Dibelakang mereka Nara, Kirana dan Mona membuka kemeja mereka yang sudah berlumur darah srigala, mereka menggunakan bagian kemeja yang bersih untuk menyeka darah yang melekat di wajah dan tubuh mereka, kini tinggallah kaus tanpa lengan membungkus tubuh mereka.
Mereka sudah menganggap keempat pria di depan mereka adalah keluarga dan teman mereka. Keempat pria tersebut dengan malu-malu berusaha menguasai segala hal yang mulai menyala di antara banyak hal yang sulit dijelaskan dengan akal dan logika, hanya keimananlah yang masih membuat kewarasaan mereka tetap dijalurnya.
Mereka hanya diam melangkahkan kaki mereka untuk maju, menenangkan debaran yang mulai aneh di dada Kabir, Hendro dan Junaid. Heru hanya menatap ketiga pria di sampingnya. Ia memahami kewarasan mereka sedang diuji, karena ia sadar mereka semua masih normal dan memiliki ***** duniawi.
"Bagaimanapun warasnya seekor kucing bila disuguhkan seonggok daging yang masih segar kucing mana yang tahan untuk tidak memakannya" batin Heru, ia merasa yang paling tua hingga ia wajib untuk mengingatkan ketiga pria di bawahnya untuk terus fokus akan banyak hal bukan hanya sekedar ***** belaka.
"Selaraskan otak dan fikiran kalian jangan terlalu banyak menghayalkan vidio haram." Nasihatnya walaupun ia sendiri sudah mengingat akan istrinya yang sudah lama ia tinggalkan. "Semua ini karena Alberto sialan itu," umpatnya kesal.
Kebenciannya semangkin memuncak apa lagi mereka benar-benar diperlakukan sebagai sampah hanya untuk kepuasan kesenangan mereka dengan taruhan nyawa. Alih-alih Albertolah yang diuntungkan di dalam semua ini.
Di angkasa kembali monitor TV plasma virtual monogram Alberto muncul, kini ia begitu antusiasnya duduk di singgasana kursi kebesarannya yang empuk dan mahal.
"Selamat datang di Game Pulau Kematian! Berilah dukungan kepada semua jagoan kalian! Untuk mereka ... agar jagoan kalian bersemangat, semangkin kuat dan bertahan di zona tempur berikutnya!" ucap Alberto dengan nada ramahnya dan mengangkat gelas mewahnya mengajak semua penjudinya untuk bersulang dengannya.
Ketujuh anak manusia itu melihat wajah-wajah mereka terpampang di layar monitor dan banyak lagi pria maupun wanita, wajah mereka terpampang juga. Foto profil mereka, persis seperti sebuah game permainan yang sering dimainkan di sebuah hand phone.
"Kalian tinggal mengklik sebuah tombol pilihan saja, untuk memilih siapa pun jagoan yang ingin kalian pilih untuk mempermainkan game tersebut. Pilihlah sesuai keinginan kalian dan hargailah! Berapa pun mereka sesuai dengan kepribadian dan keahlian mereka? Dan bagi siapa pun yang paling besar taruhannya dialah yang akan menjadi Ratu atau Raja selanjutnya." Ucap Alberto kuro.
Memandang semua orang lewat virtual lainnya di monitor di depan ruangannya, yang penuh dengan layar-layar lebar TV plasma yang sudah dirancang sedemikian rupa.
"Raja atau Ratu yang menang taruhan tertinggi maka dialah yang berhak untuk memberikan tantangan apa yang akan dilalui jagoan kalian" ucap Alberto Kuro dengan instruksinya.
Semua korban penculikan pastinya pernah memainkan sebuah game di hand phone maupun laptop mereka dan sekarang merekalah yang menjadi pion pilihan orang lain untuk mereka mainkan di game itu. Ketujuh anak manusia dan korban penculikan lain masih terpaku memperhatikan apa lagi yang akan mereka lakukan setelah instruksi dari seorang Alberto Kuro.
Mereka melihat semua orang di sebuah ruangan yang pengap penuh asap rokok dan minuman keras, berbagai merek mahal maupun murah berada di genggaman mereka, dengan berbagai jenis pakaian yang seksi bagi wanita menutupi keindahan tubuh mereka dan hiasan mutiara maupun berlian di seluruh kuping, leher, telinga dan lengan serta jemari mereka.
Di sebelah tangan kanan dengan gelas minuman dan sebelah kiri dengan rokok dengan pipa selangsing sumpit, bagi pria mereka berjas bersetelan mewah mungkin mereka adalah para kelas VIP berada di balkon paling atas, di bawahnya kelas nomer dua mereka memakai pakaian biasa dengan beraneka ragam minuman keras sejenis bir.
Dan bagian lantai paling dasar manusia-manusia bejat dan tidak bermoral hanya berlalu lalang hanya mengenakan selembar atau dua lembar pakaian yang menutup aurat mereka.
Kesemuanya mengeluarkan sejenis tombol portable dari meja di depan mereka, dan berjubel manusia-manusia pria dan wanita sibuk menekan-nekan tombol.
Kabir dan semua korban penculikan hanya mampu menonton dengan jelas, nasib apa yang akan mereka tentukan di arena permainan selanjutnya, mereka tidak mengetahui puluhan bahkan mungkin ratusan orang itu berada di area mana, yang tidak mereka ketahui rimbanya ntah di belahan dunia mana sibuk memilih jagoan mereka dan mengganti semua pakaian avatar mereka.
Semua foto profil mereka berganti dengan berbagai ragam busana yang mereka pilih. Wajah-wajah mereka begitu bahagianya memilih jagoan dan mengganti pakaiannya seperti mengganti sebuah baju di boneka barbie miliknya sendiri.
Mereka tidak menyadari, andaikan mereka saat ini dipihak Kabir dan korban lainnya, mereka hanya memikirkan kesenangan dan menghamburkan uang mereka saja.
Mereka seperti berlomba-lomba memberi like dan komentar mereka juga memberikan koin taruhannya.
Mereka yang berada di pulau serasa sesak mengetahui nilai mereka seperti seekor hewan yang tidak berharga di tengah-tengah manusia-manusia berhati binatang, iblis pun kalah oleh tingkah dan lakunya.
"Wah, keren! Nilaiku lebih banyak dari kalian" Ucap Mona ia seakan masa bodoh dengan semuanya ia sudah terbiasa berada di tengah manusia-manusia yang selalu memanfaatkan kelebihannya.
Di monitor virtual terpampang nilai
Mona 79% ia sudah memakai pakaian jeans berwarna hitam ketat dan bikini seksi warna kuning menutupi tonjolan tubuh bagian depannya, hal itu semangkin menggairahkan bagi setiap mata pria yang memandang. Hendro merasakan panas di hati dan jiwanya, tanpa sadar ia mengepal tangannya.
Kirana 60%, ia sudah memakai jeans dan tank top hitam yang membungkus ketat tubuhnya ia terlihat cantik tanpa kaca mata ****** botolnya.
"Wow! " hanya itu yang terbesit di hati Kabir memandang wajah Kirana laksana dewi menghipnotisnya.
Nara 60%, ia sudah memakai pakaian rok mini dan sepatu bot sampai lutut dan selembar pakaian yang lebih sopan dari sebuah bik*ni milik Mona di bagian tonjolan di dada, dan terbuka di bagian per*tnya. Ia terlihat sangat manis bagaikan anak sekolah SMU yang polos bin lugu, "Cantiknya aku!"ucap Nara riang.
"Sialan! Mereka benar-benar memilihkan avatar yang seksi buat kita" ucap Mona kesal karena tonjolan lemak di bagian dadanya yang kelebihan semangkin ingin tumpah ke luar, ia sendiri pun sebagai seorang artis tidak pernah memakai pakaian minim begitu.
"Iya lihat! Para pria bajingan itu benar-benar memiliki pikiran mesum di otaknya yang perlu kita bayclean." Umpat Kirana kesal ia sendiri pun tidak pernah ke luar rumah dengan pakaian itu. Ketiganya dan beberapa wanita yang tidak mereka kenal terlihat sangat cantik dan menggairahkan bagi mereka yang berhidung zebra.
Kabir, Hendro, Junaid masing-masing 45% dan beberapa nama yang tidak mereka kenal ada sekitar 20 orang pria dan wanita di bawah list mereka.
"Sialan si kura-kura! Nilaiku lebih rendah dari si Nona Artis," umpat Hendro kesal dan bangga di waktu bersamaan menanggapi semua ini. Ia merasa bangga Mona bukan hanya jago sebagai artis akan tetapi ia memiliki sesuatu yang membuat jantungnya bergetar hebat bila berdekatan dengannya, ia merasa kesal ia kalah oleh seorang wanita naluri kelelakiannya terusik dan terhempas ke jurang yang dalam.
"Dia mengadakan perjudian on line dan kita sebagai bahan taruhannya? Sialan!" umpat Kirana.
"Apakah semua ini memang ia lakukan semenjak dahulu Pak Heru?" tanya Kabir penasaran.
"Iya! Ia selalu saja mengadu semua pionnya mencari siapa pemenangnya dan akan diadu dengan pemenang lama dari semuanya hanya ada seorang pemenang berkebangsaan Cekoslavia ia pria yang kuat si leher besi mereka menjulukinya," ucap Heru.
"Si leher besi? Mirip seperti si leher beton pada zaman dulu aku pernah mendengar Kakekku mengatakan ada petinju si leher beton kalau tidak salah!" ucap Nara.
"Apakah semua tantangannya sama? Maksudku permainan diperlombaan ini Pak?" tanya Junaid penasaran.
"Biasanya sama, namun kali ini sepertinya berbeda. Buktinya ia memasukkan sekawanan srigala. Kalian lihat! Sepertinya bukan hanya kita saja malam ini menghadapi kawanan srigala. Semua penghuni Pulau Kematian." Ucap Heru terus mengamati virtual monogram di angkasa.
Ketujuhnya hening, mereka tidak tahu apa lagi yang akan mereka hadapi di pulau aneh ini. "Tetapi mengapa Bapak tidak masuk di dalam permainannya?" tanya Kirana, kelebihan Kirana yang ia miliki menganalisa sesuatu secepat kilat.
"Aku sudah lama dianggap mati andaikan aku dimasukkan ke dalam permainan tidak akan ada yang mau bertaruh untukku. Mereka hanya butuh wajah baru," Ucap Heru.
Mereka semangkin penasaran, "Ayo, mari kita menyingkir! Aku tidak ingin kejutan entah apa lagi yang akan datang menyerang kita dengan mudah!" ucap Heru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Lhiya Dahlia
gsgd
2021-11-19
0
Naya Kunaya
curiga ga ma heru?
2021-11-12
0
Titik pujiningdyah
lima jempol untuk akak
2021-11-03
0