Namanya Rohmat. Pria berusia dua puluh tahun, lulusan SMP, seorang yatim piatu sejak duduk di bangku sekolah dulu. Hidup sebatang kara, namun punya semangat tinggi untuk bekerja keras. Seperti biasa, sehabis adzan subuh dia sudah mengendarai motor bebek bututnya, membawa gerobak sayur yang dibonceng di jok belakang.
Setiap hari, saat matahari belum nampak di kaki bukit, Rohmat sudah berada di pasar induk kecamatan memilih milih sayuran yang mungkin dibutuhkan oleh emak emak pelanggannya. Setelahnya dia berkeliling dari satu tempat ke tempat lain memencet mencet klakson motornya yang bersuara khas karena aki nya tekor.
"Say Say Sayyuuurrr," Begitulah teriakan Rohmat dengan suara seraknya dengan nada fals, memecah dinginnya udara pagi.
Biasanya, emak emak langsung mengerubutinya, memilih sayur juga bahan lauk pauk yang dia bawa. Namun sepertinya pagi ini dia sedang kurang beruntung. Tidak ada satupun emak emak yang berusaha menghentikan laju motornya. Hampir semua rumah masih tertutup rapat. Apa mungkin karena hawa dingin, mereka jadi males keluar rumah? Rohmat mulai khawatir, dagangannya tidak laku sama sekali. Bisa gulung tikar nih.
Rohmat mulai memasuki jalanan pedesaan yang terbuat dari semen. Dan di depan sana ada rumah di ujung jalan persis di tengah pertigaan. Rumah kosong, yang selalu membuat Rohmat merinding jika lewat di depannya. Rohmat hendak menambah kecepatan motornya, agar bisa segera melewati rumah tersebut, saat tiba tiba ada seekor kucing anggora nyelonong dari dalam rumah ke jalanan.
Ckiittttt
Untung Rohmat cekatan, dapat mengerem motornya tepat waktu, jadi si kucing berbulu indah itu selamat. Nggak rugi Rohmat sering mainin game motoGP di Playstation, refleksnya dalam berkendara jadi lebih bagus.
"Dasar kir*k!," Rohmat mengumpat.
"Eh, kucing ya bukan anak anj*ng," Rohmat bergumam sendiri.
Tiba tiba saja ada suara langkah kaki dari dalam rumah kosong. Bulu kuduk Rohmat merinding hebat. Keringat sebesar biji jagung langsung keluar dari sekujur pori pori kulit Rohmat. Dia panik, motornya terlanjur mati ketika dipakai mengerem mendadak tadi.
Rohmat segera memencet mencet tombol starter motornya, nggak berfungsi. Semakin panik lagi, ketika terdengar pintu depan rumah terbuka. Dan semakin ngeri, ketika dari dalam rumah terlihat ada Mbak mbak memakai piyama warna putih berjalan mendekati Rohmat.
"Duh, Gustiiiiii. . .mohon ampuunn, saya memang jomblo tapi dikasih lihat wanita cantik kok yo dari dunia lain to yooooo," Rohmat turun dari motornya, hendak bersujud mengiba. Tidak ada pilihan lain, mau lari pun susah, Rohmat pasrah.
"Bang, ngapain sih?," Sosok itu bertanya pada Rohmat.
Rohmat mendongak. Mbak mbak di hadapannya itu benar benar cantik. Tanpa riasan, hanya memakai piyama putih, kulitnya juga tak kalah putih dari pakaiannya. Rambutnya sebahu, hitam legam, dengan bibir semburat merah muda tanpa lipstik.
"Ini kalau bukan dedemit, pasti widodari," Gumam Rohmat.
"Ngapain sih Bang?," sekali lagi sosok mbak cantik itu bertanya.
"emm em Mbak nya siapa?," Rohmat memberanikan diri bertanya tergagap.
"Saya yang tinggal di rumah ini," Mbak cantik itu menunjuk rumah di depan Rohmat.
"Bukan hantu? Manusia ini?," Rohmat meyakinkan diri.
"Ngawur. Nama saya Citra Bang. Baru kemarin menempati rumah ini," Sosok cantik yang tak lain dan tak bukan adalah Citra, istri Prambudi itu tersenyum ramah pada Rohmat. Rohmat tertegun sesaat, takjub dengan penglihatannya.
"Ternyata beneran ada ya widodari tak bersayap. Tapi kok tinggalnya di rumah ini to yoo," Rohmat bergumam sendiri, geleng geleng kepala.
"Hah? Kenapa Bang?," Citra bertanya, tak mengerti apa yang dimaksud Rohmat.
"Ah tidak apa apa Mbak," Rohmat cepat cepat menjawab, takut salah omong.
"Bang, lihat kucing anggora yang tadi lari kesini?," Citra bertanya, mencari cari kucingnya.
"Itu Mbak," Rohmat menunjuk kucing di seberang jalan yang hampir dia tabrak tadi.
Citra segera menghampiri dan menggendong si Kity, yang entah kenapa sejak semalam dia berlari larian terus, seperti hendak minta keluar dari rumah.
"Mbak nggak belanja sayur?," Rohmat tersenyum menawarkan dagangannya pada Citra. Citra berpikir sejenak.
"Butuh sih Bang. Coba tak tanya suamiku dulu, mau dimasakin apa hari ini. Tunggu sebentar ya Bang," Citra bergegas masuk ke dalam rumah.
"Waduh, udah bersuami to. Tak pikir masih single, tau nya ganda campuran," Rohmat bergumam sendiri.
Beberapa menit kemudian Citra kembali ke depan. Memilih beberapa sayuran yang sepertinya hendak dimasak sop. Juga membeli satu plastik berisi setengah kilo potongan daging ayam.
"Berapa Bang?," Tanya Citra sambil memperlihatkan bahan masakan yang dipilih.
"Emmm, dua bungkus sop sop an 5 ribu, ayamnya lima belas ribu, tahu mentahnya 2 ribu, tempe kecil kecil 4 dua ribu. Totalnya dua puluh enam ribu Mbak. Diskon pelanggan baru, dua puluh lima ribu aja deh," Rohmat tersenyum pada Citra, pelanggan barunya yang super cantik itu.
"Waah, murah ya. Kalau di kota nggak dapet nih uang segitu," Citra menyodorkan selembar uang lima puluh ribu.
"Lho, mbak sebelumnya tinggal dimana sih?," Rohmat bertanya penasaran.
"Di kota Bang, deketnya alun alun, nggak jauh dari situ," Citra menjawab, masih menunggu uang kembalian dari Rohmat.
"Kok pindah kesini?," Tanya Rohmat lebih lanjut. Rohmat memang selain penjual sayur keliling juga merupakan agen per gosip an emak emak. Jadi, dia merasa punya tanggung jawab dan kewajiban untuk meng update setiap informasi yang ada.
"Iya Bang. Suami aku dapat kerja di daerah sini," Jawab Citra lagi.
"Kerja dimana Mbak?," Rohmat melanjutkan pertanyaannya. Dia benar benar profesional untuk urusan kepo dan mencari bahan per gosip an.
"Di pabrik asbes Bang. Emang deket ya dari sini?," Citra kali ini balik bertanya pada Rohmat.
"Oh iya deket. Lumayan tuh, gajinya disana gedhe," Rohmat menimpali.
"Begitu ya Bang, syukurlah," Citra terlihat lega mendengarnya.
"Iya, kata temen nongkrongku sih Mbak. Dia kan juga kerja disana. Bagian yang angkat angkat tuh, itu aja udah bisa beli motor padahal baru kerja beberapa bulan. Aku pernah mau ngelamar kerja disana, tapi sulit untuk lulusan SMP kayak aku Mbak," Rohmat memberikan uang kembalian pada Citra.
"Mbak, kok pilih tinggal disini sih Mbak?," Rohmat masih melanjutkan pertanyaannya, yang sebenarnya membuat Citra cukup jengkel juga.
"Emang kenapa Bang?," Citra bertanya, meskipun sudah enggan melanjutkan percakapan namun ada rasa penasaran di hatinya.
"Ah, eng ya enggak sih nggak pa pa. Udah kelamaan nih Mbak kita ngobrol, saya mau lanjut keliling dah," Rohmat berpamitan, menghidupkan motornya dengan mudah. Tadi motornya sempat nggak bisa nyala mungkin efek karena dia sedang panik. Memang, panik berlebihan bisa membuat hidup menjadi runyam.
"Besok besok kalau jualan lewat sini, jangan lupa manggil ya Bang. Siapa tahu aku lagi butuh bahan masakan lagi," Citra berpesan pada Rohmat.
"Siap Mbak," Rohmat tersenyum dan langsung melesat menggeber motornya, ada rasa bahagia dalam hatinya mendapat pelanggan baru yang super cantik.
BERSAMBUNG . . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Yuli a
omeygat.... tempe harganya gopek.... tahun kapan ini....😁
2025-01-19
2
_yuniarti.sherli_
murah bener, mampir sini bang...duit 26rebu dah dapat sayur ayam sama hupe 🥲
2025-01-29
0
Rose_Ni
Rohmat merangkap tugas jadi Admin Lambe Bubrah
2024-02-02
1