa jadi ini milik tetangga Nak. Mungkin ada yang punya lho," Citra terlihat ragu untuk menyetujui permintaan anaknya itu.
"Ya sementara sebelum ada yang nyari Maahh. Kita rawat ya. Ya Mah yaaa," Pinta Amanda, merengek pada Citra.
"Iya deh," Citra akhirnya mengalah, menuruti keinginan Amanda.
Meeooooowwww
Kucing itu mengeong panjang, seakan tahu mendapat tuan yang baru.
Bersambung. . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
FiaNasa
apakah itu kucing nya mbok Ginah ya 🤔🤔🤔jd merambat ke crita daani di awal aq ini 😀
2024-01-16
0
Ichsan Abdillah
wahh odd eye.. kek kucing ku di rumah
2024-01-13
0
Blue Love
Pram ini pake pelet mungkin,??🤔🤔 dia bs ngucap mantra2 gitu soalnya
2024-01-02
0