Kabir meletakkan batu ke kaki si wanita, "Siapa namamu?" tanya Kabir ia ingin mengurangi rasa gugupnya juga wanita cantik tersebut, "Ki-kirana Khan" Balasnya.
"Kirana, dengar! Aku akan meletakkan batu ini tepat di kakimu setelah itu kita akan melompat bersamaan. Bila tidak kita akan mati." Ucap Kabir berusaha senyaman mungkin seperti memberi instruksi kepada anak kecil tentang permen lolipop.
"Baiklah!" Ucap Kirana pasrah.
Benar saja, Kabir meletakkan batu di bawah kaki Kirana dan secepat kilat menarik tubuh Kirana menjauhi ranjau. Mereka bergulingan di semak-semak dan
Duarr!
Sebuah ledakan dari ranjau memecah batu menjadi pasir, keduanya masih saling berpelukan dan mengangkat sedikit kepala mereka melihat ledakan, kemudian mereka menyadari jika mereka masih berpelukan hingga keduanya saling melepaskan diri menjauh.
"Apakah engkau tahu ini di mana?" tanya Kirana kepada Kabir ia memperhatikan ke sekelilingnya yang teramat asing.
"Aku tidak tahu! Begitu aku bangun aku berada di salah satu sungai di sebelah sana." Ucap Kabir menunjuk arah asal ia bangun.
"Kirana, maaf apakah engkau memiliki sayatan luka seperti aku?" tanya Kabir menunjukkan lukanya.
Wajah Kirana memerah ingin rasanya ia menampar wajah pria mesum di depannya namun ia urungkan ia juga penasaran, ia memunggungi Kabir ia baru menyadari bahwa ia sudah mengenakan pakaian yang sama dengan Kabir hanya bedanya ia masih diberi kemeja menutupi tank top-nya, Ia melihat luka yang sama dengan Kabir.
Ia menyentuhnya dan sebuah monogram keluar dari lukanya seperti monitor menampilkan identitasnya dan juga foto profilnya seperti salah satu facebook yang sering ia unggah di medsosnya.
Nama: Kirana Khan
Pekerjaaan: Pustakawati di Perpustakaan Nasional Bali
Karekteristik: penggugup, baik, penyayang dan sabar
Kelebihan: Mudah belajar dan beradaptasi dengan situasi apa pun.
"Apa maksud semua ini?" tanya Kirana bingung, Kabir menekan lukanya dan benar saja muncul monogram dari lukanya dan menampilkan profil pribadinya.
Karena keduanya menekan luka yang sama ataupun semua korban penculikan mungkin melakukan hal yang sama hingga di langit pulau muncul monogram lain yang menunjukkan seorang pria setengah tua yang berumur sekitar 50 tahun lebih, tersenyum dengan lembutnya seperti seorang ayah penuh kasih kepada anak-anaknya.
"Selamat datang anak-anakku, tentara hebatku di masa depan! Di sini kalian akan aku latih untuk memperkuat jiwa dan raga kalian. Bertarunglah dan mempertahankan nyawa kalian atau apa pun yang berharga menurut kalian. Hanya pemenanglah yang mampu lolos dari semua rangkaian latihan ini." Ucap Monogram Alberto Kuro dengan bangganya di salah satu kursi kebesarannya di sebuah ruangan di kastilnya di suatu tempat di Pulau Kematian.
"Aku akan memberikan peraturan demi peraturan setiap 1 jam sekali!" ucapnya lagi dan lenyap.
"Apakah semua orang di sini melihat monogram itu? Atau jangan-jangan di daerah ini bukan hanya kita berdua saja?" ucap Kirana menganalisa setiap detilnya kelebihannya yang luar biasa.
"Tidak percuma kamu seorang pustakawati" balas Kabir salut.
"Kamu berasal dari Bali?" tanya Kabir mengingat profil monogram yang jelas tergambar di memori monogram.
"Iya dan kamu?" tanya Kirana mereka berjalan bersisian mengikuti langkah kaki mereka. Mereka sendiri pun belum tahu ke mana arah kaki mereka melangkah. Mereka hanya mengikuti naluri saja sambil mereka berkenalan. Kabir dan Kirana sedikit senang mereka mengetahui bukan hanya mereka saja terdampar di pulau aneh ini.
"Aku dari Medan, aku ... Maksudku tadi malam aku hanya tertidur di kostku dan terbangun sudah berada di sini dengan luka ini. Apa maksud dari semua ini?" tanya Kabir kepada diri sendiri atau kepada Kirana ia pun sudah tidak tahu lagi.
"Oh, aku juga tadi malam baru pulang dari super market dekat dengan rumahku. Dan ya ampun! Bagaimana dengan Naniku?" tanya Kirana dengan seketika berhenti di depan Kabir.
"Nani?!" tanya Kabir heran.
"Maksudku Nenek, bahasa Pakistan Nani itu artinya Nenek." Jelas Kirana.
"Ooo, begitu." Ucap Kabir.
"Pantesan kamu cantik!" Ucap Kabir.
"Namamu sendiri seperti orang India atau Pakistan?" tanya Kirana.
"Bukan! Aku orang batak. Ibuku sangat menyukai film India jadi ya begitulah ia mengabadikan salah satu nama aktor Indianya kepadaku." Terang Kabir merasa lucu juga malu
Mereka terus berbicara dan berjalan menyusuri jalan-jalan semak berduri dan setinggi pinggang mereka.
Mereka melintasi bebatuan dan bertemu seorang wanita cantik yang sedang memakan buah-buahan, "Mona Juita?!" ucap Kirana berlari menghampiri si artis.
Wanita bernama Mona Juita itu pun melihat ke arah Kabir dan Kirana, "Mengapa kamu di sini juga Mona?" tanya Kirana. Kabir hanya mengawasi Mona ia seperti mengingat sesuatu, "Oh seorang Artis ada di sini juga?" batin Kabir merasa heran.
"A-aku tidak tahu! Mengapa aku ada di sini? Begitu aku terbangun aku sudah berada di tempat asing ini, padahal tadi malam aku berada di Thailand sedang shooting film." Balas Mona.
"Kalian mau?" tawarnya.
Keduanya mengambil pisang dan memakannya,"Apakah kau memiliki luka seperti kami juga?" tanya Kabir.
"Iya! Dan luka itu memancarkan gambar digital bukan?" balas Mona.
"Berarti kita semua sudah diculik dan untuk apa mereka menculikku? Aku hanya seorang pustakawati?" ucap Kirana.
"Aku hanyalah seorang satpam, berbeda denganmu yang seorang artis terkenal" Balas Kabir
"Entahlah! Aku tidak bisa berpikir bila sedang lapar." Ucap Mona, ia makan dengan lahapnya.
Sebuah helikopter terbang di atas mereka, Mona berdiri melambaikan tangannya, "Tolong! Sebelah sini!" teriaknya dengan membuat sebuah tanda SOS akan tetapi,
Dor! Dor! Dor!
Berondongan suara senapan M-60 memberondong dari atas helikopter, Mona, Kirana dan Kabir berlarian berlindung ke arah semak-semak yang terlindung dengan pohon.
"Sialan! Mereka berniat membunuh kita. Apa maksud semua ini?" ucap Mona dengan berangnya. Untung saja tidak ada yang terluka. Mereka bersembunyi untuk waktu yang lama, mereka mendengar suara tembakan di tempat lain sebagai balasan dari hutan sebelah barat mereka.
"Bagaimana mungkin mereka bisa mendapatkan senjata?" ucap kabir bingung.
"Entahlah!" Ucap Mona. Kirana sudah menahan sesaknya karena gugup.
Kabir mendekatinya mengelus punggungnya dengan lembut.
"Bernafaslah dengan berlahan! Tarik dan buang!" instruksi Kabir ia merasa kasihan dengan Kirana. "Sepertinya wanita ini tidak pernah menghadapi tindak kekerasan" batin Kabir.
Di sisinya Kirana mengikuti instruksinya dengan baik, hingga ia bisa bernapas dengan lega.
Hampir satu jam helikopter itu herputar-putar membuang pelurunya, tidak berapa lama helikopter lain menurunkan beberapa orang yang berlarian mengangkut beberapa yang terluka dan terbang menjauh.
"Apa maksud semua ini? Mereka menembaki dan mengambil yang terluka?" ucap Mona dari balik pepohonan mengamati semua perilaku orang-orang yang aneh.
Tidak berapa lama sebuah gambar monogram digital muncul di angkasa "Selamat datang di Pulau Kematianku! Di sini kalian harus pandai bertahan dan berjuang untuk menyelamatkan diri. Siapa pun pemenangnya akan diberikan sebuah hadiah dan kebebasan." ucapnya mengakhiri pidato singkatnya.
"Alberto Kuro?!" Ucap Kirana dan Mona, hanya Kabirlah yang tidak begitu mengenalnya.
"Kalian mengenalnya?" tanya Kabir dengan polosnya.
"What?! Kamu tidak mengenal seorang Alberto Kuro?" tanya Mona heran.
"Memang kamu tinggal di planet mana sih? Hingga tidak mengenal seorang Alberto Kuro salah satu konglomerat dunia?" ucapnya lagi.
"Aku dari pedalaman di Kota Medan," ucap Kabir tersipu malu.
"Seminggu yang lalu aku baru saja menghadiri pesta badan amalnya ia sangat terkenal dengan jutawannya, baik hati dan suka beramal. Tetapi mengapa ia melakukan semua ini? Apa maksud semua ini?" ucap Mona bingung.
"Apakah ia memiliki maksud tertentu dengan semua ini?" tanya Kirana ia masih menerka-nerka segala hal yang sedang terjadi di sekitarnya.
Mereka mendengar langkah kaki terburu-buru ke arah mereka, ketiganya bersembunyi. Kabir bersembunyi di balik pohon yang lebih besar ia ingin menangkap orang yang mendekat.
Kabir menyergap orang tersebut dengan membekap mulut dan lehernya, akan tetapi si pria kembali melawan dengan cara menendangkan kakinya ke arah atas wajah Kabir hingga Kabir pun menghindari dan melepaskan cengkeraman di leher pria tersebuat saat mereka berhadapan, "Kabir?!"
"Hendro?!" balas Kabir keduanya saling mendekat dan berpelukan.
"Mengapa kau ada di sini juga?" tanya Hendro keheranan.
"Aku pun tidak tahu Hen! Keluarlah dia kawanku," ucap Kabir.
Mona dan Kirana ke luar dari persembunyian mereka menuju ke arah kedua pria tersebut, Hendro begitu terpesonanya melihat kedua wanita cantik menuju ke arah mereka apa lagi salah satunya adalah seorang artis terkenal di dunia.
"Hendro, kenalkan Ini Kirana dan Ini-" ucap Kabir.
"-Mona Juita sang artis yang memiliki banyak skandal gosip," ucap Hendro memotong perkataan Kabir tanpa perasaan mengutip semua rating gosip yang pernah ia baca dan tonton di medsos maupun TV.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Putri Minwa
😊😊😊
2023-07-31
0
Fiah msi probolinggo
ceritanya tengang kak, aku hanya bisa nulis romansa aja wkwkwkwk, masih belum berani yang kisah kayak ginian
2022-02-10
2
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
bagus.. lanjut
2022-01-08
1