Kabir dan Heru menunggu heli menjauh dan keduanya berlari secepat kilat masuk ke celah gua di batu, mereka melihat kelima teman mereka sedang memanggang hasil tangkapan Hendro dan kelimanya diam dalam hening tanpa ada satu pun yang bersuara semua berpikir dengan kegelisahan.
"Apakah helinya susah pergi?" tanya Nara memeluk kedua belah lututnya menengadah ke arah Kabir dan Heru, "Sudah! Tetapi sepertinya mereka sedikit curiga ada sesuatu yang sedang terjadi apa lagi keenam tentara mereka tidak mereka temukan" Ucap Kabir.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Mona sedikit khawatir wajahnya yang cantik biasanya di layar TV dan medsos kini penuh dengan jelaga hitam karena memanggang burung.
"Ada yang mau aku tanyakan, sebelum kalian terbangun di sini. Hal heroik apa yang kalian lakukan sebelumnya?" tanya Kabir.
Kelimanya sedang berpikir, "Kecuali kamu Hendro, kitakan sama-sama gagalin perampokan di bank tempat kita bekerja." Ucap Kabir karena ia melihat Hendro berpikir sangat keras.
"Oh, maksud kamu? Kita diculik di sini karena kita menyelamatkan sesuatu begitu?" tanya Hendro keheranan.
"Apakah menolong orang lain adalah sebuah dosa?" tanya Junaid keheranan.
"Bagi yang bermoral itu tindakan mulia bagi yang kejam ia marah, bagi yang mencari keuntungan mungkin ia menginginkan sesuatu dari semua kebaikan yang tanpa sengaja kita lakukan!" ucap Kabir.
"Aku menolong seorang anak dari pembunuhan berantai karena aku seorang polisi" ucap Junaid.
Semua orang melihat ke arah Junaid, tampangnya benar-benar seperti bukan seorang polisi, tubuhnya jangkung kerempeng bahkan seperti tidak pernah makan, rambutnya gondrong keriting wajahnya benar-benar biasa saja tidak ada sedikit seram atau berwibawanya.
"Kamu bertugas di bagian intel ya?" tanya Heru ia salah seorang mantan TNI yang memilih karir menjadi seorang pengawal.
"Iya" jawab Junaid.
"Kalau aku, aku menolong seorang istri yang sedang dimutilasi suaminya yang selingkuh hingga aku menghajar suaminya sampai ia menyesal terlahir ke dunia ini" ucap Nara.
Semua orang memandang Nara dengan tatapan tidak percaya, "Masa sih?!" ucap Kirana tidak percaya Nara bertubuh mungil berkulit sedikit hitam eksotik berhidung mancung rambutnya sudah direbonding panjang keseluruhan wajah dan tubuhnya sangat cantik seperti anak SMU, "Kamu masih sekolahkan?" tanya Hendro.
"Hehehe bukan, aku malah seorang dokter" Ucap Nara.
"Wah, hebat!" Ucap Mona ia merasa bangga berada di tengah-tengah orang hebat dan penyelamat.
"Berarti hanya aku yang tidak menyelamatkan siapa pun, aku hanya memukul suami istri yang selalu menggangguku. Suaminya selalu ingin menikahiku dan aku tidak mau, dan istrinya menganggapku pelakor hingga aku menghajar pasangan itu. Aku hanya seorang pustakawati" Ucap Kirana sedikit malu.
"Dari mana heroiknya? Hingga aku berada di sini" Kirana merasa heran berada di tengah-tengah mereka.
"Mungkin karena dirimu membela hakmu Kirana." Jawab Nara.
"Kalau Nona Artis pasti karena keartisannya" ucap Hendro.
"Kamu terlalu tinggi memujiku Hendro terima kasih! Tetapi kamu salah, aku membekuk pengedar narkoba di pesawat antara Indonesia-Thailand setengah bulan yang lalu. Hanya saja aku tidak terlalu suka dipublish hingga aku menyuap banyak wartawan agar tidak mempublishnya dan saat kejadian aku dan Alberto Kuro di dalam pesawat yang sama saat kami menghadiri acara amal di istana kepresidenan Indonesia" ucap Mona.
"Wow! Kamu hebat Mona" Ucap Kirana dan Nara.
Hendro hanya mengeryitkan keningnya seakan tidak mempercayai seorang seleb dengan berbagai skandalnya mampu menghajar seorang bandit. Ia terkekeh geli membayangkan Mona menghajar seorang bandit apa lagi seorang bandar narkoba, "Hehehe" ia tertawa tanpa ia sadar.
"Puas-puasilah mengejekku! Selagi kamu masih bisa" Balas Mona.
Seketika Hendro terdiam, ia baru sadar di mana saat ini mereka berada. "Aku yakin kita pasti selamat, Allah tidak akan membiarkan selamanya Alberto si kura itu akan terus berjaya di dalam hidupnya. Kita harus membongkar semua kedoknya." Hendro optimis akan banyak hal itulah kelebihannya ia selalu ceria dan optimis di keadaan bagaimanapun.
"Kau benar Hen, kita harus berusaha bersatu dan mencari cela dan kelemahan si Kura-kura hahaha" Nara merasa geli atas julukan baru si Alberto.
Semuanya tertawa melupakan sejenak beban mereka, berusaha untuk menikmati hidup yang singkat.
Walaupun mungkin esok mereka tidak lagi bersama paling tidak nikmatilah saat ini, mereka memakan daging burung panggang dan buah-buahan, menikmati semuanya dengan keceriaan.
Setelah selesai mereka memadamkan api berusaha mencari ceruk yang lebih nyaman dan terlindungi dari binatang buas maupun manusia kiriman Alberto Kuro.
"Apakah di sini tidak ada hewan buas Pak Heru?" tanya Kirana ia berbaring berdekatan dengan Mona dan Nara dan sebagian pria lebih suka tidur berpencar, berbeda dengan para wanita yang suka berkumpul.
"Tidak pernah ada binatang buas sejak aku di sini. Aku juga tidak tahu mengapa tidak ada?" Ucap Heru. Akan tetapi baru saja mereka terlelap sekawanan srigala sudah mengepung mereka.
Grrggrrrr! Grrrgrrr!
Kirana membuka matanya berlahan ia sudah melihat kawanan srigala memenuhi gua kecil dengan mata merah menyala, "Monaa! Nara!" bisiknya berlahan kedua temannya bukan malah bangun melainkan saling peluk, "Hadeh! Giliran bahaya malah pakai adegan mesum!" umpat Kirana.
"Baangguuunnn ada srigala!" Teriak Kirana membuat semua orang melonjak kaget.
"Pak Heru, lihat! Bapak bilang ga ada binatang buas! Mengapa ada srigala?" tanya Kirana.
Mona dan Nara terkesiap mereka berulang kali mengucek-ucek mata mereka, "Srigalanya besar-besar dan bermata merah ...." ucap Junaid.
Salah satu srigala melolong panjang memanggil temannya yang lain, Junaid, Hendro, Kabir dan Heru sudah dikelilingi oleh srigala di sisi mereka.
Sedangkan Mona, Kirana dan Nara yang tidur di tengah ruangan di atas batu pipih pun sudah penuh srigala di sekelilingnya. Mereka bertiga sudah saling memunggungi mencoba saling melindungi satu dengan yang lain.
Hingga salah satu srigala memulai penyerangan dan srigala lain pun mulai ikut menyerang, semua orang bergumul dengan srigala. Kabir mengambil pistol genggamnya menembakkan ke mulut srigala, sementara air liur srigala sudah menetes membasahi seluruh wajahnya.
Di samarnya malam mereka melihat sebuah monitor monogram menyiarkan langsung penyerangan srigala, mereka bertujuh diserang habis-habisan srigala, ketujuhnya sekilas melihat keadaan mereka seperti adegan shooting sebuah film.
Mereka seperti menonton diri mereka sendiri di sebuah cermin, sekilas di layar monitor laksana TV plasma sorakan penonton di sebuah ruangan membahana memukul-mukul meja dan dinding-dinding berteriak yel-yel,
"Ayoo kalahkan srigala sialan itu!" ucap para penonton bersemangat, mereka mengulurkan uang mereka seakan mereka mengadakan pertaruhan di meja judi.
"Mona seksii! ayo kamu bisaa" ucap seseorang sambil memperlihatkan sesuatu miliknya yang berharga di tubuhnya, mereka benar-benar sekumpulan orang bejat dan tidak bermoral.
"Sialan pria berengsek!" Mona benar-benar marah ia mengeluarkan sangkurnya dan menerjang salah satu srigala menikamnya membabi buta, hingga ia berhasil membunuh 3 srigala besar sekaligus tubuhnya sudah bersimbah darah srigala. Mona melemparkan sangkurnya ke arah monitor monogram akan tetapi sia-sia sangkurnya hanya melesat menembus monitor dan mengenai seekor srigala yang sedang menyerang Hendro.
Hendro begitu terperanjat melihat Mona yang begitu gesitnya, "Wah, wanita ini benar-benar luar biasa keren! Aku padamu Mona" ucap Hendro tanpa sadar.
Kirana dan Nara masih bergumul dengan srigala besar lainnya, hingga ia menikamkan sangkurnya tepat di rusuk kiri srigala hingga ia jatuh terkulai meregang nyawa, Nara dengan lincahnya menaiki punggung srigala dan menggorok lehernya hingga jatuh terjerembab ke lantai tidak bernyawa.
Heru sudah menembak sepuluh ekor srigala, Junaid dan Kabir juga Hendro sudah banyak menggorok leher srigala.
Semua mayat srigala jatuh berserakan di antara bebatuan cadas ceruk kecil gua, ketujuh manusia yang berlumur darah srigala itu pergi ke luar gua. Namun, sebelum melangkah dengan nekad dan beraninya Mona mengacungkan jari tengahnya ke arah layar monitor monogram.
"Huuuuh!!" pekikan para penonton di dalam layar monitor.
"Mona! Mona! Nara! Nara! Kirana! Kirana!" semua para penonton pria berteriak menjagokan idola wanita mereka.
Ketujuh manusia itu tidak mempedulikan mereka melesat pergi menjauh meninggalkan gua, namun sayangnya ke mana pun mereka lergi layar monitor di angkasa berulang-ulang menyiarkan adegan demi adegan pembunuham srigala yang dilakukan oleh Kabir dan teman-temannya, bagaikan sebuah kontes perlombaan.
Ketujuhnya begitu berangnya mengepalkan tangan mereka, ada kebencian dan geram mengalir di sela-sela nadi mereka.
Sejam kemudian yel-yel dari layar monitor lenyap dan berganti dengan keheningan.
"Bagaimana mungkin ada srigala di tempat ini? Aku sudah 5 tahun disini namun tidak pernah melihatnya?" ucap Heru ia begitu penasarannya.
"Jadi, selama ini memang tidak ada srigala?" tanya Junaid penasaran.
"Kalau ada, aku sudah pasti bertemu dengan salah satu dari mereka sejak dulu." Ucap Heru.
"Lalu dari mana datangnya semua srigala itu?" ucap Kabir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Putri Minwa
saling dukung dong thor
2023-08-06
0
Kustri
Chip siapa yg msh melekat ditubuh hgg mrk diketahui keberadaan'a
2022-02-14
1
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
seruuu ih..
2022-01-08
0