"Kemari tuan, aku akan memuaskan mu!" entah sejak kapan pelacur itu menanggalkan pakaian dan menyisakan pakaian dalam transparan. Damian mendekat, jijik melihat tubuh pelacur itu.
Tak tinggal diam, Pelacur itu juga ikut mendekat. Memeluk tubuh Damian dan meraba dada bidang yang masih terbalut oleh kemeja.
"Kau bilang mau memuaskan ku heh?" Damian mendorong pelacur itu dan menarik rambutnya kuat. Rintihan demi rintihan terdengar, Damian sangat kejam. Bahkan tidak sungkan menyakiti seorang wanita.
"Saya akan melayani anda tuan, tolong lepaskan rambut saya. Anda menyakiti saya!" keluh pelacur itu, berusaha menarik tangan Damian.
"Maka puaskan aku dengan cara yang lain!"
"Apa yang harus saya lakukan, tuan?" ucapnya masih berusaha melepaskan tangan Damian dari helaian rambut indahnya.
"Berikan nyawa mu!" entah darimana Damian mendapatkan pisau lipat. Kini senjata tajam itu berada tepat di leher wanita yang menggodanya.
"A-ampuni saya tuan. Tolong biarkan saya hidup!" mulai menangis, takut dengan pisau lipat yang mulai menggores lehernya.
"Matamu sangat indah, boleh aku memilikinya?" tanya Damian santai namun terdengar menakutkan di telinga pelacur tersebut.
"Maafkan aku tuan, aku menyesal telah menggoda mu. Aku berjanji tidak akan pernah menyinggung mu lagi. Tolong ampuni aku tuan!" pelacur itu menahan lengan Damian. Lehernya mulai terasa perih.
"Karena aku baik, aku maafkan kau.Tapi ingat jika kau muncul di depanku lagi. Aku pastikan di saat itu juga kau akan lenyap dari muka bumi!" wanita itu mengangguk cepat. Lalu duduk bersimpuh dan mengucapkan terima kasih.
"Bawa wanita di kamar 363 dan obati dia!" Damian menelfon Adam, sesekali melirik pelacur yang menggigit bibirnya menahan sakit.
"Tunggu disini, sekertaris ku akan mengobati mu!" tanpa merasa bersalah, Damian keluar meninggal wanita itu sendiri.
...🦋🦋🦋🦋...
Puas menyakiti pelacur itu, Damian memutuskan pulang ke mansion. Dengan mengendarai Lamborghini bewarna hitam glossy. Damian membelah jalanan sepi kota New york.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai. Jarak mansion dan klub milik Peter hanya 5 kilometer. Membutuhkan waktu sekitar 10 menit saja untuk sampai.
Para pelayan berjejer rapi di depan pintu, menyambut kedatangan sang majikan. Namun, seperti biasa Damian tak mengindahkan langsung masuk kedalam kamar. Tidak ingin melampiaskan kemarahan yang belum padam.
Belum puas minum Damian kembali menegak wine yang tersedia di kamar. Mabuk-mabukan, untuk menghilangkan rasa rindu.
Sorot matanya penuh kemerahan. Juga berkaca-kaca, Damian menangis. Tidak ingin ingin kehilangan Grace. Baru kali ini Damian jatuh cinta dan Damian tidak ingin kehilangan cinta itu.
Pusing, Damian terlalu banyak minum. pandangannya berkunang-kunang dan akhirnya tertidur karena pengaruh alkohol.
...🦋🦋🦋🦋...
Matahari merangkak naik, awan-awan berarak. Burung-burung berkicau menandakan pagi telah di mulai. Grace dan Rachel sampai di kota Paris.
Dengan wajah lelah kedua wanita itu keluar dari bandara. Celingukan, mencari taksi online yang Rachel pesan.
"Sepertinya itu taksi kita Grace!" seru Rachel, menunjuk mobil bewarna kuning. Mereka memastikan plat mobil tersebut sama dengan plat mobil yang ada di aplikasi.
"Pak, tolong masukan koper kami kedalam bagasi!" Rachel meminta tolong. Dengan senang hati sopir tersebut membantu.
Sebelum pulang ke apartemen. Rachel meminta sopir taksi itu untuk singgah sebentar di mall terdekat. Untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Selesai berbelanja...
Grace dan Rachel mulai merapikan apartemen. Mulai dari membersihkan kamar, ruang tamu dan merapikan belanjaan yang mereka beli.
"Grace dimana pembalut ku, astaga aku datang bulan sekarang!" Grace memberikan pembalut yang dibelinya tadi pada Rachel.
Entah kenapa Grace merasa asa yang ganjal. Tidak tahu apa itu, yang jelas Grace merasa aneh.
"Thanks Grace!" menganggukkan kepala.
Deg! Grace baru sadar selama ini ia tidak pernah datang bulan. Sudah telat dua bulan. Apa jangan-jangan.. Grace... Hamil?
Dengan cepat Grace menggelengkan kepalanya. tidak mungkin. Kalau Grace hamil, kenapa tidak ada tanda-tanda kehamilan pada dirinya. Entah itu muntah atau pusing. Grace tidak mengalami gejala-gejala tersebut.
Rachel keluar dari kamar mandi, berjalan keluar, " kau mau Kemana?" menghentikan dengan mencekal lengan Rachel.
"Aku mau membeli obat pereda nyeri datang bulan. Kenapa?" Grace menggosok-gosok ibu jarinya, gugup. Haruskah dia menyuruh Rachel membeli testpack.
"Bisakah aku menitip?" tanya Grace, ragu-ragu.
"Tentu, kau mau ku belikan apa little girl?" Grace menelan Ludahnya dengan susah payah.
"Testpack!" Rachel membulatkan matanya tidak percaya. Itu artinya Grace dan Damian pernah berhubungan badan.
"Kau hamil Grace?" Rachel tidak bisa bergerak seolah membeku sangking terkejutnya.
"Aku tidak tahu, maka dari itu aku meminta mu membeli testpack. Aku belum datang bulan selama dua bulan ini!" Rachel menutup mulutnya. Cobaan apalagi ini.
"Aku mengerti, aku akan segera kembali Grace." ucap Rachel, sebelum pintu kembali tertutup secara otomatis.
...🦋🦋🦋🦋...
Lain halnya di mansion Damian. Adam datang untuk menjemput bosnya pergi bekerja. Namun, Adam malah menemukan Damian masih tidur dengan keadaan menyedihkan. Berbicara tidak karuan seraya memeluk foto Grace.
"Sir anda baik-baik saja?"Adam membantu Damian duduk. Tetapi, Damian menepis tangannya enggan mengganti posisi.
Bukannya menjawab, Damian malah menyuruh Adam pergi." Tinggalkan aku sendiri!" perintah Damian, mencoba meraih botol wine lagi. Entah sudah berapa botol yang Damian habiskan sejak kemarin malam.
"Tapi Sir anda-"
"Aku bilang keluar!" bentak Damian, melemparkan gelas kaca ke arah Adam. Sengaja dipelesetkan hanya sekedar menggertak. Damian tidak ingin melampiaskan amarahnya pada Adam.
Bukannya pergi, Adam malah berjalan mendekat. Pelan-pelan mengambil botol minuman yang berada ditangan Damian.
"Sir, anda jangan seperti ini, saya yakin nona Grace akan segera kita temukan." kata Adam membujuk. Tidak menyangka Damian akan segila ini hanya karena di campakkan seorang wanita.
Andai Aku bisa memutar waktu, aku akan mengikat wanita itu agar dia tidak bisa meninggalkan ku.
"Aku butuh waktu sendiri, pergilah Dam! aku mohon. Aku tidak ingin menyakiti mu!" Adam menghembuskan napasnya gusar, mengalah. Ia beranjak meninggalkan Damian sendiri dalam keterpurukan.
...🦋🦋🦋🦋...
"Ini testpack yang kau inginkan Grace!" Rachel memberikan 3 buah testpack pada Grace. Grace menerimanya dan langsung masuk kedalam kamar mandi. Mencoba.
Grace POV
Kepergian Rachel membuatku terlarut dalam lamunan. Aku takut diri ini tengah berbadan dua. Aku tidak mau semakin terjerat pada Damian.
Hingga akhirnya pintu terbuka membuyarkan lamunanku. Rachel langsung memberikan testpack itu. Karena terlalu panik Rachel sampai lupa membeli obat untuk dirinya sendiri.
Segera aku mencoba semua alat itu dalam kamar mandi. Rachel mengikuti ku dan menunggu di depan pintu. Aku bisa melihat jika dia sama takutnya dengan ku.
Aku memasukkan testpack kedalam wadah yang berisi cairan urine ku. Mataku terus mengamati testpack, jantungku berdetak kencang. Namun, bibir ku tersenyum tatkala garis yang terbentuk hanya satu.
Aku ingin memperlihatkannya pada Rachel, namun saat aku ingin mengambilnya tiba-tiba bertambah satu garis lagi. Aku hamil!
karena tidak percaya, aku mencoba semua testpack. Aku terduduk lemas di atas closed, ketiga alat itu memperlihatkan hasil positif.
Aku benar-benar hamil????
TBC
warning!
cerita ini hanya fiksi yang author buat sesuai dengan imajinasi author jadi mohon untuk tidak dianggap serius. 🙏!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
wooow keren banget lanjutkan thor
2023-07-05
0
aniya_kim
Damian menangis .. HUHU
Grace akan menyesalinyaa
2022-06-05
0
Sunarti Syam
menarik
2022-05-25
0