Mona muncul dari dalam air dengan menggigit sangkur di mulutnya, rambutnya yang basah bak dewi lautan yang ganas. Ia kembali ke dalam pertempuran yang semangkin seru, air sungai sudah berubah menjadi semangkin merah oleh darah para Hatter.
Pertarungan semangkin parah dan lawan mereka juga bukan lawan yang mudah untuk ditaklukkan, Mona kembali mencari lawannya ia melihat Kirana terdesak tiga pria menyerangnya dengan brutal, Mona menyerang salah satunya dengan cekatan ia menerjang dan menusuk punggung salah satu pria bertepatan dengan Kirana berhasil membunuh seorang lagi.
Keduanya saling pandang dan tersenyum, "Ayo!" ucap keduanya serempak dan menyerang seorang pria, hingga pria itu meregang nyawanya mengambang di sungai.
Arus sungai yang sedikit deras membuat mereka teramat sulit untuk bergerak, namun keberuntungan masih berpihak kepada Kabir dan komplotannya, mungkin kali ini Alberto Kuro salah menculik korbannya.
Kabir dan komplotannya sudah berhasil mengalahkan 20 orang Hatter.
Ngungg! Nguung! Ngungg!
Suara dengungan seperti sirine bergema di pulau, semua Hatter berlarian ke luar dari sungai. Mereka menuju sisi kanan sungai dan membiarkan semua teman mereka yang terluka dan mati terbawa arus sungai.
Kabir dan komplotannya menarik napas dengan lega, dan secepat kilat ke luar dari sungai mereka pergi berlawanan arah dengan para Hatter.
Mereka membersihkan tubuh mereka di bagian hulu sungai, sekaligus menangkap ikan dan memanggangnya di sekitar berbatuan dan memakannya secara cepat. Kini mereka mengisi tempat minuman yang mereka ambil dari para tentara gadungan yang sudah mereka habisin.
Mereka tidak lagi merasa lelah maupun ingin beristirahat lagi, mereka berlomba dengan sang waktu yang setiap hari akan mengancam kapan nyawa mereka akan melayang.
"Kita akan ke mana Pak?" tanya Heru mengamati setiap zona yang berbeda dari pulau, pohonnya begitu lebih lebat dan rindang hingga gelap di sekitarnya.
"Kami menjulukinya Hutan Kegelapan karena semuanya serba gelap, dan banyak jebakan juga ular berbisa di dalamnya. Aku sendiri pun tidak pernah memasukinya, tidak ada yang pernah berhasil" ucap Heru jujur. Ia mengeluarkan samurainya memasuki hutan.
"Kita salah pilih jalan, seharusnya kita melambung ke kiri, namun sepertinya komplotan para Hatter berada di sisi kiri sungai. Bagaimana apakah kita terus memasuki Hutan Kegelapan? Atau kembali?" tanya Heru meminta pendapat.
Keenamnya saling pandang, "Aku rasa kita terus maju, semuanya sama saja! Ke kiri maupun ke kanan tidak ada lagi tempat yang aman untuk kita, aku setuju kita masuk!" ucap Hendro.
"Aku juga sama, lebih baik kita menghadapi ular dari pada para Hatter yang lapar akan nyawa kita" balas Junaid mengeluarkan kedua sangkurnya.
"Para Ladies?!" tanya Kabir.
Mona, Kirana, dan Nara saling pandang, mereka juga tidak tahu harus berkata apa, "Aku sih ok-ok saja" ucap Mona.
"Lanjut!" ucap Nara.
"Ayolah, tidak ada lagi tempat yang ingin aku tuju jadi, sama saja!" balas Kirana.
Kelimanya pun mengikuti apa yang di lakukan oleh Heru, mengeluarkan senjata mereka dan bersiaga.
Berlahan namun pasti ketujuh anak manusia yang mencoba untuk hidup dan selamat dari Pulau Kematian, mereka tidak pernah bermimpi di dalam mimpi yang paling mengerikan sekali pun bahwa mereka akan berakhir di pulau yang menyeramkan dan menakutkan.
"Mengapa bulu kudukku merinding?" tanya Kirana ia semangkin was-was dan gugup.
"Tenanglah Kirana, anggap saja kita sedang berpiknik di sebuah Hutan Lindung," hibur Mona.
"Bukan kau saja yang merasakannya Kiran, aku juga!" ucap Nara.
Mereka berada di tengah di paling depan Heru dan Kabir, dan dua di belakang Hendro jugsa Junaid.
Hendro tidak banyak mengejek Mona lagi karena ia benar-benar telah melihat kepiawaian Mona di dalam bertahan hidup, ia bukanlah wanita manja seperti yang selama ini digambarkan oleh berita dan media massa katakan. Selain itu ia merasa ada kengerian yang besar akan menanti mereka, "Junaid berhati-hatilah! Jangan sampai musuh kita seperti Kabir yang datang dari atas pohon" kata Hendro sedikit khawatir.
Ia juga selelu memandang ke atas di antara dahan-dahan rimbun dedaunan pohon yang tida bisa tertembus matahari. Keadaan sekitarnya seperti saat senja padahal mungkin baru tengah hari.
"Ia aku juga merasakan kengerian yang berbeda di hutan ini," jawab Junaid semangkin erat memegang kedua sangkurnya ia meraba semua pistolnya dan mengisi semua amunisi siap untuk digunakan, Hendro juga melakukan hal yang sama.
Mereka semangkin dalam masuk ke dalam Hutan Kegelapan, suasana semangkim gelap dan meneggangkan tiada suara binatang hutan yang ada hanya keheningan dan suara seekor kumbang yang bernama Gareng.
Mereka semangkin dalam menembus hutan, hingga dari atas dahan bermunculan sekelebatan bayangan hitam membawa pedang dengan lihainya menyerang mereka, Kabir melompat ke sisi lain menghindari sabetan pedang, sangkurnya tidak bisa melawan panjangnya pedang samurai.
Ia masih terus menghindar begitu juga dengan yang lainnya hanya Heru yang masih bertahan saling serang dengan musuhnya, Mona tidak sabar dengan keberaniannya yang membabi buta ia melompati musuhnya dengan sangkur, di tangan kanannya akan tetapi, Dor!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Vita Anggraini
baca sambil menghayal...
2022-09-09
1
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
seruu
2022-01-08
1
Your name
Hadir...
2021-12-20
2