Mona dengan lihainya menembak dengan tangan kirinya, musuhnya tidak menyangka secepat kilat Mona meraih pistolnya di belakang pinggangnya. Musuhnya langsung terjerembab ambruk ke tanah, Mona menggigit sangkurnya dan mengambil pedang musuhnya.
Ia kembali menyerang musuhnya yang sudah berlompatan dari pohon ke pohon seperti bajing kemudian menyerang salah satu dari mereka dengan kecepatan dan kelihaiannya, mereka seperti ninja di sebuah film yang pernah ia perankan.
Kabir, Hendro dan Junaid terperanjat akan akal yang Mona lakukan, akhirnya mereka pun melakukan hal yang sama dengan tehnik berbeda.
Kabir memutar tubuhnya saat sabetan pedang hampir saja membelah tubuhnya, sebatang pohon di sisinya seukuran pahanya sudah terbelah menjadi 3 bagian.
Kabir menjatuhkan tubuhnya meluncur ke bawah si ninja, tepat di saat kedua kaki musuhnya terbuka, ia melepaskan tembakan ke arah alat reproduksinya hingga musuhnya langsung jatuh ambruk seketika bersimbah darah. Secepat kilat Kabir menangkap pedang yang jatuh dari tangan si ninja sebelum ia ambruk ke tanah.
Kini ia pun sudah memiliki pedang samurainya, memudahkan ia melawan musuhnya dengan senjata yang sama.
Hendro dan junaid pun sudah memiliki pedang, Heru sudah menggunakan dua pedang di kedua tangannya.
Kirana dan Nara sudah mendapatkan pedang dengan begitu sulitnya menjatuhkan lawan mereka, musuh mereka seperti tidak ada habisnya datang silih berganti menyerang, ketujuhnya sudah merasa lelah dan kehabisan tenaga.
Musuhnya masih saja terus datang dari atas pohon, menyerang dan secepat kilat menghilang lagi. Mereka susah membantai entah berapa banyak ninja yang sudah terkapar di tanah genangan darah pun sudah mewarnai sebagian rumput.
Hujan deras datang dengan tiba-tiba, goresan di beberapa bagian tubuh mereka terasa pedih akibat curah hujan. Seketika para ninja pergi ke dalam hutan yang lebih dalam. Kirana sudah terduduk dengan lemas dan perasaan lega, "Ayo, bersembunyi. Ambil sarung pedang dan apa yang bisa diambil," perintah Heru.
Ketujuhnya memeriksa semua tubuh musuh mereka yang sudah menjadi mayat dan mengambil pedang dan sarung juga obat-obatan di dalam saku mereka dan sebuah peta, Kabir menemukan peta.
Mereka juga mengambil sebuah ikat pingggang yang dibelitkan di punggung untuk menyelipkan kedua belah pedang mereka, sekarang di sekujur tubuh mereka sudah penuh dengan dua pedang, 2 sangkur dan 2 senjata sejenis pistol dan Kabir memiliki sepucuk senapan snipernya. Ia tidak ingin meninggalkannya karena ia bisa menembak jatuh heli lagi, ia sudah merencanakannya dengan matang.
Tubuh mereka semangkin berat dengan berbagai jenis senjata, yang tidak pernah mereka bayangkan akan membawanya ke mana-mana.
Di sepanjang perjalanan Heru mengambil sejenis dedaunan dan mengunyahnya, ia juga menyuruh mereka melakukannya.
"Daun apa ini? Pahit ...," ucap Kirana dan para wanita, "Hehehe kalau mau manis ya madulah Nona Artis" ucap Hendro yang juga memakannya, ia juga merasakan pahit namun malu untuk mengatakannya.
"Ini sejenis tumbuhan untuk mengobati luka dan mencegah malaria, karena hujan dan pastinya di sini banyak nyamuk. Apa lagi kita belum mendapatkan buruan untuk kita makan.
"Betapa beruntungnya kami menemukanmu Pak Heru, kalau tidak kami tidak tahu bagaimana caranya bertahan di tempat gila ini," kata Kirana tulus.
"Terima kasih Guru!" ucap Hendro dengan tawa.
"Iya benar Suhu!" balas Nara, semuanya tertawa dan terus memakan dedaunan yang pahit itu. Hujan masih dengan derasnya mengguyur tubuh mereka, mereka melihat seekor rusa Junaid menembaknya dan Kabir berlarian mengambil dan langsung memotongnya.
Mereka menggotongnya dengan sebuah kayu dengan mengikat kaki-kaki rusa di sela kayu, mereka mencari gua yang kering agar mereka bisa memanggang buruannya. Akan tetapi mereka terperosok kedalam jurang yang penuh dengan berbagai jenis rumput.
Tubuh mereka meluncur ke bawah bergulingan dan saling tindih, Hendro hampir menambrak sebuah tunggul kayu saat meluncur di antara rumput dan tanah, bila ia tidak merapatkan kedua kakinya mungkin pusaka berharganya akan pecah dengan percuma.
"Hampir saja!" umpatnya, "Aaaaagh" Brukk!
Mona sudah menubruknya dan mendarat tepat di atas tubuhnya.
"Aduh, pelan-pelan jangan terlalu bernafs* Nona Artis, bisa pecah bola kehidupanku," rintih Hendro, keduanya saling pandang dan membuang wajah mereka. Mona mendapati ia berada tepat di atas tubuh Hendro dan ia sangat malu baru ini ia begitu dekatnya dengan seorang pria.
Mona langsung bangkit dan berdiri, Hendro mengulurkan tangannya dan Mona menariknya tanpa bicara, debaran di hatinya membuat ia sedikit kelu untuk berucap.
Mereka melihat ke atas bukit Kabir dan Kirana saling bergulingan meluncur ke arah mereka, keduanya menyingkir. Kabir dengan sikap berhenti dan menangkap tubuh Kirana agar tidak jatuh ke dalam jurang.
Mereka melihat Junaid dan Nara juga Heru beserta rusa jungkir balik seperti salto di antara semak dan saling tindih Nara lebih beruntung mendarat ditumpukan dua pria dan seekor rusa yang sudah mati.
Kabir dan ketiganya menolong mereka, "Karena hujan semuanya jadi licin! Ayo kita cari sebuah gua" ucap Heru.
Mereka berjalan kembali Kabir dan Hendro yang menggotong rusa, para wanita membawa senjata mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Your name
lihai banget kabir
2022-01-08
2
Naya Kunaya
kaya liat vedeo game
2021-11-12
0
Al Vi a
MANTEEEEPPP thor 👍
2021-09-22
0