Di sebuah ruang baca pribadi berdinding kaca yang terletak paling ujung bangunan mansion. Disana ada banyak koleksi buku dengan berbagai macam jenis dan judul buku.
"Kak Sean, apa aku belum boleh duduk? Hiks! Aku sudah sangat pegal," rengek Allesya yang masih berdiri di salah satu sudut ruangan dengan satu kaki terangkat ke atas seraya menyanggah 5 buku super tebal di atas kepalanya.
"Jangan banyak bicara, jalani hukumanmu sampai aku menyuruhmu berhenti," sergah Sean tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang dia baca.
"Tapi Kak, aku sudah berdiri selama satu jam. Daripada menghukumku seperti ini lebih baik kasih hukuman yang lainnya saja. Menemani Kak Sean membaca misalnya atau membacakan buku dongeng untuk Kakak," Allesya menciptakan sebuah negoisasi yang terdengar konyol.
Sean memutuskan fokusnya dari buku yang dia baca dan beralih ke Allesya yang masih berdiri. Terlihat gadis itu beberapa kali berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tetap bisa berdiri tegap.
"Apa kau sedang bercanda? Itu bukanlah sebuah hukuman. Tetaplah berdiri. Jangan merengek terus. Lagian aku yakin lelahmu saat ini tidak sebanding dengan lelahmu ketika kau membanting tubuh manusia sebanyak puluhan kali sekaligus," tukas Sean lalu melanjutkan kembali kegiatan bacanya, tanpa menghiraukan Allesya yang sudah kelelahan.
"Angkat kakimu lebih tinggi," titah tegas Sean dengan mata tak beralih dari buku bergambar yang dilengkapi balon teks yang tak lain adalah buku komik.
Allesya terkesiap karena kepergok menurunkan kakinya yang sudah terasa pegal.
"Hisshh! Padahal dia sama sekali tidak melirik ke arahku tapi kenapa bisa tahu semua gerak-gerikku sedari tadi? Kalau saja aku tidak merasa bersalah mungkin aku tidak akan mau menuruti perintahnya. Hiks!" Allesya menggerutu di dalam hati.
"Jika kau merasa bersalah lakukan hukuman itu dengan ihklas," Allesya terhenyak karena Sean seolah bisa mendengar kata hatinya.
Allesya membuang napasnya ke udara. Akhirnya ia memilih pasrah dan menjalani hukuman dari Sean tanpa protes.
Hening...
Membuat suara detakan jarum jam yang terpasang di dinding terdengar sangat jelas dan tegas.
Waktu terus berjalan. Kedua anak manusia tersebut tenggelam dalam kesenyapan. Sean masih berkutat dengan buku bacaan favoritnya.
Sedangkan Allesya masih berdiri dengan posisi yang sama. Akan tetapi siapa yang tahu, bahwa gadis itu sedang berkelut dengan pikirannya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali bersuara untuk menghempas keheningan.
"Maaf," satu kata yang terdengar lirih namun penuh akan penyesalan.
Suara lembut Allesya sukses memutus kosentrasi membaca Sean. Pria itu lantas menggiring manik birunya ke arah Allesya yang masih dalam posisi hukuman namun dengan kepala menunduk.
Pria tampan bermuka tegas namun lembut tersebut masih enggan menyahut ungkapan maaf Allesya yang diyakini memang tertuju untuknya. Namun percayalah, saat ini Sean sedang menanti Allesya melanjutkan kalimatnya yang terkesan menggantung baginya.
"Maaf, jika aku sudah membuatmu kesakitan karena makananku. Padahal aku hanya ingin Kak Sean tidak melewati makan pagi agar tidak sakit. Tapi kau justru harus sakit karena aku. Andai aku tidak memaksamu untuk memakan masakanku pasti kau tidak sakit perut," ungkap Allesya yang tengah menyesali perbuatannya meski sebenarnya dia hanya berniat baik, tidak ada maksud untuk menyakiti orang lain, apalagi orang yang disayangi.
Sean masih bergeming. Dia tampak sedang menikmati pemandangan di depannya. Ini kali perama baginya melihat mimik serius Allesya. Membuatnya tidak ingin menyia-nyiakan tontonan langka tersebut.
Sejenak keheningan kembali menyelimuti. Hingga akhirnya Sean beranjak dari duduknya. Dengan kedua tangan bersembunyi di dalam saku celana, badan gagah itu berjalan dan berhenti tepat di depan Allesya.
"Hukumanmu selesai, turunkan buku dan kakimu," titah Sean yang langsung dipatuhi Allesya. Gadis itu menurunkan kakinya dan buku dari atas kepalanya, namun masih dalam posisi kepala menunduk.
"Kenapa kau masih menundukkan kepalamu? Apa ada sesuatu yang lebih menarik di bawah? Apa kau sudah tidak tertarik dengan muka tampanku? Atau kau sudah bosan," ujar Sean mencoba kembali memancing respon Allesya.
Tentu saja kalimat pancingan Sean memberikan reaksi. Allesya sontak mengangkat kepalanya lalu menggeleng cepat sebagai menidakkan ucapan Sean. "Tidak Kak, mana mungkin aku bosan melihat muka tampanmu? Aku hanya benar-benar sedang menyesali perbuatanku," tukasnya lalu melempar pandangannya ke sembarang arah.
"Kak?" panggil Allesya. Ia kembali menatap muka Sean yang ternyata sedari tadi belum juga mengalihkan pandangannya dari muka Allesya.
"Hem," sahut Sean singkat.
"Kak Sean, tidak bisakah kau membuka sedikit saja hatimu untukku?" tanya Allesya dengan mimik muka serius namun menyiratkan sebuah harapan.
"Kau seharusnya berpacaran dengan pria seumuranmu Allesya," jawab Sean yang tentu membuat Allesya kecewa.
"Apa itu karena Kakak belum bisa melupakan Kak Jenny?" tanya Allesya tampak ragu. Bagaimanapun juga pertanyaan yang baru saja terlontar dari bibirnya adalah hal sensitif bagi Sean.
Sean menghela napas berat. Membahas Jenny memang selalu sukses membuat hatinya berdenyut dalam. "Kau ingin tahu alasannya?"
Dengan mantap Allesya berkata. "Iya Kak, tentu saja aku ingin tahu."
"Alasannya karena kau terlalu kecil untukku Allesya. Mungkin aku bisa menjadi Kakakmu tapi aku tidak bisa menjadi kekasihmu apalagi suami masa depan seperti yang kau impikan?" tandas Sean.
"Apa dengan mengetahui alasannya, kau akan berhenti mengejarku?" kini balik Sean yang bertanya.
"Tidak, aku akan terus memperjuangkan cintaku. Kau bilang alasanmu tidak menerimaku karena aku masih kecil bukan? Beberapa bulan lagi usianku sudah 18 tahun. Itu pertanda aku bukan lagi seorang gadis kecil melainkan seorang wanita dewasa," balas Allesya penuh percaya diri.
Sean memijit kedua pelipisnya yang tiba-tiba terasa pusing. "Sudah ku duga akan tetap seperti itu. Kau memang gadis yang gigih."
"Kau harus berpikir untuk menerimaku jika aku sudah dewasa kelak," ucap Allesya mengandung unsur paksaan meski terdengar halus.
"Aku tidak akan berjanji. Tapi saranku, berkencanlah."
"Denganmu?"
"Bukan!"
"Tapi aku maunya denganmu!" timpal Allesya penuh penekanan.
"Sepertinya kau sudah melupakan rasa penyesalanmu beberapa saat yang lalu," cebik Sean.
Allesya kembali memasang muka sedih. "Tentu saja aku masih menyesalinya," tukas Allesya lagi-lagi menundukkan kepala.
Tap!
Sean maju satu langkah sedikit memangkas jarak tubuhnya dengan tubuh Allesya. "Lagi-lagi kau menundukkan kepala. Apa beban dosamu terlalu berat sehingga kau tidak kuat menegakkan kepala?"
Kalimat ledekan dari Sean membuat Allesya menengadah mukanya ke arah muka Sean sehingga kedua pasang mata berbeda warna tersebut saling bersiborok. Bahkan hembusan napas mereka saling beradu.
"Kak Sean selalu saja meledekku?" protes si Gadis memasanh muka cemberut. Bibirnya mengerucut tajam dilengkapi pipi yang mengembung seperti ikan buntal yang sedang terusik.
"Cantik dan menggemaskan, sayangnya dia hanyalah gadis kecil. Kalau saja dia wanita dewasa mungkin bibir itu sudah aku lahap." batin Sean dengan tatapan menelisik pada setiap titik muka Allesya yang membuat semua orang tak akan mampu menampik kecantikan alaminya.
"Aku kasih saran, sebaiknya jangan pernah memasang muka seperti itu di depan pria lain," tutur Sean.
Mimik muka Allesya seketika berubah. "Memang kenapa?"
"Karena mukamu jelek seperti ikan buntal," timpal Sean asal.
Allesya mendengus kesal seraya melipat kedua tangannya di depan dada. "Andai saja yang berkata seperti itu orang lain. Pasti sudah aku banting habis-habisan tubuhnya."
"Ck! Kau memang gadis yang mengerikan," cibir Sean.
"Kak," panggil Allesya kembali.
"Hem, apa lagi?"
"Apa kau ingat kapan dan di mana kita pertama kali bertemu?"
Sean merotasikan kedua bola mata diikuti bibir yang menipis. Dan mencoba memutar mundur ingatannya ke masa lalu kemudian kembali menautkan tatapannya kepada Allesya.
"Waktu itu kau menjadi hantu penunggu pohon. Dan lucunya si Hantu bisa memanjat tapi tidak bisa turun. Memang kenapa?"
"Ck! lagi-lagi kau meledekku. Lagian mana ada hantu pohon secantik diriku," kalimat narsis meluncur halus dari bibir tipis Allesya.
"Hmm, sebelum itu.. Maksudnya beberapa tahun sebelumnya, apa kau merasa kita pernah bertemu?" Allesya menatap lekat manik biru yang begitu jernih dan mempesona milik si Pangeran Berkuda Putih miliknya.
Namun keterdiaman Sean yang terlihat bingung akan lontaran pertanyaan tersebut, membuat gadis itu cukup cepat mengartikan jawaban yang sebenarnya.
"Hah! Ini sangat menyebalkan. Kenapa hanya aku yang mengingatnya. Aku tidak akan membahas kenangan itu sampai dia mengingatnya sendiri," Allesya bermonolog di dalam hati.
Allesya lantas melirik ke arah pergelangan tangannya. "Baiklah Kak, hari sudah sore. Aku akan pulang sekarang. Kau jangan merindukanku ya. Besok calon istrimu ini akan datang kembali,"
"Ya sudah pergi sana. Hush..! Hush!" usir Sean seraya menyapu udara di depannya.
Allesya mencebik sebelum akhirnya benar-benar berniat meninggalkan ruangan.
Namun langkahnya tersendat ketika keberadaan seekor makhluk kecil berkaki empat meloncat-loncat hingga melewati ambang pintu masuk.
"Kyaakkk! Kenapa ada katak di sini?" pekik Allesya yang reflek menarik kembali kakinya memasuki ruangan dan langsung bersembunyi di belakang tubuh besar Sean.
"Kak Sean cepat usir binatang lembek dan menakutkan itu," Allesya kian menghisteris ketika binatang amfibi itu mulai mendekat.
"Kak kenapa kau hanya diam saja? Kakak cepat usir hewan itu, Kak?"
Namun Sean masih bergeming. Tubuhnya sama sekali tidak bergeser seolah kakinya sudah menancap kuat pada bumi yang dia pijak.
Allesya yang menyadari gelagat aneh Sean seketika melongo. Dia tidak percaya dengan apa yang terpikirkan saat ini tentang Sean.
"Kak, jangan bilang kalau kau..?" Allesya menggantung kalimatnya.
*❣
❣
❣*
Bersambung~~
...Ayo biasakan tinggalkan jejak like dan comment pada setiap bab setelah membacanya ya para readers. Biar ini cerita nggak sepi kayak kuburan🤣 Sumbangkan vote dan gift juga kalau berkenan🤭...
...Intinya, dukungan para Readers adalah penyemangat berharga bagiku untuk terus menulis🥰...
...Terima kasih.. Lop Lop you superrr...
...💜💙💚💛🧡❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
sean takut katak😆
2022-05-24
0
Nuryanti
hantu cantik penunggu pohon
bisa manjat gak bisa turun🤣🤣🤣lompat aja lah
2021-11-26
0
Mommy Gyo
5 like hadir thor mampir juga ya 🥰🥰🥰
2021-09-19
0