Mereka bergerak dengan penuh kelelahan namun, terus saja masalah tidak pernah habisnya.
Alberto benar-benar manusia picik yang terus mengirimkan kaki tangannya, memburu mereka bak kawanan rusa.
Kabir dan semuanya terus saja mencari celah agar bisa bersembunyi di hutan bambu, namun hutan ini hanya ditumbuhi bambu yang terawat dengan rapi seperti ada yang sengaja merawatnya, dan semak-semak liar yang sebatas lutut kaki.
Mereka terus saja berlari dan melindungi diri mereka, "Jangan berpencar!" teriak Heru.
Semuanya mulai merapat, Will yang murka dan terluka mengeluarkan senapan lasernya, "Will, mau ke mana?" teriak Kirana,
Ia melihat Will ke luar dari lingkaran yang mereka buat untuk melindunginya, "Aku lelah, berjuanglah kalian! Katakan kepada orang tuaku di Lampung, aku sangat mencintai mereka. Kalian harus selamat!" ucap Will.
Will berlari dan menembakkan senjatanya dengan membabi buta kepada semua ninja yang bergelantungan di pohon bambu dengan ringannya, hingga semua pohon bambu berjatuhan dan meleleh begitu juga para ninja yang tidak selamat.
"Pergilah! Kalian harus selamat, hancurkan si Kuro siaalaann!" teriaknya terus menembak semua ninja. Kabir dan yang lainnya terperanjat hingga ada celah yang membuat mereka kabur, "Pergilah kalian! Aku akan menyusul," ucap Kabir.
Heru dan Kabir saling pandang, "Ayo, jangan sia-siakan pengorbanan Will!" teriaknya mengajak semua orang lari.
Sementara Kabir dan Darmanto ikut membantu Will, mereka tidak ingin satu orang pun tertinggal di Pulau Kematian ini. Mereka ingin semuanya selamat.
Mereka bertiga meluluh lantakkan semua hutan bambu di sekitar mereka.
Para Ninja tidak turun ke bawah mereka hanya bergelantungan melompat ke sana kemari dan menembakkan panahnya.
Darmanto dan Kabir berjalan mendekati Will dan terus siaga melihat sekeliling mereka dan menatap ke atas pohon bambu.
Mereka benci dengan pecundang yang selalu menyerang saat mereka lengah ataupun dari belakang, sifat yang tidak ksatria.
Kabir merengkuh tubuh Will yang sudah kelelahan, ia pingsan.
Kabir memanggul tubuhnya, dan terus berlari melompati semak bekukar, sementara Darmanto di belakangnya terus waspada kepada musuh. Ia menembak setiap ninja yang akan melepaskan anak panah maupun senjata rahasia mereka.
Di dalam hutan bambu yang semangkin dalam dan rapat, Heru dan semua teman mereka, bersembunyi. Napas mereka terangah ia sudah memberi tanda dengan memberikan setiap sobekan jubah compang-campingnya di setiap jalan yang mereka lalui.
Heru berharap kecerdikan Kabir dan Darmanto mampu mengerti maksudnya. Namun, ia percaya akan kemampuan adik letingnya Darmanto karena mereka mendapatkan pendidikan yang sama di Angkatan Laut.
Ia juga percaya akan kegesitan dan rasa persaudaraan Kabir yang luar biasa, ia laksana seorang komando.
Mereka bersembunyi dengan cara saling memunggungi.
"Tetaplah waspada! Junaid kamu juga alat negara, kamu komandoi sebagian dari kita, aku tidak ingin kita mati sia-sia di sini? Marta kamu dengan para wanita," ucap Heru ia memeriksa senjatanya.
"apakah kalian memiliki semua senjata?" tanya Heru memperhatikan semua orang, "Aku tidak!" ucap Marta.
"Jadi, kamu melumpuhkan mereka dengan apa?" ucap Zai keheranan.
"Dengan ini!" ia menunjukkan 2 sangkurnya yang masih berlumur noda darah yang masih menetes.
"Wah, hebat!" balas Toto.
Heru memberikan senjata laser yang mereka curi, "Aku tidak tahu senjata ini sampai mana batasnya, tetapi ini sangat membantu sekali," kata Heru penuh syukur.
Ia memperhatikan semua orang dan ke semuanya sudah memiliki senjata, "Kirana, apakah engkau masih sanggup?" Tanya Heru menoleh ke arah Kirana.
Kirana hanya menganggukkan kepalanya saja, "Kalau boleh jujur aku tidak sanggup, tapi ... mau bagaimana lagi? Nyawa tidak ada yang jual," lirihnya galau.
"Sabarlah! Demi Nanimu. Ayolah semangat!" hibur Nara dengan senyum manisnya, rambutnya yang panjang sudah ia gelung dengan sumpit bambu yang baru ia raut menggunakan samurainya.
Nara mengeluarkan obat dari ranselnya berbentuk botol ia mendekat kepada Mona, membersihkan lukanya dengan alkohol dan kain kasa lalu menyemprotkan obat dari dalam botol, "Aku tidak tahu bagaimana efeknya, namun aku lihat komposisi yang tertera. Ini obat semua luka, bila sakit tahanlah Mona!" kata Nara.
"Dingin .... " balas Mona.
Mereka melihat keajaiban di sana, semua luka seperti mendidih dan bergelembung kemudian menimbulkan kepulan asap berwarna putih.
"Ajaib! Lukamu hilang dan kulitmu kembali seperti sedia kala!" Nara begitu senangnya. Ia teringat dengan Will, "aku berharap Will, Darmanto dan Kabir selamat. Andaipun mereka terluka ... aku berharap mereka sampai di sini, agar aku bisa mengobatinya." Ia menatap ke hutan bambu di belakang mereka yang telah mereka lalui.
Mereka semua berharap melihat ketiganya, Junaid, Toto, Zai membentuk lingkaran segi tiga saling meminggungi, Heru, Hendro dan Kirana mereka pun melakukan hal yang sama dan duduk.
Sedikit menjauh Nara, Marta dan Mona mereka bertiga. Mereka menjaga jarak, agar tidak dengan mudahnya para ninja menyerang mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Gita Simamora
Mari singgah di karyaku ya kak🔥
2025-01-07
0
Sri Wahyuni
dengan persatuan yang kuat aku yakin kalian semua bisa menghancurkan si kura2
2023-05-31
1
asyilaa
Lampung
2021-12-15
1