Bab 19

Di sebuah ruang baca pribadi berdinding kaca yang terletak paling ujung bangunan mansion. Disana ada banyak koleksi buku dengan berbagai macam jenis dan judul buku.

"Kak Sean, apa aku belum boleh duduk? Hiks! Aku sudah sangat pegal," rengek Allesya yang masih berdiri di salah satu sudut ruangan dengan satu kaki terangkat ke atas seraya menyanggah 5 buku super tebal di atas kepalanya.

"Jangan banyak bicara, jalani hukumanmu sampai aku menyuruhmu berhenti," sergah Sean tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang dia baca.

"Tapi Kak, aku sudah berdiri selama satu jam. Daripada menghukumku seperti ini lebih baik kasih hukuman yang lainnya saja. Menemani Kak Sean membaca misalnya atau membacakan buku dongeng untuk Kakak," Allesya menciptakan sebuah negoisasi yang terdengar konyol.

Sean memutuskan fokusnya dari buku yang dia baca dan beralih ke Allesya yang masih berdiri. Terlihat gadis itu beberapa kali berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tetap bisa berdiri tegap.

"Apa kau sedang bercanda? Itu bukanlah sebuah hukuman. Tetaplah berdiri. Jangan merengek terus. Lagian aku yakin lelahmu saat ini tidak sebanding dengan lelahmu ketika kau membanting tubuh manusia sebanyak puluhan kali sekaligus," tukas Sean lalu melanjutkan kembali kegiatan bacanya, tanpa menghiraukan Allesya yang sudah kelelahan.

"Angkat kakimu lebih tinggi," titah tegas Sean dengan mata tak beralih dari buku bergambar yang dilengkapi balon teks yang tak lain adalah buku komik.

Allesya terkesiap karena kepergok menurunkan kakinya yang sudah terasa pegal.

"Hisshh! Padahal dia sama sekali tidak melirik ke arahku tapi kenapa bisa tahu semua gerak-gerikku sedari tadi? Kalau saja aku tidak merasa bersalah mungkin aku tidak akan mau menuruti perintahnya. Hiks!" Allesya menggerutu di dalam hati.

"Jika kau merasa bersalah lakukan hukuman itu dengan ihklas," Allesya terhenyak karena Sean seolah bisa mendengar kata hatinya.

Allesya membuang napasnya ke udara. Akhirnya ia memilih pasrah dan menjalani hukuman dari Sean tanpa protes.

Hening...

Membuat suara detakan jarum jam yang terpasang di dinding terdengar sangat jelas dan tegas.

Waktu terus berjalan. Kedua anak manusia tersebut tenggelam dalam kesenyapan. Sean masih berkutat dengan buku bacaan favoritnya.

Sedangkan Allesya masih berdiri dengan posisi yang sama. Akan tetapi siapa yang tahu, bahwa gadis itu sedang berkelut dengan pikirannya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali bersuara untuk menghempas keheningan.

"Maaf," satu kata yang terdengar lirih namun penuh akan penyesalan.

Suara lembut Allesya sukses memutus kosentrasi membaca Sean. Pria itu lantas menggiring manik birunya ke arah Allesya yang masih dalam posisi hukuman namun dengan kepala menunduk.

Pria tampan bermuka tegas namun lembut tersebut masih enggan menyahut ungkapan maaf Allesya yang diyakini memang tertuju untuknya. Namun percayalah, saat ini Sean sedang menanti Allesya melanjutkan kalimatnya yang terkesan menggantung baginya.

"Maaf, jika aku sudah membuatmu kesakitan karena makananku. Padahal aku hanya ingin Kak Sean tidak melewati makan pagi agar tidak sakit. Tapi kau justru harus sakit karena aku. Andai aku tidak memaksamu untuk memakan masakanku pasti kau tidak sakit perut," ungkap Allesya yang tengah menyesali perbuatannya meski sebenarnya dia hanya berniat baik, tidak ada maksud untuk menyakiti orang lain, apalagi orang yang disayangi.

Sean masih bergeming. Dia tampak sedang menikmati pemandangan di depannya. Ini kali perama baginya melihat mimik serius Allesya. Membuatnya tidak ingin menyia-nyiakan tontonan langka tersebut.

Sejenak keheningan kembali menyelimuti. Hingga akhirnya Sean beranjak dari duduknya. Dengan kedua tangan bersembunyi di dalam saku celana, badan gagah itu berjalan dan berhenti tepat di depan Allesya.

"Hukumanmu selesai, turunkan buku dan kakimu," titah Sean yang langsung dipatuhi Allesya. Gadis itu menurunkan kakinya dan buku dari atas kepalanya, namun masih dalam posisi kepala menunduk.

"Kenapa kau masih menundukkan kepalamu? Apa ada sesuatu yang lebih menarik di bawah? Apa kau sudah tidak tertarik dengan muka tampanku? Atau kau sudah bosan," ujar Sean mencoba kembali memancing respon Allesya.

Tentu saja kalimat pancingan Sean memberikan reaksi. Allesya sontak mengangkat kepalanya lalu menggeleng cepat sebagai menidakkan ucapan Sean. "Tidak Kak, mana mungkin aku bosan melihat muka tampanmu? Aku hanya benar-benar sedang menyesali perbuatanku," tukasnya lalu melempar pandangannya ke sembarang arah.

"Kak?" panggil Allesya. Ia kembali menatap muka Sean yang ternyata sedari tadi belum juga mengalihkan pandangannya dari muka Allesya.

"Hem," sahut Sean singkat.

"Kak Sean, tidak bisakah kau membuka sedikit saja hatimu untukku?" tanya Allesya dengan mimik muka serius namun menyiratkan sebuah harapan.

"Kau seharusnya berpacaran dengan pria seumuranmu Allesya," jawab Sean yang tentu membuat Allesya kecewa.

"Apa itu karena Kakak belum bisa melupakan Kak Jenny?" tanya Allesya tampak ragu. Bagaimanapun juga pertanyaan yang baru saja terlontar dari bibirnya adalah hal sensitif bagi Sean.

Sean menghela napas berat. Membahas Jenny memang selalu sukses membuat hatinya berdenyut dalam. "Kau ingin tahu alasannya?"

Dengan mantap Allesya berkata. "Iya Kak, tentu saja aku ingin tahu."

"Alasannya karena kau terlalu kecil untukku Allesya. Mungkin aku bisa menjadi Kakakmu tapi aku tidak bisa menjadi kekasihmu apalagi suami masa depan seperti yang kau impikan?" tandas Sean.

"Apa dengan mengetahui alasannya, kau akan berhenti mengejarku?" kini balik Sean yang bertanya.

"Tidak, aku akan terus memperjuangkan cintaku. Kau bilang alasanmu tidak menerimaku karena aku masih kecil bukan? Beberapa bulan lagi usianku sudah 18 tahun. Itu pertanda aku bukan lagi seorang gadis kecil melainkan seorang wanita dewasa," balas Allesya penuh percaya diri.

Sean memijit kedua pelipisnya yang tiba-tiba terasa pusing. "Sudah ku duga akan tetap seperti itu. Kau memang gadis yang gigih."

"Kau harus berpikir untuk menerimaku jika aku sudah dewasa kelak," ucap Allesya mengandung unsur paksaan meski terdengar halus.

"Aku tidak akan berjanji. Tapi saranku, berkencanlah."

"Denganmu?"

"Bukan!"

"Tapi aku maunya denganmu!" timpal Allesya penuh penekanan.

"Sepertinya kau sudah melupakan rasa penyesalanmu beberapa saat yang lalu," cebik Sean.

Allesya kembali memasang muka sedih. "Tentu saja aku masih menyesalinya," tukas Allesya lagi-lagi menundukkan kepala.

Tap!

Sean maju satu langkah sedikit memangkas jarak tubuhnya dengan tubuh Allesya. "Lagi-lagi kau menundukkan kepala. Apa beban dosamu terlalu berat sehingga kau tidak kuat menegakkan kepala?"

Kalimat ledekan dari Sean membuat Allesya menengadah mukanya ke arah muka Sean sehingga kedua pasang mata berbeda warna tersebut saling bersiborok. Bahkan hembusan napas mereka saling beradu.

"Kak Sean selalu saja meledekku?" protes si Gadis memasanh muka cemberut. Bibirnya mengerucut tajam dilengkapi pipi yang mengembung seperti ikan buntal yang sedang terusik.

"Cantik dan menggemaskan, sayangnya dia hanyalah gadis kecil. Kalau saja dia wanita dewasa mungkin bibir itu sudah aku lahap." batin Sean dengan tatapan menelisik pada setiap titik muka Allesya yang membuat semua orang tak akan mampu menampik kecantikan alaminya.

"Aku kasih saran, sebaiknya jangan pernah memasang muka seperti itu di depan pria lain," tutur Sean.

Mimik muka Allesya seketika berubah. "Memang kenapa?"

"Karena mukamu jelek seperti ikan buntal," timpal Sean asal.

Allesya mendengus kesal seraya melipat kedua tangannya di depan dada. "Andai saja yang berkata seperti itu orang lain. Pasti sudah aku banting habis-habisan tubuhnya."

"Ck! Kau memang gadis yang mengerikan," cibir Sean.

"Kak," panggil Allesya kembali.

"Hem, apa lagi?"

"Apa kau ingat kapan dan di mana kita pertama kali bertemu?"

Sean merotasikan kedua bola mata diikuti bibir yang menipis. Dan mencoba memutar mundur ingatannya ke masa lalu kemudian kembali menautkan tatapannya kepada Allesya.

"Waktu itu kau menjadi hantu penunggu pohon. Dan lucunya si Hantu bisa memanjat tapi tidak bisa turun. Memang kenapa?"

"Ck! lagi-lagi kau meledekku. Lagian mana ada hantu pohon secantik diriku," kalimat narsis meluncur halus dari bibir tipis Allesya.

"Hmm, sebelum itu.. Maksudnya beberapa tahun sebelumnya, apa kau merasa kita pernah bertemu?" Allesya menatap lekat manik biru yang begitu jernih dan mempesona milik si Pangeran Berkuda Putih miliknya.

Namun keterdiaman Sean yang terlihat bingung akan lontaran pertanyaan tersebut, membuat gadis itu cukup cepat mengartikan jawaban yang sebenarnya.

"Hah! Ini sangat menyebalkan. Kenapa hanya aku yang mengingatnya. Aku tidak akan membahas kenangan itu sampai dia mengingatnya sendiri," Allesya bermonolog di dalam hati.

Allesya lantas melirik ke arah pergelangan tangannya. "Baiklah Kak, hari sudah sore. Aku akan pulang sekarang. Kau jangan merindukanku ya. Besok calon istrimu ini akan datang kembali,"

"Ya sudah pergi sana. Hush..! Hush!" usir Sean seraya menyapu udara di depannya.

Allesya mencebik sebelum akhirnya benar-benar berniat meninggalkan ruangan.

Namun langkahnya tersendat ketika keberadaan seekor makhluk kecil berkaki empat meloncat-loncat hingga melewati ambang pintu masuk.

"Kyaakkk! Kenapa ada katak di sini?" pekik Allesya yang reflek menarik kembali kakinya memasuki ruangan dan langsung bersembunyi di belakang tubuh besar Sean.

"Kak Sean cepat usir binatang lembek dan menakutkan itu," Allesya kian menghisteris ketika binatang amfibi itu mulai mendekat.

"Kak kenapa kau hanya diam saja? Kakak cepat usir hewan itu, Kak?"

Namun Sean masih bergeming. Tubuhnya sama sekali tidak bergeser seolah kakinya sudah menancap kuat pada bumi yang dia pijak.

Allesya yang menyadari gelagat aneh Sean seketika melongo. Dia tidak percaya dengan apa yang terpikirkan saat ini tentang Sean.

"Kak, jangan bilang kalau kau..?" Allesya menggantung kalimatnya.

*❣

❣*

Bersambung~~

...Ayo biasakan tinggalkan jejak like dan comment pada setiap bab setelah membacanya ya para readers. Biar ini cerita nggak sepi kayak kuburan🤣 Sumbangkan vote dan gift juga kalau berkenan🤭...

...Intinya, dukungan para Readers adalah penyemangat berharga bagiku untuk terus menulis🥰...

...Terima kasih.. Lop Lop you superrr...

...💜💙💚💛🧡❤...

Terpopuler

Comments

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

sean takut katak😆

2022-05-24

0

Nuryanti

Nuryanti

hantu cantik penunggu pohon
bisa manjat gak bisa turun🤣🤣🤣lompat aja lah

2021-11-26

0

Mommy Gyo

Mommy Gyo

5 like hadir thor mampir juga ya 🥰🥰🥰

2021-09-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Author Menyapa
119 Karya Baru
120 Karya Ke 5
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Author Menyapa
119
Karya Baru
120
Karya Ke 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!