"Hahaha dasar kampret! Omes lu, kamu tidur di rumahmu dan aku di rumahku dodoll" ucap Mona tertawa.
Hendro pun menanggapinya tertawa, mereka bergandengan tangan dengan senjata di sebelah tangan satunya lagi, berlari membantu teman mereka, di sudut Junaid dan Nara sudah berhasil melumpuhkan banyak tentara, mereka saling pandang dan secepat kilat berlari, di depan mereka Kirana, Kabir berlari dengan menembak ke kanan kiri tentara gadungan.
Heru dan Darmanto sudah menjauh lari bersama para pion, Will dan pion lain menembak semua heli yang terparkir di halaman. Mereka terus berlari, mengikuti semua orang di barisan paling depan dengan terus menembakkan senjata laser yang tiada habisnya, mereka senang karena tidak memakai peluru hingga tidak takut kehabisan peluru.
Kabir menoleh ke belakang ledakan dari laboratorium masih menggema terus bersahutan. Layar di virtual monogram menyiarkan semua adegannya, mereka tidak melihat Alberto Kuro. Mereka tidak memiliki cetak biru kastil, mengapa aku lupa untuk mencari cetak biru bangunan kastil batin Kabir.
Mereka terus berlari hingga berada di sebuah hutan bambu, mereka terengah-engah. Mereka pergi sebanyak 20 orang dan tersisa hanya Kabir, Kirana,Junaid, Hendro, Mona, Nara, Heru, Darmanto, ketiga teman Darmanto dan Marta wanita yang bersama mereka di wilayah hatter.
"Serasa jadi panda ya?" ucap Nara memperhatikan sekeliling penuh dengan rumpun bambu yang lebat dan tinggi, "apakah engkau merasa sedikit aneh?" tanyanya lagi.
"Aduhh, jangan lagi. Tolong! Aku sudah tidak kuat," balas Kirana ia merasa asmanya sudah mulai kambuh akibat kelelahannya.
Ia memegang salah satu pohon bambu dan membungkukkan tubuhnya, Kabir mendekatinya dan menyapu punggungnya, "Bernapaslah berlahan! Ayo, tarik napas dan buang." Ucapnya.
Kirana mengikuti semua instruksi yang diberikan oleh Kabir, ia merasa sedikit lega tanpa harus menghirup obat asma yang tertinggal di rumah Naninya.
Hendro dan yang lain masih bergerombol mengasoh, melepaskan lelah. Mona duduk di sampingnya menyandarkan kepalanya ke salah satu pohon bambu, Heru berjongkok dengan memegang senjatanya selalu siap sedia.
Sedangkan yang lain sibuk mengatur napas mereka, "Berhati-hatilah! Sepertinya tempat ini sedikit berbahaya. Kabir, apakah engkau membawa peta yang kau dapatkan kemarin?" tanya Heru menatap Kabir.
Kabir menoleh ke arah Heru, ia merogoh salah satu kantong celananya dan memberikan kepada Heru. Semua mereka mendekat merubungi Heru, "Jangan terlalu dekat, aku jengahh gak bisa napas?" ucap Heru, mereka sedikit mundur.
Ia membuka lipatan peta, ia memperhatikan setiap detilnya, "Kemungkinan kita berada di sini?" kata Heru menunjuk salah satu daerah di peta.
"Sepertinya iya, ini seperti tumbuhan bambu," ucap Daemanto memperhatikan peta.
Wanita yang bernama Marta mendekati Kirana, "Apakah engkau sudah baik-baik saja?" tanyanya duduk di samping Kirana.
"Iya aku sudah lebih baik, asmaku memang sangat mengganggu." Balas Kirana tersenyum.
"Aku Marta, kita belum kenalan keburu kita pergi kemari ya?" balasnya dengan senyuman manis.
"Kamu dari mana? Maksudku asalmu?" tanya Kirana.
"Aku dari Riau," ucap Marta sekelumit kesedihan terbayang di matanya.
"Kita entah dari mana saja! Si Kuro sialan itu, benar-benar mencomot kita seperti tumbuhan dan diletakkan di dalam suatu wadah untuk diuji coba. Aku rindu Naniku?" ucap Kirana.
"Aku rindu putriku" ucap Marta. Linangan air mata mulai meleleh dengan derasnya.
"Oh, maaf! Tetapi Ayahnya'kan ada di rumah?" tanya Kirana menggeser posisi duduknya, wanita bila sudah bergosip dan pembicaraannya nyambung langsung panjang.
"Suamiku sudah meninggal, dan kami hanya punya seorang putri" ucapnya sendu.
"Apa yang engkau lakukan sebelum ini? Maksudku sebelum kejadian engkau terdampar di tempat Neraka ini Marta?" tanya Kirana penasaran, begigu teganya Alberto memisahkan anak dan putrinya.
"Aku hanya menyelamatkan penumpang kapal yang tenggelam" balas Marta.
"Apa pekerjaanmu?" tanya Kirana.
"Aku seorang Kowal" balasnya dengan tatapan yang luar biasa tajam.
"Oh, keren!" Kirana terpesona memandang prajurit wanita di depannya. Pantas saja ia begitu lihainya di pertarungan tadi mampu menjatuhkan 5 sekaligus para tentara gadungan dengan senjata di tangannya padahal ia hanya menggunakan sebuah sangkur batin Kirana takjub.
Heru mendekatinya, "Selamat datang adik leting!" ucapnya dengan mengangsurkan tangannya.
Marta pun berdiri mengadakan hormat kepada kakak seniornya, "Tidak usah terlalu formal, aku memilih jadi pengawal pribadi." Balas Heru mereka mengadakan salam ketentaraan angkatan laut.
"Kamu bagian korsp apa?" tanya Heru ia begitu senangnya bertemu dengan salah satu adik letingnya.
"Bagian Korps Marinir Kak" balas Marta.
Darmanto mendekat, "Kalian dari Marinir? Aku dari Korsp Pelayaran." Ucapnya mereka bertiga begitu bahagianya berasal dari naungan yang sama.
Tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama sebuah panah melesat mengenai Will, bagian bahu kirinya tertembak panah, ia hampir jatuh andaikan Junaid tidak menangkap tubuhnya dan menuntunnya.
Mereka semua berpencar mengeluarkan senjata menangkis semua panah yang meluncur bagaikan hujan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Daratullaila🍒
aku hadir membawa dukungan 5 like kak, semoga sukses selalu 🥰💜
2021-08-26
0
riski iki
next
2021-08-23
0
Manami Slyterin
semangat kk author ter kece😍
2021-08-23
0