Kabir bersembunyi di atas pohon rindang mengamati ke semua tentara bayaran yang mulai mengendap-endap mencari salah satu dari mereka, tiga orang tentara sudah maju ke depan ke arah Hendro dan Kirana, Kabir menjatuhkan tubuhnya dengan sebuah tali yang telah memerangkapnya tadi.
Sekarang gilirannya menggunakannya dengan segala kelihaiannya, ia mengikatkan tali ke pinggangnya dan terjun meluncur ke bawah.
Tepat di atas salah satu komandan tentara Alberto, ia menggorokkan sangkur miliknya tepat di lehernya hingga seketika meregang nyawa.
Kabir kembali naik dengan setengah kecepatan yang luar biasa menghentakkan kedua kakinya berlarian di batang pohon sedangkan kedua belah tangannya ia gunakan memegang tali seperti menaiki tebing, ia benar-benar terlatih, "Kalian sendiri yang menciptakan monster!" batinnya.
Ia kembali dengan diam mengawasi di atas dahannya, menunggu mangsa yang menyusup kembali melintasi bawah pohonnya pagi ini udara sedikit berkabut hingga suatu keuntungan untuk Kabir dan komplotannya.
Ia sudah melihat Junaid menyeret salah satu tentara ke balik semak menyembunyikannya, dan melucuti semua senjata si mayat dan kembali mengintai tentara yang melintas dari semak perdunya masing-masing dari mereka sudah membunuh beberapa tentara gadungan.
Nara masih beradu pukul dengan salah satu tentara, Kabir melihat Nara memiliki kemampuan di bidang taekwondo, namun lawannya juga luar biasa. Hingga Heru membantunya untuk mengeksekusi tentara itu secepat kilat, Kabir kembali mengangkat musuhnya dengan menggantungnya ke atas dahan pohon, Ia melihat Kirana dan Mona sudah membunuh tiga ekor anjing pelacak yang mencoba menerkam mereka.
Kabir melihat seorang tentara menembakkan pelurunya ke arah Mona Kabir langsung mengokang senjatanya ke arah batok kepala tentara hingga jatuh terkapar.
Mereka begitu cepatnya membekuk 10 tentara gadungan dan 5 ekor anjing pelacak, ketujuhnya sudah kembali berkumpul. Sebuah heli berputar ke arah mereka dan menembakkan M-60, ketujuhnya berlarian ke segala penjuru bersembunyi menghindari peluru.
Kabir memanjat salah satu pohon dengan senapan sniper milik si komandan tentara, ia mencoba untuk mencari sudut yang tepat membidik si pilot, menguncinya di sudut target dan menarik pemicunya.
Cus!
peluru melesat laksana kilat tanpa suara tepat mengenai sasaran menembus batok kepala yang tertutup helm-nya, seketika darah berhamburan ke kaca depan heli, si penembak M-60 tidak menyadarinya hingga heli menukik terjun bebas menambrak salah satu tembok pagar setinggi 5 meter.
Duar!
Ledakan membahana bercampur dengan daya listrik yang tinggi merembet ke seluruh pulau, seketika pulau dikelilingi cahaya bunga api akibat ledakan yang menjalar di sekeliling tembok bagaikan bunga api yang memercik kala Tahun Baru maupun Idul Fitri.
Para penonton di monitor virtual tertegun, yel-yel terhenti seketika dan ketegangan bergema di udara di ruangan di anta berantah. Mereka tidak menyangka seorang pria begitu jagonya, selama ini mereka mengira hanya wanitalah yang luar biasa pada game kali ini, ternyata mereka salah. Para jagoan mereka sungguh luar biasa, seketika mereka terlonjak kegirangan beramai-ramai memencet tombol.
Mereka memencet tombol untuk Kabir, kini di layar monitor virtual Monogram foto profil Kabir menjadi nomer satu dengam nilai 80% menyusul ke-5 temannya.
Kabir dan keenam temannya tidak mempedulikan siaran virtual monogram, mereka berlari menembus pagi yang masih berkabut, berlari mengalahkan waktu untuk menyelamatkan nyawa mereka. Dikarenakan nyawa tidak memiliki stok maupun ada penjual nyawa di dunia ini, hakiki nyawa milikNya sang Ilahi.
Mereka tahu sebentar lagi tim pembersih akan muncul, ledakan tadi mengakibatkan sebuah celah lebar di tembok pagar.
Bunga api di atas pagar tembok masih menyala, membuat suatu alasan pelarian mereka tidak tercium, mereka berhenti di sebuah sungai yang berair jernih dan dangkal. Mereka minum secepat mereka bisa, dan kembali menyeberangi sungai yang sedikit lebar.
"Pulau ini sepertinya sangat luas?" ucap Kabir memandang sekitarnya, mereka mendengar nyalak anjing dari seberang.
"Sialan!" umpat mereka, sekarang mereka benar-benar terjebak. Mereka bagaikan binatang buruan yang sedang terperangkap, di sekitar dua sisi sungai sudah berdiri orang-orang bar-bar yang hidup pada zaman tidak ada pemintal benang.
Mereka berpakaian asal, dengan berbagai tindikan di sekujur tubuh, rambut dengan gaya mohawk dan berbagai tato di tubuh mereka.
Kirana bergidik melihat berbagai perlengkapan senjata mereka ada pistol genggam otomatis dan berbagai benda tajam seperti pedang, samurai, dan golok yang mereka genggam dan ada yang memanggulnya di bahu seperti mainan biasa, ada yang memukul-mukulkan pipihnya pedang di telapak tangan, mereka tertawa senang seakan mendapatkan rusa buruannya.
"Kita berhasil menjebak mereka! Hahaha buruan kita kali ini begitu tinggi nilainya" ucap seorang wanita yang hanya mengenakan pakaian asal menutup apa yang hanya wajib ditutup.
"Si Artis bagianku!" ucap wanita tambun memegang gadanya seperti Bima di film Mahabaratta.
"Aku wanita hitam manis itu, aku ingin mencumbuinya," ucap pria dengan tindikan di sekujur wajahnya ia juga menjulurkan lidahnya dengan gaya tidak senonoh yang penuh tindikan juga ke arah Nara.
Wek! Wek!
Nara membalas mengejeknya dengan menjulurkan lidahnya tanpa rasa takut maupun gentar, ia wanita Papua yang luar biasa. Ia seorang dokter namun tingkahnya seperti anak SMU, Junaid terkekeh melihat tampang wanita manis di sisinya, "Hati-hatilah! Bobot tubuhnya 3 kali lipat darimu," kata Junaid penuh perhatian.
Nara dengan genitnya mengedipkan mata dan melemparkan ciuman jarak jauhnya kepada Junaid, membuat pria Hatter begitu berangnya. Junaid hanya menggelengkan kepala menanggapi tingkah Nara.
Ketujuh anak manusia yang sudah terperangkap di tengah aliran sungai yang sedikit mengalir deras, saling memunggungi membentuk sebuah lingkaran dengan tubuh mereka. Mengeluarkan sangkur dan bersiap-siap dengan segala kemungkinan.
Heru mengeluarkan samurai dari balik jubahnya, keenam temannya terperangah.
"Wow, Keren!" Mona selalu saja tidak peduli ia selalu saja mampu menikmati setiap momen dengan positifnya. Walaupun sudah terkepung, ia selalu merasa ia berada di lokasi shooting film action, pertualangan dan pada masa zaman yang hilang. Ia selalu merasa seperti berada di sebuah film Indiana Jones.
"Wah, aku sepertinya ingin pedang seperti itu?" ucap Nara senang.
Kirana di antara mereka sedikit bergidik dan membeku ngeri, melihat tajamnya sisi mata pedang.
Kabir di sebelah kanannya menggenggam jemari tangan kanannya, "Jangan lengah, bersemangatlah. Ingat Nanimu!" ucapan Kabir menyulut semangat di hatinya.
"Aku ingin pulang! Aku sudah rindu bryani dan kari kambing masakan Nani. Bila semua ini usai, aku akan mengajakmu bertemu Nani" janji Kirana memandang sekilas Kabir.
Mereka berdua tersenyum, Junaid dan Hendro sudah mengeluarkan sangkur di kedua belah tangannya mereka sudah bersiap-siap. Bila memang harus berakhir biarlah berakhir dengan kebanggaan bukan sebagai pecundang.
"Hati-hatilah! Mereka para Hatter lebih berbahaya dan tidak memiliki ampun karena memiliki steroid di tubuhnya," kata Heru.
"Di mana-mana yang namanya Hater ngeri memang!" balas Mona.
"Aku sudah sering tertimpa bullyan para hater-ku yang fanatik merasa paling suci di dunia." Tambah Mona mengenang kehidupan selebritis-nya, dan kini entah mengapa begitu ia rindukan.
Bila dulu ia selalu ingin mundur namun sekarang ia rindu segala hal di dunia entertainment yang sudah membesarkan namanya dengan berbagai hinaan, dan pujian berdiri berdampingan bagai dua sisi mata koin yang berlawanan tetapi terus berkesinambungan.
"Seranggg!" ucap salah seorang Hatter pria yang memiliki tato naga di sepanjang sisi kanan pipinya bergambar kepala naga terus merambat keseluruh tubuhnya laksana naga membelit sebuah pohon, karena rambut panjang si Hatter dikucir di tengah kepalanya yang botak seperti seorang shaolin.
Berbagai ragam bentuk menyeramkan Hatter pria dan wanita berlarian mengacungkan beragam jenis senjata ke arah mereka bertujuh, "Ada 30 Hatter" ucap Kirana menghitung secepat kilat disaat para Hatter memasuki sungai.
Masing-masing mencoba untuk melawan dan mempertahankan diri, Heru begitu lihainya memainkan samurainya menebas putus beberapa kepala dengan sekali tebasannya, Kirana berusaha menghalau takutnya, saat sangkurnya menikam dada seseorang dan darah menyembur ke mana-mana, "Nyawaku atau nyawanya ...." batinnya menguatkan dirinya agar gugupnya tidak kambuh.
Nara yang memiliki kemampuan bela diri dengan mudah memukul dan membunuh beberapa Hater sekaligus begitu juga dengan Junaid dan Hendro mereka memiliki kemampuan bela diri dengan sabuk hitamnya.
Mona mengandalkan insting dan keberanian yang luar biasa ia berusaha melindungi wajah dan tubuh berharganya sebagai seorang artis, "Tidak lucu seorang Mona Juita mati mengenaskan dan tanpa nama untuk dikenang semua orang, aku tidak mau!" batinnya.
Mona terus menghindari sabetan gada yang besar dari seorang wanita tambun, ia sudah lelah hingga akhirnya Mona menenggelamkan dirinya berenang. Dengan lihainya ia melukai kedua kaki si wanita hingga ia terjatuh ke sungai dengan luka menganga di kedua kakinya "Aagghhh, wanita sialann! Kakikuuu" umpatnya hanyut terbawa arus sungai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Your name
Bukan cuma Mona aja kok Thor, aku yang baca juga sama.
2021-12-13
1
Your name
Semangat ya Thor
2021-12-13
1
Dewi Indrayani
semangat thor
2021-09-29
0