Bab 18

Seharian konsentrasi kerja Sean benar-benar terbang melayang sirna ke awang-awang. Sudah lima kali iya keluar masuk kamar mandi karena rasa mulas yang terus *******-***** perutnya dengan sangat gemas.

Pria tampan berdasi itu menghempas tubuhnya dengan kasar pada sofa ruangan. Ia melonggarkan lilitan dasinya karena merasa gerah meski mesin pendingin sedang menyala.

"Gadis bar-bar itu sepertinya memang berniat mencari gara-gara denganku. Dia sengaja meracuniku dengan makanan tadi," sungut Sean yang merasa geram kepada Allesya.

Pasalnya, penderitaannya kali ini dimulai sesaat setelah ia menghabiskan bekal makanan yang dibawakan Allesya.

"Allesya.. Allesya.. kau memang selalu membuat masalah," Sean masih saja meracau jengah.

Ting!

Sebuah pemberitahuan pesan masuk memaksa Sean untuk meraih ponselnya lalu membaca pesan dari Henry, sang Kakek.

Pesan tersebut berisi sebuah foto Allesya yang sedang bercengkrama dengan Sarah.

Senyuman tipis terbit tanpa permisi pada sepasang bibir Sean yang tidak pernah menyentuh gulungan tembakau kematian tersebut. Rasa kesal kepada Allesya tergantikan sebuah rasa hangat yang menjalar di hatinya.

"Aku memang tidak bisa menampiknya. Kehadiran gadis bar-bar itu memang memberikan perubahan positif kepada mama," lirih Sean tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.

Kruk..! Kruk..!

Lagi-lagi perut Sean kembali bergemuruh. Bukan karena lapar melainkan karena rasa mulas yang menyerang.

"Eehg! Perutku kembali sakit," Sean meringik ketika perutnya kembali merasakan mulas seperti seorang wanita hamil yang sedang mengalami kontraksi palsu.

Tidak ingin sesuatu keluar tidak pada tempatnya, Sean bergegas menuju Toilet. Tidak kebayang bukan jika seorang pemimpin tertinggi pada perusahan fashion terkemuka di Inggris buang hajat di celana? Pasti cicak-cicak di dinding akan menertawainya.

"Awas saja kau Allesya, aku akan menghukummu nanti!" geram Sean yang sudah duduk di atas kloset.

°°°

Tidak seperti biasanya, Sean pulang dari kantornya lebih awal. Dengan tergontai-gontai ia melangkah menuju undakan tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua. Tubuhnya terasa sangat lemas tak bertenaga setelah isi perutnya terkuras hingga tandas.

Samar-samar, suara orang-orang yang sedang bercengkrama seketika menahan langkah kakinya. Gegas ia memutar haluan tubuhnya menuju sumber suara yang sukses menarik perhatianya.

Dalam langkahnya, Sean sudah bisa menangkap 3 sosok orang tengah berkumpul di sebuah gazebo. Mereka adalah Allesya dan Henry yang terlihat asyik bermain kartu. Sedangkan Sarah terlihat tenang sebagai penonton dan sesekali mengulas senyuman tipis pada bibir pucatnya.

"Haha.. Allesya kau sangat payah. Aku menang lagi," seru si Kakek meledek.

"Kakek, kau sungguh luar biasa. Kau bahkan tidak memberiku kesempatan kepadaku untuk menang," puji Allesya.

"Kalian sedang apa?" tanya Sean yang hanya sekedar basa-basi. Padahal dia sudah tahu kalau Allesya dan Henry sedang bermain kartu.

Ketiga manusia yang berada di bawah atap gazebo tersebut sontak menoleh ke arah suara yang tiba-tiba menerobos indera pendengaran mereka.

"Hai Kakak tampan," sapa Allesya duluan dengan suara lumba-lumbanya.

"Kenapa kau sudah pulang?" berbeda dengan Allesya, Henry justru terlihat heran akan keberadaan sang Cucu.

"Ck! Pertanyaanmu menyakiti hatiku Kek. Kau terlihat tidak senang melihatku pulang cepat," Sean berdecak sebal.

Dug!

Sean langsung terbungkuk karena sebuah sodokan tongkat pada perutnya.

"Aw! Kenapa kau malah memukulku dengan tongkatmu?!" protes Sean seraya mengusap rasa sakit pada perutnya.

"Sejak kapan cucuku yang gagah ini suka sekali ngambek seperti anak gadis? Lagian aku hanya bertanya karena tidak seperti biasanya kau meninggalkan kantormu jam segini?" sanggah Henry yang sempat melirik ke arah penunjuk waktu yang melingkari pergelangan tangannya sekilas.

"Berhentilah memukulku dengan tongkatmu itu Kek, atau besok kau tidak akan melihat tongkat kesayanganmu itu lagi," sungut Sean yang tak mengindahkan pertanyaan Henry.

"Sopan sekali kau, cucuku," Henry menyindir secara halus.

Allesya terkikik melihat perdebatan antara si Kakak Tampan dan si Kakek Tampan yang terdengar seperti banyolan baginya. Sedangkan Sarah hanya menyaksikan ayah dan putranya dengan mimik muka tak berekpresi.

Sean berdecak hingga akhirnya ia memilih berjongkok di depan Sarah yang memang lebih banyak diam semenjak 10 tahun yang lalu. "Ma, apa kau sudah minum obat?" tanya Sean sebagai wujud perhatiannya.

Sarah hanya menatap muka putranya dengan mimik muka tak terbaca. Ia bahkan tak berucap sama sekali. Tentu saja Sean sudah terbiasa akan segala kebisuan sang Mama. Baginya, jiwa Sarah tidak kembali tergoncang sudah sangat bagus.

Deg!

Rasa hangat dan haru kembali menjalar lembut ke dalam hati Sean. Sentuhan hangat tangan halus yang dulu sering menyebarkan kasih sayang tak berujung untuknya, terulur di pipinya.

Seolah tidak ingin sentuhan hangat yang sudah lama ia rindukan itu berakhir dengan cepat, Sean menyentuh tangan Sarah yang masih bersemayam di pipinya. Ingatannya mengulang kembali pada semua rasa yang pernah ia sesap dari telapak tangan sang Mama.

Allesya dan Henry yang menyaksikan adegan antara ibu dan anak tersebut tak henti-hentinya mengulas senyuman yang penuh akan rasa syukur.

"Mama..," lirih Sean terharu.

"Cucuku, sebaiknya Sarah dibawa ke dalam sekarang. Biarkan dia beristirahat," tutur Henry memecahkan suasana yang sempat me-melow.

Sean mengangguk tanpa menoleh ke arah Henry. Iya Kek,"

"Biar aku saja yang mengantar Tante Kek," ucap Allesya.

"Tidak perlu Allesya, biarkan Ana yang membawanya ke dalam. Kau beristirahatlah," tolak Henry secara halus. "Ana.. Tolong bawa Nyonya ke dalam," titah Henry kepada Ana yang merupakan seorang asisten yang bertugas merawat Sarah.

"Tapi Kek, aku disini kan harusnya bekerja menjaga Tante cantik?" sanggah Allesya. Dia hanya tidak ingin memakan gaji buta.

"Allesya, bukannya kau seharian juga sudah mengerjakan tugasmu," sahut Henry.

"Ya sudah. Aku juga akan masuk ke dalam. Kalian berbincang-bincang aja dulu," sambung Henry kembali yang seakan berniat memberi ruang bagi Allesya agar bisa lebih dekat dengan cucunya.

Setelah Sarah dan Henry menghilang di telan dinding, Allesya gegas menggiring tubuhnya ke arah Sean seraya melempar tatapan menyelidik. Sebenarnya dia sedari tadi menyadari rona muka si Kakak Tampannya yang terkesan pucat. Dan lidahnya juga sangat gatal ingin bertanya.

"Kak Sean, apakah kau sedang sakit?" tanya Allesya kepada Sean.

Gadis itu beranjak dari duduknya dan mendekati Sean. Ia menangkup muka tampan favoritnya tersebut lalu meniliknya dengan seksama. "Kak, kau terlihat pucat. Apa kau merasa sesuatu yang membuatmu kurang nyaman?" tanya Allesya terlihat cemas.

Tanpa Allesya sadari, bentuk kepeduliannya itu justru mengingatkan Sean tentang drama sakit perutnya beberapa waktu yang lalu.

"Aku baru saja keracunan makanan," jawab Sean dengan nada ketus tapi masih membiarkan tangan Allesya menangkup mukanya.

Apakah dia sudah tidak merasa risih dengan sentuhan sang Gadis bar-bar? Apa itu pertanda ia mulai membuka hatinya? Jangan berharap terlalu tinggi dulu. Mungkin Sean sedang lupa. Hehe

"APA?! Kak Sean keracunan makanan?" Allesya terkejut dan malah mengulang kembali ucapan Sean.

"Iya, aku keracunan bekal sarapan darimu. Kau memang benar-benar berniat meracuniku Allesya," beber Sean dengan muka kesalnya. Seperti dia sudah bersiap-siap memberi hukuman pada gadis di depannya.

Kedua alis Allesya tertaut. "Maksud Kak Sean apa? Mana mungkin aku ingin meracuni calon suami masa depanku?" sanggah Allesya tidak terima.

"Apa kau tidak bisa mengira-ngira ketika menabur bubuk cabe dan garam ketika memasak?"

Allesya menurunkan tangannya dari pipi Sean. Ia memutar matanya terlihat sedang mengingat sesuatu. "Tadi pagi aku memang tidak sengaja menumpahkan bubuk cabe dan garam pada makanannya," beber Allesya dengan lugunya.

"ALLESYA...!" Allesya terjingkat ketika suara bariton milik Sean meninggi.

"Aku tidak akan bisa tidur dengan tenang malam jika belum menghukummu," Sean mencengkram tangan kecil Allesya lalu membawanya ke suatu tempat.

*❣

❣*

Bersambung~~

...Ayo biasakan tinggalkan jejak like dan comment pada setiap bab setelah membacanya ya para readers. Biar ini cerita nggak sepi kayak kuburan🤣 Sumbangkan vote dan gift juga kalau berkenan🤭...

...Intinya, dukungan para Readers adalah penyemangat berharga bagiku untuk terus menulis🥰...

...Terima kasih.. Lop Lop you superrr...

...💜💙💚💛🧡❤...

Terpopuler

Comments

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

gk sengaja😱😆

2022-05-24

0

Nuryanti

Nuryanti

mau di bawa kemana tuh si alle

2021-11-26

0

🍒PuTRi🍒

🍒PuTRi🍒

ceritanya bagus ,, hadiahnya juga banyak knp like nya cuma sedikit yah.....

2021-09-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Author Menyapa
119 Karya Baru
120 Karya Ke 5
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Author Menyapa
119
Karya Baru
120
Karya Ke 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!