Citra beberapa kali berusaha menelepon suaminya, namun tidak ada jawaban. Ada rasa gelisah di hatinya, sudah jam 5 sore Prambudi belum juga sampai di rumah. Citra dan Amanda menunggunya di halaman depan. Mereka enggan masuk ke dalam rumah sebelum Prambudi pulang.
Selesai sarapan pagi tadi, Citra dan Amanda langsung ke rumah Bu Utami. Mereka lebih memilih bercengkerama dengan tetangga seharian daripada harus berada di rumah. Untunglah tetangganya begitu baik hati dan pengertian, atau mungkin mereka semua sudah tahu ada yang tak beres dari rumah tersebut sehingga memaklumi jika penghuninya tak kerasan berada di rumah.
Sekitar sepuluh menit berikutnya terdengar suara motor memasuki halaman rumah. Prambudi mengendarai sebuah motor matic baru, Citra cukup heran melihatnya.
"Motor siapa Mas?," Tanya Citra penuh selidik.
"Dipinjami temen kantor," Prambudi tersenyum dengan jawabannya yang terdengar asal asalan.
"Serius? Kok baik banget?," Citra bertanya sekali lagi.
"Iya. Yok masuk yuk. Kalian nungguin aku kann," Prambudi nyengir.
"Kok bisa dipinjami motor Mas?," Citra kembali bertanya saat mereka sudah berada di dalam rumah.
"Ya nggak tahu, itulah kebaikan Cit. Mungkin kasihan ngelihat rekan kerja baru yang tak punya apa apa sepertiku," Prambudi mengambil air minum di dispenser dan menenggaknya.
"Temen kantormu itu cewek atau cowok mas?," Citra terus menerus bertanya, membuat perasaan Prambudi nggak nyaman. Ada rasa jengkel di hatinya.
"Emang penting ya?," Prambudi balik bertanya.
"Ya penting lah Mas," Citra terlihat cemberut.
"Temen kerja cewek," Jawab Prambudi pendek. Mata Citra langsung melotot, ada amarah di sorot matanya.
"Tuh kan . . . nggak bener itu Mas. Pokoknya motor itu harus segera dikembalikan," Citra meninggikan suaranya.
"Kamu kenapa sih?," Prambudi menatap Citra.
"Mas, tidak ada orang yang tiba tiba sebaik itu ketika baru dua hari kenal. Pasti ada udang di balik batu Mas," Citra benar benar marah kali ini.
"Hah? Kamu belum kenal orangnya sudah nuduh yang tidak tidak, itu nggak baik Cit," Prambudi benar benar merasa kesal.
"Coba Mas mikir deh, mana ada orang tiba tiba ngasih pinjam motor. Motor baru pula," Citra menunjuk nunjuk kepalanya sendiri.
"Au ah. Aku tuh pulang kerja, capek. Kenapa malah kamu ajak berdebat sih. Aku jelasin ya, itu motor . . .temenku dapat hadiah dari tabungan bank, daripada nggak kepake dipinjamkanlah padaku. Udang di balik batunya mana coba," Prambudi bersungut sungut.
"Pokoknya aku nggak suka ya Mas. Besok balikin ke orangnya," Citra kekeuh dengan perintahnya.
Braaakkkkkkk
Prambudi menggebrak meja makan. Dia mendengus kesal. Kemarahannya telah memuncak. Capek badannya, capek pula hatinya. Citra sedikit kaget dengan perangai Prambudi kali ini. Ada rasa takut di hatinya. Seingatnya Prambudi tidak pernah marah seperti ini padanya.
"Yaahh, ayah jangan marah marah ya," tiba tiba saja Amanda menggenggam tangan Prambudi.
Prambudi menoleh, dilihatnya gadis kecil dengan mata bulat itu menatap padanya memohon. Amarahnya berangsur angsur mereda. Prambudi kemudian berjongkok di depan Amanda.
"Maafin ayah ya Nak," Ucap Prambudi. Hanya kalimat itu yang bisa Prambudi katakan. Dia sadar betul, sebuah dosa besar memperlihatkan amarah dan pertengkaran di hadapan seorang bocah.
"Baiklah, besok motornya akan kukembalikan," ujar Prambudi, menghela nafas, kemudian berdiri kembali.
Prambudi mengambil gelas dan menuangkan air putih dari dispenser.
"Minumlah, air putih akan mendinginkan hatimu," Prambudi menyodorkan air putih untuk Citra.
Citra menerimanya, kemudian meminumnya hingga tandas.
"Sekarang aku mau mandi dulu," Prambudi melangkah ke halaman belakang untuk mengambil handuk.
* * *
Sehabis maghrib Citra merasakan kantuk yang luar biasa. Amanda bahkan sudah tidur terlebih dahulu. Sementara Prambudi masih terlihat di depan meja makan membaca buku, sebuah cangkir besar berisi kopi menemaninya. Citra berjalan mendekati suaminya itu.
"Mas, aku kok nguantuk ya Mas," Citra memegang kepalanya yang terasa berat.
"Emosi membuat tubuhmu cepat lelah," Prambudi menjawab dengan enteng.
"Apa iya," Citra mencibir perkataan suaminya.
"Aku belum masak. Mas mau tak buatin apa?," Citra hendak beranjak menyalakan kompor saat Prambudi menggenggam tangannya.
"Nggak usah, kamu tidur saja. Nanti aku tak beli bakso atau buat mie saja," Ujar Prambudi pelan. Prambudi menatap Citra dengan tatapan sayu.
"Nggak usah menatapku melas gitu lah Mas," Citra tersenyum.
"Maafin aku ya Cit," Prambudi berujar lirih.
"Untuk apa Mas?," Citra bertanya nggak ngerti, rasa kantuknya semakin menjadi jadi.
"Ya untuk semuanya. Seandainya kamu tidak mengenalku, mungkin kehidupanmu akan jauh lebih bahagia," Prambudi melingkarkan tangannya di pinggang mungil Citra.
"Lebih bahagia dengan hidup tanpamu Mas? Omong kosong," Citra duduk di pangkuan Prambudi menyandarkan kepalanya di bahu Prambudi. Karena rasa kantuknya sudah tak tertahankan lagi, Citra memejamkan matanya, tertidur dengan rasa nyaman dalam dekapan Prambudi.
"Bersabarlah sayang, aku akan berusaha membuatmu bahagia. Apapun caranya," Prambudi mengecup kening istrinya yang sudah tertidur.
Prambudi segera mengangkat tubuh Citra, terasa ringan. Prambudi membawa Citra masuk ke kamar dan menidurkannya di ranjang. Dia menatap istri dan anaknya secara bergantian. Kemudian mengambil jaket di gantungan baju. Dengan sedikit berjingkat Prambudi keluar kamar.
Prambudi berjalan keluar rumah, menutup pintu depan dengan pelan pelan. Langit nampak begitu kelam, padahal baru jam setengah tujuh. Prambudi menuntun motornya ke jalan, menghidupkannya dan segera meluncur menembus dinginnya hawa pedesaan.
Prambudi memacu motornya melewati jalanan semen, hingga masuk di jalan beraspal yang halus. Prambudi terus menambah kecepatan motornya menuju ke arah kota. Ada sebuah tempat yang harus ia kunjungi malam ini.
Sampailah Prambudi di sebuah tempat yang gemerlap, semakin malam semakin terlihat terang dan ramai. Di tempat itu, laki perempuan berpasang pasangan tanpa sebuah ikatan. Prambudi duduk di salah satu sudut warung, memesan wedang jahe dan mie rebus. Matanya nyalang, melihat kesana kemari, memperhatikan setiap orang yang ada disana.
Entah sejak kapan Prambudi lumayan sering mengunjungi tempat itu, lok*lis*si terbesar di kota. Awalnya dia datang kesana untuk mengikuti dan memata matai Pak Doto. Pada waktu itu akhirnya Prambudi tahu, bahwa Pak Doto suka 'jajan' di tempat ini. Sebuah rahasia yang dijadikan Prambudi sebagai senjata, hingga akhirnya dia diperbolehkan mempersunting anaknya.
Pak Doto merupakan orang yang keras kepala. Ketika tahu Citra sudah mengandung, awalnya dia tetap tidak mau menikahkan putri satu satunya itu dengan Prambudi. Hingga akhirnya Prambudi mencari celah untuk sedikit mengancam sang konglomerat arogan. Dan lok*lis*si inilah kartu As nya. Namun entah sejak kapan, Prambudi jadi keterusan lumayan sering nongkrong di tempat yang seharusnya tidak dia kunjungi itu.
* * *
Duk Duk Duk
Kriieettttt
Sebuah suara membangunkan Citra. Suara dari lantai atas. Citra melihat HP nya, jam dua belas malam lebih sepuluh menit. Citra mencari cari Prambudi, suaminya itu tidak ada di tempat tidur. Sedikit ragu dia keluar dari kamar tidurnya.
"Mas? Mas Pram?," Citra memanggil manggil suaminya.
Malam yang begitu dingin, Citra bersedekap memeluk dirinya sendiri. Citra hendak melangkahkan kakinya menaiki tangga, ketika sebuah suara menyapanya dengan ramah dari lantai atas.
"Kok bangun sayang?," Prambudi tersenyum sambil menuruni anak tangga.
"Mas ngapain di atas?," Citra bertanya heran.
"Nggak ngapa ngapain, cuma lihat rembulan di balkon," sahut Prambudi pelan.
"Ayok kita tidur lagi, aku ngantuk," Prambudi menggandeng Citra kembali masuk ke dalam kamar.
Bersambung . . .
Terimakasih untuk teman teman yang sudah mendukung tulisan horor kedua dari Bung Kus.
Jangan lupa like, vote, klik gambar hati juga ya.
Jaga kesehatan dan selalu bahagiaaa. . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
FiaNasa
ternyata Prambudi gak sebaik yg citra kira ya,,lalu siapa yg dirumah citra ini kan Pram belum pulang tuh
2024-01-16
0
novita setya
waaaa sopo kui
2023-10-16
0
IG: _anipri
lah, itu Prambudi kah?
2023-01-06
2