Matahari merangkak naik keatas puncak, pertanda pagi yang cerah telah tiba. Grace hendak pergi bersama Rachel mengajukan surat lamaran ke beberapa perusahaan swasta ataupun negeri. Tadinya Grace ingin menemani pasangan sampah itu membeli cincin. Tapi, Belle menemuinya pagi-pagi sekali dan mengatakan jika dia tak perlu ikut, Mungkin kakak tercintanya itu takut perhatian Alex akan teralihkan.
Entahlah, Grace tak tahu alasan pastinya dan ia tak peduli. Perasaan cintanya berubah menjadi kebencian. Penghianatan Alex benar-benar mengoyak hatinya.
Grace bergegas mengambil kunci mobil, hanya satu mobil yang Grace punya. Itupun bukan mobil mewah berharga fantastis, tetapi mobil bekas yang masih layak pakai.
Lain halnya dengan Belle, setiap kali Belle berulang tahun. Daniel selalu membelikan mobil baru sebagai hadiah. Sedikit iri, namun Grace sudah terbiasa dengan perlakuan berbeda itu.
Decitan terdengar nyaring, tatkala Grace menekan rem tepat di depan halaman apartemen Rachel. Terlihat Rachel berlari menghampirinya dengan raut wajah kesal.
"Lama sekali kau. Hampir satu jam aku menunggu. Kau mau membuatku marah ya?" cibir Rachel, kesal dengan keterlambatan sahabatnya.
"Maafkan aku Re, jalanan macet. Tadi ada kecelakaan lalu lintas." Grace membual, berharap Rachel percaya dengan kebohongannya.
"Alasan!"
"Ck, kalau tak percaya yasudah. Kemana kita pergi sekarang?" Grace mengalihkan pembicaraan dan benar saja Rachel terkesiap menyodorkan setumpuk koran berisi iklan lowongan kerja.
Walaupun berasal dari keluarga berada, tak membuat mereka manja dan mengandalkan harta orang tua. Keduanya ingin bekerja keras dan menghasilkan upah.
Tiga jam mereka mondar mandir, ke sana kemari menyerahkan surat lamaran satu persatu. Entah kenapa matahari begitu terik hari ini. Rasa panasnya pun sampai membakar kulit.
Hingga akhirnya mereka singgah di salah satu kedai kopi di pinggir jalan. Cukup ramai, meskipun tempat dan pelayanan tak sehebat restoran bintang lima. Namun, keramahan pegawai kedai tersebut membuat kesan yang baik di mata pelanggan.
"Ternyata mencari pekerjaan tak semudah yang aku kira, kakiku pegal sekali!" keluh Grace, memijat pelan lutut sampai tumit kakinya.
"Yah kau benar, kini aku harus mensyukuri semua hal yang aku punya tanpa harus merasa kurang. Pasti di luaran sana banyak orang yang bekerja siang sampai malam hanya untuk sepotong roti!" tambah Rachel.
Grace mengangguk setuju, Rachel mengatakan hal yang benar. Bukankah, kita harus bersyukur bisa makan tiga kali sehari dengan porsi yang cukup.
"Aku ke kamar kecil sebentar, kau tunggu disini. Jangan kemana-mana!" Grace mengangguk, membiarkan Rachel beranjak dari tempat duduk.
Grace meraih ponsel yang sedari tadi menganggur. Membuka layar kunci membalas pesan masuk sembari menunggu. Decitan kursi membuat Grace terperanjat. "Secepat itu?" tatapannya menajam kala melihat seorang pria duduk manis seraya menatapnya sendu. Grace kira Rachel sudah selesai.
Orang itu bukan Rachel. Tetapi Alex, seharusnya dia membeli cincin bersama Belle. Lantas, kenapa dia bisa ada disini. "Kau disini? Aku harap kau tidak meninggalkan kakakku sendiri dipusat perbelanjaan. Pergilah! aku tidak mau dia menyalahkan aku atas kepergian mu nanti." seru Grace dingin.
"Aku ingin mengatakan sesuatu, Grace!"
"Aku tidak punya urusan dengan mu!" Grace beranjak dari tempat duduk, hendak meninggalkan Alex sendiri. Namun, tangan Alex berhasil menahannya.
Grace menatap Alex tajam, tidak dapat dipungkiri jauh dari dalam lubuk hatinya, Grace masih memiliki perasaan pada mantan tunangannya itu. Apalah dayanya, takdir tak memperbolehkan mereka bersama. Perjuangannya berakhir dengan perpisahan. Perasaannya kandas di tengah jalan.
"Pria itu, apa yang dia lakukan di tempat ini?" geram Rachel. Begitu keluar dari kamar mandi saat mendapati pemandangan yang kurang mengenakkan.
Rachel berlari kencang tak memperdulikan tatapan aneh pengunjung kedai. Dengan kasar Rachel memukul tangan Alex yang mencengkram pergelangan tangan Grace dan membuatnya merintih kesakitan. Terpaksa ia melepaskan cengkeramannya dan berjongkok menahan sakit.
"Apa yang kau lakukan disini?" galak Rachel. Menarik Grace kebelakang, menyembunyikannya di balik punggung. "Aku ingin berbicara empat mata dengan Grace, tolong tinggalkan kami?" Alex tidak suka dengan Rachel yang terlalu mencampuri urusan Grace.
"Kau gila! aku tidak akan membiarkan sampah seperti mu mendekati sahabatku!" kesal Rachel, menarik Grace pergi dari kedai tersebut. Alex terpaku ditempat duduknya, mengamati punggung Grace sampai kedua gadis itu benar-benar menghilang dari pandangannya.
I love you Grace.
Sementara itu, diujung kedai terlihat Damian geram melihat tingkah Alex. Dengan perasaan kesal ia menghubungi adam dan menyuruh pria itu memikirkan cara agar Grace bisa menjadi istrinya. "Aku tidak mau tahu bagaimana pun caranya, kau harus membuat Grace menandatangani surat pernikahan itu. Ku beri waktu 2 hari!" langsung menutup sambungan telepon tanpa mendengar jawaban sekretarisnya.
Di seberang sana, Adam menggerutu kesal. Mulutnya bergerak kecil, menggunjing Damian yang menutup sambungan secara sepihak. Adam menjatuhkan dirinya ke sofa empuk, memikirkan cara agar Grace mau menikah dengan bosnya.
Tidak ada cara lain selain memaksa Daniel bertindak. "Buat saham Elard grup turun drastis!"
🦋🦋🦋🦋
Hari pertunangan Alex dan Belle telah tiba, pesta yang begitu mewah diadakan di hotel berbintang lima milik keluarga. Grace menyambut semua tamu dengan senyum mengembang seolah ikut andil dalam kebahagiaan kakaknya. Aktingnya terlalu bagus, sampai tidak ada yang sadar jika gadis malang itu tengah menahan sakit. Bibirnya memang tersenyum, namun hatinya?
Acara berjalan lancar, sampai asisten Daniel mendekat dan membisikkan sesuatu yang membuat raut muka Daniel berubah kecut dalam sekejap. Keduanya meninggalkan pesta, lalu masuk kedalam kamar pribadi Daniel. "Kau bercanda, bagaimana bisa nilai saham kita menurun drastis secara tiba-tiba. Kemarin semuanya masih baik-baik saja bukan?" katanya sambil memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri.
"Mr. Wilson menarik semua dana investasinya, tuan. Dengan memakai alasan proyek yang kita tawarkan tidak menarik minatnya!"
Berubah pikiran secepat ini, mana mungkin. Kami baru menandatangani kontrak itu dua hari yang lalu.
"Buat janji temu dengan Adam, aku akan kembali ke pesta untuk sementara waktu. Jangan sampai berita ini tersebar luas. Reputasiku bisa hancur nanti!" titahnya.
"Baik tuan!" menunduk hormat sebelum berlenggang keluar.
Semua tamu datang memenuhi kursi undangan. menyaksikan hiburan yang telah disediakan. Sebagian besar tamu yang datang adalah rekan bisnis Daniel. Tak hanya itu, teman-teman Belle juga keluarga besar turut hadir dalam acara tersebut.
Hingga tibalah acara inti yaitu pertukaran cincin dijari masing-masing mempelai. Lagi-lagi Belle membuat Grace terlihat menyedihkan dengan menyuruh Grace membawa dan memegang kotak cincinnya.
Keduanya saling menautkan cincin. Namun, saat giliran Alex menyematkan cincin tersebut. Laki-laki itu menatap Grace singkat, seolah memohon pada Grace agar menghentikan pertunangan konyol ini.
Namun, Alex langsung tahu apa dan bagaimana jawaban Grace, begitu melihat Grace memalingkan wajah. Dengan terpaksa ia menyematkan benda berbentuk lingkaran dengan satu permata biru itu ke jari manis Belle.
Semua tamu undangan bertepuk tangan, memberi ucapan selamat secara bergantian. Belle nampak bahagia, tapi tidak dengan Alex. Seandainya malam itu Alex tidak minum, mungkin statusnya masih sama. Sedikit curiga, pagi itu Alex tak menemukan Belle di kamar hotel. Lalu mengapa Belle bisa hamil.
CCTV juga rusak, tidak ada saksi yang melihat Belle membawanya masuk kedalam kamar. Tapi foto itu, dari mana Belle mendapatkannya.
Acara pertunangan telah usai, Daniel dengan asistennya pergi menemui Damian. Hatinya tak henti-hentinya berdoa, berharap Damian berhasil ia yakinkan. Mungkin perusahaannya akan lengser begitu Damian bersikukuh menolak kerja sama ini.
Hingga tibalah waktu pertemuan Daniel dan Damian. Keduanya duduk berseberangan seraya menikmati secangkir kopi dan dessert terenak di restauran tersebut.
"Selamat malam, tuan!" sapa Daniel bas-basi.
"Apa yang membawa mu datang kemari?" Daniel merapatkan gigi, kesal karena Damian bersikap seolah tidak tahu apa-apa.
"Tuan, saya mohon jangan menarik dana investasi anda di perusahan saya. Saya akan memperbarui ide-ide proyek kami agar lebih memuaskan anda."
Damian menautkan sebelah alisnya, "aku tidak tertarik dengan proyek itu. Pergilah, jangan membuang-buang waktuku."
"Tidak, apakah anda menginginkan sesuatu. Seperti saham ataupun keuntungan lain?" Damian tergelak. Apa yang tidak Damian miliki sekarang. Hanya Grace yang Damian inginkan.
"Aku ingin salah satu putri mu untuk aku nikahi!" ucap Damian tanpa basa-basi. Daniel menelan ludahnya kasar. Jantungnya berdetak kencang, terkejut mendengar permintaan Damian.
"Siapa yang anda inginkan tuan?"
"Grace, aku menginginkan putri bungsu mu. Aku tertarik padanya!" jawab Damian cepat.
"Tepat sekali, saya juga ingin menyerahkan dia pada anda, tuan." Damian dan Adam menatap Daniel dengan tatapan jijik. Sudah mereka duga Daniel akan menumbalkan Grace.
"Minta dia menandatangani surat pernikahan itu. Aku akan datang besok dan membawanya pulang!" melemparkan map bewarna coklat kearah Daniel
"Kalau begitu, saya permisi!"
🦋🦋🦋🦋
Sampai di kediamannya Daniel bergegas masuk, berteriak memanggil Grace. Berulang kali ia memanggil. Namun, Grace tak kunjung datang. Belle menghampiri ayahnya, "dad apa semuanya baik-baik saja. Kenapa kau berteriak-teriak?" tanya Belle, memegang lengan Daniel menenangkan amarah sang ayah.
Grace yang mendengar ayahnya memanggil namanya pun akhirnya turun. "Kenapa dad?" tanya Grace, mengernyit dahi. Tumben sekali ayahnya ini mencarinya.
"Baca dokumen ini!" memberikan map yang di bawanya dari perusahaan Damian tadi.
Grace mengambilnya, perlahan ia buka pengait map tersebut. Dengan seksama ia membaca setiap kalimat yang tertulis.
Tunggu bukankah ini dokumen pernikahan, untuk apa pak tua ini memberikannya padaku.
"Ini surat pernikahan, kenapa kau memberikannya padaku. Bukankah kak Belle yang akan menikah?" Grace mengira itu surat pernikahan Alex dan Belle.
"Tanda tangani dokumen itu!" kata Daniel dengan suara tegas. Mata Grace melebar, mendadak tubuhnya kaku. Sekali lagi Grace membaca dokumen tersebut, mencari tahu nama mempelai pria.
Damian Efrat Wilson, siapa dia. Apa ayah ingin aku menikah dengan pria asing.
“Kau bercanda dad, aku tidak mau." tolak Grace, melemparkan lembaran kertas itu ke atas, membuatnya berhamburan kemana-mana.
Daniel menampar Grace karena marah dengan sifat tidak sopan nya. "Apa yang kau lakukan?" Grace tersenyum miring, memegang pipinya yang terasa panas. Seperti biasa Daniel melampiaskan kemarahan dengan cara memukulnya.
"Pukul aku dad, bunuh aku sekalian. Apa aku salah jika menolak. Aku mengorbankan segalanya untuk kebahagiaan mu, tapi tidak dengan pasangan hidupku. Aku akan menikah dengan pria yang aku cintai!"
“Tutup mulut mu, kau pikir kau siapa bisa menolak perintahku. Kau hanya anak tidak pernah aku inginkan." Grace terdiam, hatinya tercubit mendengar perkataannya itu. Lagi-lagi dia direndahkan dengan kata-kata yang sama.
“Lalu aku harus bagaimana dad, kau tahu betapa sakitnya hatiku mendengar ucapan rendahan mu itu. Aku lelah, tidak bisakah kau tidak menghinaku sehari saja."
"Maka dari itu tanda tangan ini dan kau bisa pergi dari sini. Seharusnya kau bersyukur karena aku menikahkan mu dengan pria kaya raya."
"Kenapa tidak kak Belle saja yang menikah dengannya? kenapa kau malah menyuruh anak tidak tahu di untung sepertiku?" tersenyum hambar, menyeka air mata diujung kelopak.
"Belle sudah bertunangan, hanya kau yang bisa aku serahkan."
"Dad, apa benar-benar tidak ada setitik cinta di hati mu untukku?" Daniel terdiam, tak bisa menjawab.
"Aku mohon Grace, tanda tangani dokumen itu. Kau tidak mau keluarga kita hidup serba kekurangan bukan?"Grace tergelak. Keluarga yang mana, keluarga yang membuatku hidup dalam keterpurukan.
"Jadi kau menukarkan aku dengan harta benda?"
"Baiklah akan ku tanda tangani, anggap ini sebagai kebaikan terakhirku. Setelah ini jangan menganggapku sebagai putri mu, karena kita tidak punya hubungan apapun lagi!" Daniel dan Belle terkejut.
"Terserah kau saja!" serunya, kemudian mengambil pena dan memberikannya pada Grace.
Apa yang kau harapkan Grace, tidak mungkin ayahmu mempertahankan gadis seperti mu. Jangankan menolak, menanyakan alasannya pun tidak.
Dengan gemetar, Grace membubuhkan tanda tangan. Sekarang ia telah menjadi istri Damian Efrat Wilson.
TBC
warning!
cerita ini hanya fiksi yang author buat sesuai dengan imajinasi author jadi mohon untuk tidak dianggap serius. 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
mantap thor lanjut
2023-07-05
0
Linda Ayu Siswardani
knp ini direvisi thor?
2023-05-31
0
Kristi Yani
lawaknya cerita ini,, Daniel pengen Grace tanda tangan kok malah bilang kalau Damian lelaki kejam,😂
2022-11-24
1