Seharian konsentrasi kerja Sean benar-benar terbang melayang sirna ke awang-awang. Sudah lima kali iya keluar masuk kamar mandi karena rasa mulas yang terus *******-***** perutnya dengan sangat gemas.
Pria tampan berdasi itu menghempas tubuhnya dengan kasar pada sofa ruangan. Ia melonggarkan lilitan dasinya karena merasa gerah meski mesin pendingin sedang menyala.
"Gadis bar-bar itu sepertinya memang berniat mencari gara-gara denganku. Dia sengaja meracuniku dengan makanan tadi," sungut Sean yang merasa geram kepada Allesya.
Pasalnya, penderitaannya kali ini dimulai sesaat setelah ia menghabiskan bekal makanan yang dibawakan Allesya.
"Allesya.. Allesya.. kau memang selalu membuat masalah," Sean masih saja meracau jengah.
Ting!
Sebuah pemberitahuan pesan masuk memaksa Sean untuk meraih ponselnya lalu membaca pesan dari Henry, sang Kakek.
Pesan tersebut berisi sebuah foto Allesya yang sedang bercengkrama dengan Sarah.
Senyuman tipis terbit tanpa permisi pada sepasang bibir Sean yang tidak pernah menyentuh gulungan tembakau kematian tersebut. Rasa kesal kepada Allesya tergantikan sebuah rasa hangat yang menjalar di hatinya.
"Aku memang tidak bisa menampiknya. Kehadiran gadis bar-bar itu memang memberikan perubahan positif kepada mama," lirih Sean tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.
Kruk..! Kruk..!
Lagi-lagi perut Sean kembali bergemuruh. Bukan karena lapar melainkan karena rasa mulas yang menyerang.
"Eehg! Perutku kembali sakit," Sean meringik ketika perutnya kembali merasakan mulas seperti seorang wanita hamil yang sedang mengalami kontraksi palsu.
Tidak ingin sesuatu keluar tidak pada tempatnya, Sean bergegas menuju Toilet. Tidak kebayang bukan jika seorang pemimpin tertinggi pada perusahan fashion terkemuka di Inggris buang hajat di celana? Pasti cicak-cicak di dinding akan menertawainya.
"Awas saja kau Allesya, aku akan menghukummu nanti!" geram Sean yang sudah duduk di atas kloset.
°°°
Tidak seperti biasanya, Sean pulang dari kantornya lebih awal. Dengan tergontai-gontai ia melangkah menuju undakan tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua. Tubuhnya terasa sangat lemas tak bertenaga setelah isi perutnya terkuras hingga tandas.
Samar-samar, suara orang-orang yang sedang bercengkrama seketika menahan langkah kakinya. Gegas ia memutar haluan tubuhnya menuju sumber suara yang sukses menarik perhatianya.
Dalam langkahnya, Sean sudah bisa menangkap 3 sosok orang tengah berkumpul di sebuah gazebo. Mereka adalah Allesya dan Henry yang terlihat asyik bermain kartu. Sedangkan Sarah terlihat tenang sebagai penonton dan sesekali mengulas senyuman tipis pada bibir pucatnya.
"Haha.. Allesya kau sangat payah. Aku menang lagi," seru si Kakek meledek.
"Kakek, kau sungguh luar biasa. Kau bahkan tidak memberiku kesempatan kepadaku untuk menang," puji Allesya.
"Kalian sedang apa?" tanya Sean yang hanya sekedar basa-basi. Padahal dia sudah tahu kalau Allesya dan Henry sedang bermain kartu.
Ketiga manusia yang berada di bawah atap gazebo tersebut sontak menoleh ke arah suara yang tiba-tiba menerobos indera pendengaran mereka.
"Hai Kakak tampan," sapa Allesya duluan dengan suara lumba-lumbanya.
"Kenapa kau sudah pulang?" berbeda dengan Allesya, Henry justru terlihat heran akan keberadaan sang Cucu.
"Ck! Pertanyaanmu menyakiti hatiku Kek. Kau terlihat tidak senang melihatku pulang cepat," Sean berdecak sebal.
Dug!
Sean langsung terbungkuk karena sebuah sodokan tongkat pada perutnya.
"Aw! Kenapa kau malah memukulku dengan tongkatmu?!" protes Sean seraya mengusap rasa sakit pada perutnya.
"Sejak kapan cucuku yang gagah ini suka sekali ngambek seperti anak gadis? Lagian aku hanya bertanya karena tidak seperti biasanya kau meninggalkan kantormu jam segini?" sanggah Henry yang sempat melirik ke arah penunjuk waktu yang melingkari pergelangan tangannya sekilas.
"Berhentilah memukulku dengan tongkatmu itu Kek, atau besok kau tidak akan melihat tongkat kesayanganmu itu lagi," sungut Sean yang tak mengindahkan pertanyaan Henry.
"Sopan sekali kau, cucuku," Henry menyindir secara halus.
Allesya terkikik melihat perdebatan antara si Kakak Tampan dan si Kakek Tampan yang terdengar seperti banyolan baginya. Sedangkan Sarah hanya menyaksikan ayah dan putranya dengan mimik muka tak berekpresi.
Sean berdecak hingga akhirnya ia memilih berjongkok di depan Sarah yang memang lebih banyak diam semenjak 10 tahun yang lalu. "Ma, apa kau sudah minum obat?" tanya Sean sebagai wujud perhatiannya.
Sarah hanya menatap muka putranya dengan mimik muka tak terbaca. Ia bahkan tak berucap sama sekali. Tentu saja Sean sudah terbiasa akan segala kebisuan sang Mama. Baginya, jiwa Sarah tidak kembali tergoncang sudah sangat bagus.
Deg!
Rasa hangat dan haru kembali menjalar lembut ke dalam hati Sean. Sentuhan hangat tangan halus yang dulu sering menyebarkan kasih sayang tak berujung untuknya, terulur di pipinya.
Seolah tidak ingin sentuhan hangat yang sudah lama ia rindukan itu berakhir dengan cepat, Sean menyentuh tangan Sarah yang masih bersemayam di pipinya. Ingatannya mengulang kembali pada semua rasa yang pernah ia sesap dari telapak tangan sang Mama.
Allesya dan Henry yang menyaksikan adegan antara ibu dan anak tersebut tak henti-hentinya mengulas senyuman yang penuh akan rasa syukur.
"Mama..," lirih Sean terharu.
"Cucuku, sebaiknya Sarah dibawa ke dalam sekarang. Biarkan dia beristirahat," tutur Henry memecahkan suasana yang sempat me-melow.
Sean mengangguk tanpa menoleh ke arah Henry. Iya Kek,"
"Biar aku saja yang mengantar Tante Kek," ucap Allesya.
"Tidak perlu Allesya, biarkan Ana yang membawanya ke dalam. Kau beristirahatlah," tolak Henry secara halus. "Ana.. Tolong bawa Nyonya ke dalam," titah Henry kepada Ana yang merupakan seorang asisten yang bertugas merawat Sarah.
"Tapi Kek, aku disini kan harusnya bekerja menjaga Tante cantik?" sanggah Allesya. Dia hanya tidak ingin memakan gaji buta.
"Allesya, bukannya kau seharian juga sudah mengerjakan tugasmu," sahut Henry.
"Ya sudah. Aku juga akan masuk ke dalam. Kalian berbincang-bincang aja dulu," sambung Henry kembali yang seakan berniat memberi ruang bagi Allesya agar bisa lebih dekat dengan cucunya.
Setelah Sarah dan Henry menghilang di telan dinding, Allesya gegas menggiring tubuhnya ke arah Sean seraya melempar tatapan menyelidik. Sebenarnya dia sedari tadi menyadari rona muka si Kakak Tampannya yang terkesan pucat. Dan lidahnya juga sangat gatal ingin bertanya.
"Kak Sean, apakah kau sedang sakit?" tanya Allesya kepada Sean.
Gadis itu beranjak dari duduknya dan mendekati Sean. Ia menangkup muka tampan favoritnya tersebut lalu meniliknya dengan seksama. "Kak, kau terlihat pucat. Apa kau merasa sesuatu yang membuatmu kurang nyaman?" tanya Allesya terlihat cemas.
Tanpa Allesya sadari, bentuk kepeduliannya itu justru mengingatkan Sean tentang drama sakit perutnya beberapa waktu yang lalu.
"Aku baru saja keracunan makanan," jawab Sean dengan nada ketus tapi masih membiarkan tangan Allesya menangkup mukanya.
Apakah dia sudah tidak merasa risih dengan sentuhan sang Gadis bar-bar? Apa itu pertanda ia mulai membuka hatinya? Jangan berharap terlalu tinggi dulu. Mungkin Sean sedang lupa. Hehe
"APA?! Kak Sean keracunan makanan?" Allesya terkejut dan malah mengulang kembali ucapan Sean.
"Iya, aku keracunan bekal sarapan darimu. Kau memang benar-benar berniat meracuniku Allesya," beber Sean dengan muka kesalnya. Seperti dia sudah bersiap-siap memberi hukuman pada gadis di depannya.
Kedua alis Allesya tertaut. "Maksud Kak Sean apa? Mana mungkin aku ingin meracuni calon suami masa depanku?" sanggah Allesya tidak terima.
"Apa kau tidak bisa mengira-ngira ketika menabur bubuk cabe dan garam ketika memasak?"
Allesya menurunkan tangannya dari pipi Sean. Ia memutar matanya terlihat sedang mengingat sesuatu. "Tadi pagi aku memang tidak sengaja menumpahkan bubuk cabe dan garam pada makanannya," beber Allesya dengan lugunya.
"ALLESYA...!" Allesya terjingkat ketika suara bariton milik Sean meninggi.
"Aku tidak akan bisa tidur dengan tenang malam jika belum menghukummu," Sean mencengkram tangan kecil Allesya lalu membawanya ke suatu tempat.
*❣
❣
❣*
Bersambung~~
...Ayo biasakan tinggalkan jejak like dan comment pada setiap bab setelah membacanya ya para readers. Biar ini cerita nggak sepi kayak kuburan🤣 Sumbangkan vote dan gift juga kalau berkenan🤭...
...Intinya, dukungan para Readers adalah penyemangat berharga bagiku untuk terus menulis🥰...
...Terima kasih.. Lop Lop you superrr...
...💜💙💚💛🧡❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
gk sengaja😱😆
2022-05-24
0
Nuryanti
mau di bawa kemana tuh si alle
2021-11-26
0
🍒PuTRi🍒
ceritanya bagus ,, hadiahnya juga banyak knp like nya cuma sedikit yah.....
2021-09-11
1