Steven (Revisi)

Delapan bulan berlalu, keberadaan Grace masih belum diketahui. Wanita itu hilang tanpa kabar.

Peter pun angkat tangan. Peter tidak bisa melacaknya sampai sekarang. Bahkan untuk mengais informasi mengenai mereka sepertinya mustahil.

Damian mulai menyerah, Grace berhasil memporak porandakan kehidupannya. Rasa rindu membunuhnya secara perlahan. Setiap malam Damian pergi minum sampai tak sadarkan diri, dan paginya langsung pergi bekerja. Tidak ada waktu untuknya beristirahat.

Sengaja Damian lebih banyak menghabiskan waktu di luar mansion. Karena berada di mansion membuatnya ingat akan sikap manis Grace. Bayangan Grace seakan menghantuinya.

Dimana wanita itu sekarang, kenapa sulit sekali melacak keberadaannya.

...🦋🦋🦋🦋...

Kini usia kehamilan Grace memasuki bulan kesembilan. Perutnya kian membesar, tendangan-tendangan kecil dapat Grace rasakan sekarang.

"Makanlah Grace!" mengulurkan tangan, memberi sepotong roti isi kesukaan Grace. Selama kehamilan, seringkali Grace meminta ini itu karena ngidam. Lebih sering lagi meminta roti isi buatan Rachel sebagai sarapan. Baginya roti isi buatan Rachel tiada duanya, sangat lezat dan pas.

"Thanks Re, kau tahu beberapa hari ini little cat terus menendang perutku!" little cat panggilan yang diberikan Rachel kepada calon anak Grace.

"Benarkah!" Rachel mengusap perut buncit Grace, dan benar saja disaat yang sama janin itu menendang-nendang.

"Astaga kurasa dia laki-laki karena sangat aktif!" Grace tersenyum, dan berkata.

"Laki-laki ataupun perempuan aku tidak mempermasalahkan, yang terpenting dia lahir dalam keadaan sehat!" Rachel mengangguk setuju. Mengacungkan ibu jari. Bangga dengan pemikiran Grace.

"Sebentar, aku ingin memberimu sesuatu!" seru Rachel, lalu berlari masuk kedalam kamar. Grace menautkan sebelah alisnya, menatap penasaran.

"Ambi ini!" menyerahkan paper bag berisi pakaian bewarna hijau mint dengan ukuran ibu Hamil.

"Ganti pakaian mu dan ikut dengan ku." Rachel mendorong pelan Bahu Grace. Menyuruh wanita itu masuk kedalam kamar dan berganti pakaian.

"Kau mau mengajak ku kemana?" teriak Grace bertanya. Sambil memakai dress tersebut.

"Kau akan tahu nanti!" menjawab penuh dengan teka-teki. Membuat Grace berdecak kesal.

Sembari menunggu Rachel menyiapkan dua cangkir kopi dan secangkir teh untuk mereka nanti. Tidak lupa memindahkan beberapa macam camilan kedalam piring.

...🦋🦋🦋🦋...

Damian dan Peter berada di ruang rapat, membahas masalah pembangunan hotel baru yang akan di bangun di kota Paris. Tempat yang mereka pilih cukup strategis karena dekat dengan menara Eiffel.

"Proyek ini harus selesai sebelum liburan musim panas!" ujar Damian setelah rapat selesai. Peter mengangguk, menyuruh Keenan mulai bertindak.

"Lalu, apa kau sudah menemukan Grace?" pertanyaan yang sama. Hampir setiap pertemuan Damian selalu menanyakan hal yang sama.

"Aku belum menemukannya. Tetapi aku sudah meminta bantuan ayah ku. Bersabarlah sedikit, aku yakin sebentar lagi kita akan menemukannya!" Damian menghela napas. Lelah, menunggu dengan penuh harap.

"Tetapi anda harus setuju menikah dengan nona Rachel tuan!" Keenan menyahut, mengingatkan syarat pertukaran dari bantuan tersebut.

"Tutup mulut mu, aku bilang aku sudah setuju. Kenapa harus kau ingatkan lagi!" balas Peter jengah.

"Ya terserah anda tuan, tapi saya mohon jangan menyulitkan saya dengan masalah anda." dengan tidak sopan nya, Keenan terang-terangan mengatakan bahwa Peter merepotkan.

"Hei disini yang bos aku atau kau, dasar tidak tahu diri!" ketus Peter, Keenan hanya mengedikan bahunya singkat.

"Ternyata berita tentang kau yang seorang sekertaris kurang ajar benar rupanya!" sahut Adam di iringi dengan tawa kecil.

"Mau minum? aku akan memberitahu mu cara menaklukan atasan!" Keenan merangkul pundak Adam dan membawanya keluar ruangan.

Akhirnya dua asisten itu bisa meluangkan waktu untuk dirinya sendiri.

...🦋🦋🦋🦋...

Grace bercermin, memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Ini sangat tidak cocok dengan perut buncitnya. "Aku rasa perut buncit ku merusak keindahan dress ini," gumamnya pelan.

"Tidak ini sangat cocok untuk mu, Grace!" puji Rachel. Entah sejak kapan berdiri di ambang pintu dan memperhatikan dirinya.

"Sekarang ikut aku!" menuntun Grace ke lantai bawah. Mengambil kursi dan menyuruh Grace duduk di menunggu.

Grace kira Rachel hendak mengajaknya keluar apartemen. Namun, dugaannya salah. Ternyata tempat yang mereka kunjungi tidak lain adalah apartemen mereka sendiri.

"Sebenarnya kita menunggu siapa sih?" kesal Grace. Pasalnya dia sudah berdandan modis tapi tidak jadi keluar rumah.

Belum sempat Rachel menjawab, sebuah motor sport berhenti di halaman. Rachel menarik tangan Grace agar mengikutinya mendekati pengendara motor sport itu.

Grace terus memperhatikan wajah pengendara motor, merasa familiar dengan warna bola matanya. Sedangkan laki-laki itu tersenyum seraya turun dari motor.

"Kau tidak ingin memelukku, Grace?" berusaha meraih tubuh Grace. Hendak mendekapnya.

Grace menepis tangan pria itu, tidak mau memeluk orang asing. Rachel terkekeh melihat ekspresi kebingungan Grace.

"Grace apa kau lupa dengannya? dia Steven kakakmu!" jelas Rachel, wajar jika Grace melupakan wajah kakaknya sendiri. Mereka sudah terpisah hampir sepuluh tahun lamanya.

Steven, kakak yang paling Grace rindukan selama ini. Dalam keluarga Elard yang paling menyayanginya adalah Steven, dia seperti ayah kedua bagi Grace.

Tapi saat Grace berusia sepuluh tahun, Daniel mengasingkan Steven ke Spanyol karena melawan dan mencoba meminta keadilan untuknya.

Melihat Steven disini Grace tidak bisa berkata-kata. Senang tentu saja, senyuman manis itu yang selalu membuatnya merindu. Tidak ingin membuang-buang waktu, Grace langsung memeluk erat tubuh kekar Steven.

Melepaskan rasa rindu yang selalu bertambah di setiap detik. Akhirnya, Grace bisa memeluk kakak kesayangannya ini. Grace tidak lagi kesepian karena Steven sudah datang.

Isak tangis mulai terdengar. Begitu besar rasa cintanya pada sang kakak sampai membuat Grace lupa ada Rachel di belakangnya.

"Jangan menangis princess, aku sudah datang kau tidak akan merasakan sakit lagi!" Steven mengusap bekas air mata adiknya.

"Hei lanjutkan acara melodinya di dalam, malu dilihat tetangga!" suara galak Rachel menyahut, kesal di abaikan oleh adik kakak itu.

"Kau tidak ingin memeluk ku, Re?" Steven merentangkan sebelah tangannya yang menganggur menunggu Rachel masuk kedalam pelukannya. Alhasil ketiga orang itu saling berpelukan untuk melepas rindu satu sama lain.

"Ayo kita masuk!" ajak Rachel. Steven mengangguk kemudian menuntun Grace dengan merangkul pundak kecilnya.

...🦋🦋🦋🦋...

"Kalian saling mengenal?" melihat interaksi Steven dan Rachel membuat Grace bingung. Pasalnya Grace tidak pernah mengenalkan ataupun menceritakan Steven pada Rachel.

"Kami bertemu di Spanyol. Saat aku dan ayah ku datang ke pesta peresmian perusahaannya tiga tahun yang lalu!" jawab Rachel singkat.

"Nah sekarang makan ini, jangan membuat anak baptis ku kelaparan!" menyerahkan potongan buah apel dan stroberi. Dengan senang hati Grace memakannya. Ini juga buah kesukaannya karena itu Grace makan dengan lahap.

Sangat imut, Steven tidak menyangka sekali bertemu dengan Grace. princess kesayangannya itu sedang hamil. Steven bukannya tidak tahu kejadian yang menimpa Grace dan keluarganya.

Mendengar perusahaan Daniel lengser, Steven memutuskan kembali ke London. Mencari tahu keadaan keluarganya kala itu.

Menyedihkan, Belle harus bekerja paruh waktu di sebuah kedai kecil yang kotor. Setiap Belle melewati segerombolan orang, pasti Belle mendapatkan cacian dan makian dari orang-orang.

Mereka menghina Belle karena ekonomi dan hamil tanpa suami. Seluruh kota tahu, anak yang di kandung Belle bukanlah darah daging Alex.

Tapi sekarang kehidupan mereka jauh lebih baik. Belle membuka toko perhiasan dengan modal yang dia pinjam dari Steven. Dalam waktu tiga bulan saja, toko Belle sudah ramai dan banyak perusahaan yang menawarkan kerja sama.

Belle memang tidak pintar dalam mata pelajaran. Namun mendesain ataupun menggambarkan Belle ahlinya.

"Grace bisa aku minta sesuatu darimu?"

"Apa, aku akan menuruti permintaan mu jika aku bisa!" balas Grace cepat. Menghentikan acara makannya dan fokus dengan obrolan Steven.

"Pulanglah ke Inggris Grace, daddy ingin minta maaf padamu!"

Daddy minta maaf?

TBC

warning!

cerita ini hanya fiksi yang author buat sesuai dengan imajinasi author jadi mohon untuk tidak dianggap serius. 🙏!!!!!!

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***